Penembakan 3 Warga Sipil di Ilaga, Aparat Didesak Jelaskan Kronologi

Minggu, 06/06/2021 13:01 WIB
Mendinus Murib (anak berusia 5 tahun) karena karena luka terkena tembakan di bagian paha. - (jubi).

Mendinus Murib (anak berusia 5 tahun) karena karena luka terkena tembakan di bagian paha. - (jubi).

Jakarta, law-justice.co - Aktivis Hak Asasi Manusia di Nabire, Yones Douw mendesak aparat keamanan untuk terbuka menyampaikan kronologi penembakan yang menewaskan tiga orang warga sipil di Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua, pada Jumat (4/6/2021) lalu.

Hal itu disampaikan Yones Douw pada Sabtu (5/6/2021), menanggapi pernyataan Satuan Tugas Humas Operasi Nemangkawi yang menyebut ketiga warga sipil di Ilaga tewas ditembak kelompok bersenjata.

Sebelumnya, seperti melansir jubi.co.id, pada Jumat (4/6/2021), terjadi kontak tembak antara kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat dan aparat keamanan TNI/Polri di Kampung Nipuralome, Ilaga. Pasca kontak tembak pada Jumat pagi itu, tiga orang warga tewas tertembak.

Mereka adalah Kepala Kampung Nipuralome yang bernama Patianus Kogoya (40), istri Patianus yang bernama Paitena Wakerkwa (35), dan seorang aparat Kampung Nipuralome bernama Erialek Kogoya (50).

Sumber yang dihubungi Jubi menyatakan ketiga korban itu tewas ditembak aparat keamanan. Yones Douw yang dikonfirmasi secara terpisah juga menyatakan pihaknya telah menerima kesaksian sejumlah pihak yang menyatakan ketiga warga sipil itu tewas ditembak aparat keamanan.

Akan tetapi, pada Jumat, Kepala Satuan Tugas Humas Operasi Nemangkawi, Komisaris Besar Iqbal Alqudusy mengumumkan bahwa kelompok bersenjata di Ilaga pada Jumat menembak tewas satu keluarga yang beranggotakan lima orang, dengan kepala keluarga bernama Petianus Kogoya. Keterangan Iqbal itu telah disiarkan sejumlah media.

Yones Douw membantah klaim itu, dan meminta aparat keamanan terbuka menjelaskan kronologi penembakan yang menewaskan Patianus Kogoya, Paitena Wakerkwa, dan Erialek Kogoya itu.

“Jangan menyembunyikan kejahatan yang dilakukan oleh mereka sendiri. Karena yang mereka bunuh itu manusia bukan binatang. Kejahatan tidak bisa disembunyikan dalam bentuk apapun. Dan suatu saat kejahatan itu akan terbongkar di depan muka umum,” kata Douw pada Sabtu.

Douw menyatakan kesaksian sejumlah saksi mata menyatakan penembakan terjadi setelah Patianus Kogoya, Paitena Wakerkwa, dan Erialek Kogoya bertemu dengan aparat keamanan di Ilaga.

Saat itu, ketiga korban tengah meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi, karena kontak tembak yang terjadi di Kampung Nipuralome sejak Jumat dini hari.

Douw menyebutkan para saksi mata menuturkan bahwa Patianus Kogoya sempat memperlihatkan KTP miliknya kepada aparat keamanan yang tengah berjaga. Akan tetapi, aparat keamanan itu justru merobek KTP milik Patianus Kogoya.

Setelah itu, terjadilah penembakan yang menewaskan Patianus Kogoya, Paitena Wakerkwa, dan Erialek Kogoya itu. “Itu pengakuan dari keluarga dan dan warga di sekitar yang melihat langsung penembakan tersebut,” kata Douw.

Douw juga menegaskan ada tiga orang warga yang terluka dalam insiden kontak tembak di Ilaga pada Jumat. Ketiga warga yang terluka itu adalah adalah Mendinus Murib (anak berumur 5 tahun), Mama Wanimbo (26), dan Yudes Wanimbo (34).

“Kasus penembakan terhadap tiga orang tewas dan tiga lainnya mengalami luka-luka [itu] murni dilakukan oleh Satgas Nemangkawi,” kata Douw.

Mantan komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI, Natalius Pigai juga membantah jika penembakan yang menewaskan tiga warga sipil di Ilaga dilakukan oleh kelompok bersenjata.

Natalius Pigai menyatakan para aktivis kemanusiaan di Papua telah menerima kesaksian dari para warga Ilaga yang menyebutkan Patianus Kogoya, Paitena Wakerkwa, dan Erialek Kogoya tewas ditembak aparat keamanan.

“Tidak perlu tanya kelompok bersenjata. Tanya semua aktivis kemanusiaan di Papua, pasti punya dokumen kredibel,” kata Pigai. Pigai juga menyatakan berani membuktikan hal itu dengan berbagai alat bukti yang telah didapatkannya. “Satuan Tugas [Humas Operasi] Nemangkawi sebar berita tidak benar,” ujar Pigai.

Secara terpisah, Kepala Satuan Tugas Humas Operasi Nemangkawi, Komisaris Besar Iqbal Alqudusy pada Sabtu menyatakan bahwa tiga warga sipil yang tewas di Ilaga tewas pada Jumat karena terkena tembakan kelompok bersenjata.

Menurutnya, penembakan kepada ketiga warga sipil itu terjadi setelah aparat keamanan melakukan penyisiran di sekitar kawasan Bandara Aminggaru, Ilaga, pada Jumat mulai pukul 04.00 WP. Penyisiran itu dilakukan karena bandara tersebut diduduki kelompok bersenjata sejak Kamis (3/6/2021).

Dalam penyisiran itu, aparat keamanan Operasi Nemangkawi terlibat kontak tembak dengan kelompok bersenjata.

“Kontak tembakpun terjadi sekitar pukul 07.30 WP, berlangsung kurang lebih tiga jam. Pukul 11.30 WP, pasukan TNI/Polri berhasil melakukan olah tempat kejadian perkara di beberapa bangunan yang dibakar, diantaranya bangunan ATC bandara, pesawat rusak yang terparkir, 2 unit rumah warga sipil, dan satu unit eskavator,” tulis Iqbal melalui layanan pesan Whatsapp.

Iqbal menyatakan sekitar pukul 11.15, sekitar 50 warga sipil mendatangi Polres Puncak di Ilaga untuk meminta perlindungan, karena ada tiga warga spil yang meninggal ditembak kelompok bersenjata. Ketiga korban itu dinyatakan bernama Patianus Kogoya, Petena Murib, dan Nelius Kogoya.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar