Belum Bisa Diatasi, Presiden Brasil Sebut Covid-19 Senjata Biologis

Kamis, 06/05/2021 22:27 WIB
Presiden Brasil Jair Bolsonaro sebut Covid-19 sebagai senajta bilogis (matamatapolitik)

Presiden Brasil Jair Bolsonaro sebut Covid-19 sebagai senajta bilogis (matamatapolitik)

Jakarta, law-justice.co - Sejak muncul pada Desember 2019 di Kota Wuhan, China, pandemi Covid-19 belum juga usai hingga saat ini. Karena itu, Presiden Brasil Jair Bolsonaro menduga bahwa Covid-19 sebagai senjata biologis.

"Ini virus baru. Tidak ada yang tahu apakah lahir di laboratorium atau karena manusia memakan hewan yang seharusnya tidak mereka makan," kata Bolsonaro sebagaimana dikutip South China Morning Post, Kamis (6/5/2021).

"Tapi militer tahu semua tentang perang kimia, biologi dan radiologi. Bisakah kita perangi perang baru? Saya penasaran. PDB negara mana yang tumbuh paling banyak?," katanya.

Ia tidak menyebut China secara spesifik. Namun China menjadi negara tempat pandemi pertama kali ditemukan dan satu-satunya ekonomi G20 yang tumbuh tahun lalu, dengan mencatatkan ekspansi 2,3%.

Bolsonaro sendiri dikenal sebagai figur yang tidak suka terhadap China. Bolsonaro dan lingkaran dalamnya memiliki sejarah komentar yang menghasut tentang China yang terkadang memperburuk hubungan dengan mitra dagang terbesar Brasil.

Pada bulan Maret, mantan menteri luar negeri negara itu yang juga koalisi Bolsonaro Ernesto Araujo, menyebut bahwa ia mengecam "Maois China" dan rencananya untuk "menguasai dunia".

Selain itu anaknya, Eduardo Bolsonaro, yang juga anggota kongress, mencuitkan pernyataan dalam akun Twitternya bahwa Huawei adalah "spionase China", sebelum menghapus postingan tersebut.

Sementara itu, di dalam negerinya, Bolsonaro sendiri selalu mendapat kecaman karena dianggap tidak peduli dengan Covid-19. Bahkan ia telah menjadikan ketidakpatuhan pada protokol kesehatan sebagai suatu kebanggaan, memberi selamat kepada pekerja pertanian karena tidak tinggal di rumah "seperti pengecut."

"Kita harus menghadapi masalah kita. Berhentilah menjadi banci, cukup merengek, berapa lama mereka akan terus menangis? Kita harus menghadapi masalah, menghormati orang tua, mereka yang sakit, kondisi kronis. Tapi di mana Brasil akan berakhir. up jika kita semua berhenti? " ia berkata.

Akibat dari hal ini, Brasil menjadi negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak ketiga di dunia, dengan 14,9 juta kasus.

Kasus di negara itu juga mulai meledak dengan hadirnya varian P1 yang lazim ditemukan i setidaknya enam negara bagian Brasil. Varian ini diklaim lebih ganas dan kebal vaksin dibandingkan varian Covid-19 biasa.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar