Heboh karena Rebut Ketum Demokrat, Kelemahan Moeldoko Terbongkar

Senin, 08/03/2021 20:31 WIB
Kelemahan mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Moeldoko adalah kemampuan fisik (beritasatu)

Kelemahan mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Moeldoko adalah kemampuan fisik (beritasatu)

law-justice.co - Nama mantan panglima TNI Jenderal Moeldoko jadi perbincangan publik usai dituduh sebagai dalang aksi kudeta terhadap kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY di partai Demokrat. Namanya makin heboh ketika tuduhan tersebut benar dengan terpilihnya Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB).

Bahkan terkait KLB tersebut, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY turun tangan secara langsung. Namun, terlepas dari kisruh itu,
kedua Purnawirawan Perwira Tinggi (Pati) TNI Angkatan Darat ini punya prestasi cemerlang saat masih aktif sebagai prajurit.

Moeldoko dan SBY adalah peraih gelar Adhi Makayasa. Gelar tersebut hanya berhak disandang oleh lulusan terbaik Akademi Militer (Akmil), yang dahulu bernama Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

SBY sendiri adalah senior Moeldoko. SBY adalah lulusan terbaik AKABRI 1973, sementara Moeldoko alumni 1981.

Menyandang status lulusan terbaik, Moeldoko melewati masa dinasnya dengan sempurna. Pria kelahian Kediri 8 Juli 1957 ini mampu mencapai pangkat Jenderal TNI, dengan sederet posisi stratgis yang pernah didudukinya.

Sebagai manusia biasa, Moeldoko yang dikenal sebagai sosok yang murah senyum juga memiliki kekurangan. Hal ini diungkap sendiri olehnya, dari catatan nilainya selama menjalani pendidikan militer di AKABRI.

"Saya punya, di sana ada tiga penilaian, akademik, mental dengan fisik. Akademik saya selalu nomor satu, mental selalu mengikuti selalu nomor satu. Fisik saya kurang bagus ya. Kalau dari 30 orang, paling fisik saya itu orang ke-9, ke-10," kata Moeldoko.

Tak hanya di komando teritorial, Moeldoko juga pernah menjadi orang nomor satu di satuan tempur. Pada 2010 silam, Moeldoko dipercaya untuk menjabat sebagai Panglima Divisi Infanteri (Pangdivif) 1/Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat), setelah dua tahun bertugas sebagai Kepala Staf Komando Daerah Militer (Kasdam) Jayakarta/Jaya.

aTahun 2010 barangkali menjadi yang tersibuk bagi Moeldoko. Pasalnya, saat itu Moeldoko mengalami tiga kali perpindahan tugas.

Setelah menjadi Pangdivif 1/Kostrad, Moeldoko sempat dua kali menjabat sebagai Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam). Dua Komando Daerah Militer (Kodam) yang pernah dipimpinnya adalah Kodam XII/Tanjungpura, dan Kodam III/Siliwangi.

Setelah itu, Moeldoko sempat menduduki posisi Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), sebelum akhirnya ditunjuk menjadi Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) pada 2013. Di tahun yang sama, pangkat Moeldoko naik menjadi jenderal bintang empat dengan jabatan sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad).

Puncaknya pada 30 Agustus 2013 Moeldoko ditunjuk Presiden SBY sebagai Panglima TNI ke-18, menggantikan pemegang jabatan sebelumnya yakni Laksamana TNI Agus Suhartono.

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar