Sedih, Korban Tabrak Lari Akhirnya Meninggal Usai Ditolak 3 RS

Sabtu, 06/02/2021 07:22 WIB
Ilustrasi korban tabrak lari meninggal dunia usai ditolak 3 rumah sakit (Tribunnews)

Ilustrasi korban tabrak lari meninggal dunia usai ditolak 3 rumah sakit (Tribunnews)

Tangerang, Banten, law-justice.co - Ribut Mahardani, korban tabrak lari di Ciledug, Tangerang akhirnya meninggal dunia setelah ditolak oleh tiga rumah sakit. Dia meninggal dunia di Rumah Sakit EMC Cipondoh.

Kejadian ini viral di media sosial. Dalam video yang viral itu dinarasikan bahwa korban meninggal dunia setelah ditolak 3 rumah sakit.

Kanit Laka Satlantas Polres Metro Tangerang Kota AKP Badruzzaman membenarkan adanya kejadian itu. Badruzzaman menjelaskan bahwa kondisi ketiga ruang IGD rumah sakit yang didatangi korban sedang penuh.

"Karena rumah sakit-rumah sakitnya sudah penuh, karena rumah sakitnya rujukan COVID-19, kalau laka lantas kan kalau belum tahu dia COVID-19 segala macam kalau dicampur jadi satu kan gitu, kalau saya tanya salah satu rumah sakitnya. Akhirnya (dirawat) di RS EMC Cipondoh," ujar Badruzzaman seperti dilansir dari detikcom, Jumat (5/2/2021).

Kecelakaan itu menimpa korban pada Kamis (4/2) pukul 02.30 WIB. Awalnya sebuah mobil Proton yang dikendarai Sl baru saja ke luar dari arah SPBU Karang Tengah menuju arah Ciledug. Di saat bersamaan, Ribut Mahardani berboncengan dengan Cecep Hermansah melaju di Jalan Raden Saleh dekat SPBU Karang Tengah dari arah Ciledug.

Korban terjatuh setelah tertabrak mobil. Sementara pengendara mobil saat itu sempat melarikan diri setelah menabrak korban. Namun pada Jumat (5/2) pagi, pelaku berinisial SI akhirnya menyerahkan diri.

"Menyerahkan diri, sudah diamankan tadi pagi," katanya.

Badruzzaman mengatakan saat ini pengemudi mobil itu sedang dimintai keterangan. Setelah itu, akan dilakukan olah TKP untuk menentukan siapa yang lalai dalam kecelakaan itu.

"Ya sekarang lagi dimintai keterangan di BAP. Tunggu hasil penyelidikan, olah TKP, diduga karena lalainya siapa lalu kita proses dan gelar perkara," ujar Badruzzaman.

Seorang warga yang mengantar korban ke rumah sakit, Wandi, mengatakan setelah kedua korban terjatuh, pengemudi mobil itu pergi meninggalkan lokasi. Warga yang ada di lokasi kemudian berinisiatif mengantar kedua korban ke rumah sakit menggunakan angkot.

"Terus ada angkot, saya tahan sama orang-orang banyak. Terus berhenti angkotnya itu bilang `nggak apa-apa Pak gua bayar langsung` bapak itu berhenti langsung diangkat korban ke rumah sakit. Terus sampai di sana (di RS pertama) bilangnya alatnya nggak lengkap, sebab si korban yang luka dalam itu nggak bisa, cuma yang bisa yang patah kaki yang namanya Cecep," kata Wandi, saat dihubungi terpisah.

Singkat cerita, Wandi menyebut korban saat itu dibawa ke 3 rumah sakit swasta di daerah Tangerang. Akan tetapi, pihak rumah sakit tidak ada yang menerima korban dengan berbagai alasan.

"Memang alatnya nggak lengkap Pak dibilangnya kayak gitu, oh ya udah emang pengobatan pertamanya nggak bisa, oh nggak bisa soalnya harus di-scan. Terus dibilangnya pergi ke rumah sakit lain saja. Terus kami OTW ke sana, di sana bilangnya penuh," kata Wandi.

Hingga akhirnya setelah polisi datang, kedua korban akhirnya dibawa ke Rumah Sakit EMC Tangerang. Namun sayang, nyawa korban tidak dapat tertolong.

"Di RS terakhir saya nggak ikut, sesudah pak polisi sudah datang saya nggak ikut, saya cuma pergi ke 3 RS itu aja," ujarnya.

RS Sari Asih Ciledug buka suara soal korban tabrak lari di Tangerang yang disebut meninggal dunia usai ditolak 3 rumah sakit. RS Sari Asih menyatakan tak pernah menolak pasien, tapi kondisi IGD saat itu sedang penuh.

"Tidak ada penolakan dari petugas RS Sari Asih Ciledug," kata Media Relation Rumah Sakit (RS) Sari Asih Group, Akhmad Gendon, dalam keterangan tertulis, Jumat (5/2/2021).

Akhmad Gendon membenarkan IGD RS Sari Asih Ciledug memang kedatangan korban kecelakaan lalu lintas. Saat itu korban diantar oleh seorang pengantar dan ditemui petugas security.

"Bahwa benar ada korban kecelakaan lalu lintas yang datang ke Rumah Sakit kami, dan ketika korban dan pengantar datang di depan IGD, kemudian petugas security langsung mengecek ke dalam IGD," ujar Akhmad Gendon.

Akhmad mengatakan petugas kemudian mengecek ke dalam IGD dan ruangan tempat tidur di IGD terisi penuh. Menurutnya, petugas keamanan sudah menjelaskan kondisi IGD sedang penuh dan meminta korban dan pengantar untuk menunggu.

"Pada saat itu IGD cukup ramai, dan kondisi tempat tidur di IGD semuanya sedang terisi penuh, sehingga petugas menginfokan kepada pengantar korban agar menunggu sebentar untuk petugas mengambil kursi roda," ungkapnya.

Saat petugas kembali, korban dan pengantar sudah tidak ada di depan IGD.

"Namun ketika petugas kembali ke depan membawa kursi roda, korban dan pengantarnya sudah tidak ada di depan IGD maupun di lokasi lain di RS Sari Asih Ciledug (kemungkinan mereka sudah langsung pergi)," tutupnya.

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar