Penyebab Heli MI-17 Jatuh di Kendal Terkuak, Ini Hasil Investigasinya

Selasa, 27/10/2020 09:57 WIB
Helikopter MI 17 (Istimewa).

Helikopter MI 17 (Istimewa).

Jakarta, law-justice.co - Proses investigasi kecelakaan Helikopter MI-17 V5 No. Reg HA 5141 Skadron 31/ Serbu Puspenerbad di Kendal, Jawa Tengah, Sabtu (6/6/2020) lalu telah dirampungkan oleh TNI Angkatan Darat.

Ketua Investigasi Brigjen TNI Sudarji mengungkapkan faktor cuaca dan medan pada saat latihan tersebut tidak berkontribusi terhadap kecelakaan.

Sudarji juga mengatakan faktor personel juga tidak berkontribusi dalam kecelakaan tersebut karena seluruh personel yang terlibat dalam latihan terbang secara umum dalam kondisi yang baik.

Hal itu disampaikan Sudarji dalam laporannya kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa.

"Untuk aspek manajemen, mulai dari pemeliharaan, kemudian penyelenggaraan pendidikan, sampai dengan latihan terbang ini tidak dilaksanakan dengan manajemen yang baik sehingga berpengaruh pada performa pesawat."

"Untuk material, dengan terdapatnya beberapa komponen yang kami temukan bermasalah dan tidak memenuhi standard sehingga ini sangat memungkinkan menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan," kata Sudarji dalam tayangan TNI AD 60 Detik yang diunggah di kanal Youtube TNI AD pada Senin (26/10/2020).

Diberitakan sebelumnya terjadi kecelakaan Helikopter MI 17 milik Puspenerbad di Kawasan Industri Kendal, Semarang, Jawa Tengah pada Sabtu 6 Juni 2020 lalu.

Helikopter tersebut mengalami kecelakaan pada saat misi latihan endurance kedua dengan materi tactical manuver tersebut.

Kecelakaan tersebut menewaskan lima prajurit TNI yakni Kapten CPN Kadek, Kapten CPN Fredi, Kapten CPN Y Hendro, Lettu CPN Wisnu, Lettu CPN Vira Yudha.

Lettu CPN Vira Yudha meninggal dunia ketika menjalani perawatan intensif di RSUP Dr Kariadi Semarang pada Minggu (13/6/2020).

Sedangkan empat prajurit yang selamat dalam kecelakaan tersebut antara lain Praka Supriyanto, Praka Nanang, Praka Rofiq, dan Praka Andi.

Libatkan KNKT

Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa mengatakan pihaknya melibatkan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam investigasi jatuhnya helikopter MI-17 di Kendal Semarang beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan saat ini KNKT tengah menganalisa data lapangan terkait kecelakaan tersebut.

Andika mengatakan pihaknya juga sejak awal membuka diri terkait proses investigasi jatuhnya helikopter buatan Rusia tersebut.

Hal itu disampaikan Andika usai acara Coffee Morning dan Olahraga bersama Pimpinan Media Massa di Mabes TNI Angkatan Darat Jakarta pada Rabu (24/6/2020).

"Kemarin saya sudah cek. Lebih baik kita tunggu sampai tuntas karena dari KNKT sedang menganalisa. Analisa ini butuh waktu tapi data dari lapangan sudah diambil semua dan kami dari awal membuka diri. KNKT terlibat. Kalau kami sendiri nanti takutnya ada kecurigaan. Justru kita ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi," kata Andika.

Diberitakan sebelumnya Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad) TNI AD masih butuh waktu beberapa hari ke depan untuk mengetahui penyebab jatuhnya Helikopter jenis MI-17 di Kendal, Sabtu (6/6/2020).

Hal itu disampaikan Komandan Puspenerbad Mayjend TNI Teguh Pudjo Rumekso, Minggu (7/6/2020).

Menurutnya, hingga Minggu (7/6/2020) kotak hitam atau black box dari helikopter nahas tersebut sudah diambil.

Langkah investigasi berupa pengumpulan Flight Data Recorder (FDR) atau perekaman data penerbangan pun sudah didapatkan.

"Dari Kadispenad masih belum merilis perkembangan terbaru. Karena kejadian baru kemarin sore. Namun FDR dan CVR dari heli tersebut sudah kami temukan," katanya seusai melepas jenazah Kapten CPN Freedy Febrianto Nugroho, di TPU Sasonoloyo Colombo, Sleman pada Minggu (7/6/2020).

Begitu juga dengan Cockpit Voice Recorder (CVR) atau perekaman suara kokpit.

Secara umum kedua data tersebut tidak dapat dipisahkan dalam menganalisa penyebab jatuhnya sebuah pesawat atau helikopter.

Ia menambahkan, FDR dan CVR tersebut akan dianalisa oleh teknisi berasal dari Rusia.

Hal itu dilakukan lantaran keterbatasan alat yang dimiliki oleh TNI AD.

Sehingga membutuhkan bantuan teknisi dari Rusia.

"Di sini kan belum ada alatnya. Black box akan dikirim ke Rusia untuk investigasi selanjutnya. Kita juga datangkan teknisi Rusia untuk memeriksa," tegas dia.

Secara tegas Teguh mengatakan, pengecekan rutin selalu dilakukan terhadap pesawat maupun helikopter milik kesatuannya.

Ia juga menyampaikan, sebelum terbang, proses uji coba sebanyak dua kali sudah dilakukan.

"Pengecekan selalu rutin dilakukan. Sebelum terbang pun pesawat juga menjalani pengecekan. Pengecekan pertama tidak ada masalah, kedua pun sama," ujarnya.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar