Bos Samsung Tutup Usia Karena Sakit Jantung

Minggu, 25/10/2020 20:00 WIB
Bos Samsung Lee Kun Hee Tutup Usia

Bos Samsung Lee Kun Hee Tutup Usia

Jakarta, law-justice.co - Bos Samsung Group, Lee Kun-hee tutup usia setelah enam tahun dirawat di rumah sakit karena masalah jantung pada Minggu (25/10/2020). Dia berjasa besar dalam memandu Samsung Electronics khususnya, jadi perusahaan raksasa.

Lee Kun-hee meninggal di usia 78 tahun. "Pimpinan Lee adalah seorang visioner sejati yang mengubah Samsung menjadi inovator dan pembangkit tenaga industri terkemuka dunia dari bisnis lokal," sebut Samsung.

"Deklarasi `Manajemen Baru` miliknya pada 1993 adalah pendorong yang memotivasi dari visi perusahaan untuk memberikan teknologi terbaik untuk membantu memajukan masyarakat global," tambah mereka.

Bagaimana kisah kegemilangannya? Berawal dari Samsung yang dahulu sempat dicap sebagai perusahaan elektronik murahan.

Para pimpinan Samsung pun bekerja keras menaikkan citra perusahaan dan memastikan untuk selalu memproduksi produk bagus. Etos itu ditanamkan oleh Lee Kun Hee. Ya, Lee boleh dibilang sebagai bapak kejayaan Samsung. Anak dari pendiri Samsung ini meletakkan pondasi kejayaan Samsung setelah sempat dianggap remeh oleh para rival.

Lee Kun Hee adalah putra ketiga dari pendiri Samsung, Lee Byung Chull. Dia lahir tanggal 9 januari 1942, pada masa perang dunia sedang berkecamuk.

Dikenal sebagai sosok pintar, Lee mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari Waseda University di Jepang dan kemudian meraih gelar MBA dari George Washington University di Amerika Serikat. Dia mahir beberapa bahasa selain bahasa Korea, yaitu bahasa Jepang dan Inggris.

Menjadi putra pendiri Samsung Group, Lee pun sangat paham dengan seluk beluk perusahaan. Dan dengan ambisi besarnya, dia berencana untuk membuat Samsung menjadi perusahaan Korea Selatan yang berbicara banyak secara global.

Lee Kun Hee pun mulai berkiprah di perusahaan milik ayahnya. Dia gabung ke Samsung Group pada tahun 1968. Samsung memang sebuah konglomerasi besar yang dikendalikan oleh keluarga, sering disebut sebagai chaebol. Jabatan tinggi di perusahaan pun biasanya diwariskan turun temurun.

Pada 1 Desember 1987, Lee diangkat sebagai chairman Samsung, dua minggu setelah sang ayah meninggal dunia.

Pada saat itu, Samsung sudah memimpin dalam beberapa area di pasar dalam negeri. Namun ambisi Lee adalah membuat Samsung berjaya juga di arena internasional.

Lee menilai Samsung tidak fokus dalam berbisnis dan hanya memproduksi barang kualitas rendah dengan kuantitas tinggi sehingga kalah gengsi dari merek lain. Dia pun ingin mengubah situasi tersebut.

Lee sangat optimistis bahwa Samsung berpeluang menyaingi perusahaan elektronik Jepang yang saat itu sudah mendunia. Yaitu dengan praktik bisnis yang lebih efisien serta produk berkualitas tinggi.

Dari tahun 1987 saat awal Lee Kun Hee memimpin sampai tahun 1993, pendapatan Samsung sudah tumbuh dua kali lipat. Tapi dia sama sekali belum merasa puas. Dia ingin Samsung diakui sebagai perusahaan kelas dunia dengan deadline tahun 2000.

Pada tahun 1993, Lee melakukan tur global ke berbagai negara untuk mengetahui performa produk Samsung di sana. Alangkah kecewanya Lee setelah melihat produk Samsung disepelekan.

Saat berada di sebuah toko di California, televisi Samsung diletakkan di rak bagian sudut yang hampir tidak terlihat. Sedangkan televisi Sony dan Panasonic dipajang sebagai barang jualan utama.

Namun Lee tidak patah arang, malah kenyataan itu membuatnya semakin termotivasi lagi. Dia pun memanggil para eksekutif top Samsung untuk berkumpul di Jerman.

Pada bulan Juni 1993, Lee mendarat di Frankfurt, Jerman. Dia mengumpulkan ratusan eksekutif Samsung dalam rapat besar di Falkenstein Grand Kempinski Hotel.

Selama tiga hari, dia mengungkapkan visi masa depan Samsung dan apa yang harus dilakukan agar visi tersebut segera tercapai. Pidatonya kala itu disebut sebagai Frankfurt Declaration of 1993.

Semenjak hari itu, Samsung mulai serius mengangkat citranya dari produsen elektronik kelas dua menjadi vendor yang dihormati masyarakat dunia. Pidato Lee pun ditranskrip menjadi buku 200 halaman dan dibagikan ke seluruh karyawan sebagai motivasi.

Kata paling terkenal dari pidato itu adalah `ubah semua hal kecuali istri dan anakmu`. Saking berpengaruhnya pidato itu terhadap sukses Samsung, kabarnya terdapat replika ruangan hotel tempat Lee berbicara di kantor pusat Samsung Korea Selatan.

Di bawah kepemimpinan Lee, Samsung perlahan tapi pasti menjadi raksasa disegani, terutama di bidang elektronik. Mereka menjadi produsen ponsel dan televisi terbesar di dunia, dan juga memimpin di berbagai segmen industri lainnya.

Sosok Lee yang dianggap paling berperan membawa Samsung ke masa keemasan. Meski tidak luput dari cela, misalnya kasus penghindaran pajak yang membuatnya dihukum cukup berat, Lee tetap menjadi sosok yang dikagumi di Korea Selatan hingga akhir hayatnya.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar