Rusia Tuding AS Lindungi Pemimpin Oposisi Belarus

Kamis, 17/09/2020 20:40 WIB
Presiden Belarus Alexander Lukashenko (jawapos)

Presiden Belarus Alexander Lukashenko (jawapos)

Jakarta, law-justice.co - Amerika Serikat dituding melindungi pemimpin oposisi Belarus Svetlana Tikhanovskaya. Tudingan itu diungkapkan Kepala Badan Intelijen Asing Rusia (SVR), Sergei Naryshkin.

Dia juga mengatakan AS mengalokasikan 20 juta dolar untuk melanggengkan protes anti-pemerintah di Belarus yang meletus setelah pemilihan presiden. Pilpres itu sendiri saat ini tengah disengketakan.

"Protes sejak awal terorganisir dengan baik dan terkoordinasi dari luar negeri, menurut informasi intelijen, AS memainkan peran penting dalam peristiwa terkini di Belarus," kata Naryshkin, dilansir dari CNNIndonesia.com, Kamis (17/9/2020).

Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan Kantor berita Rusia, dia mengungkapkan AS membawa Tikhanovskaya serta aktivis oposisi lainnya dan menempatkan mereka dalam perlindungan.

Tikhanovskaya merupakan seorang mantan guru dan penerjemah bahasa Inggris. Wanita 38 tahun itu mencalonkan diri sebagai presiden Belarus setelah suaminya, blogger video populer Sergei Tikhanovsky, dipenjara.

Kampanye yang dia lakukan terbukti sukses secara mengejutkan. Dia pun mengklaim kemenangan atas presiden petahana Alexander Lukashenko.

Setelah mendapat tekanan resmi dari pemerintah, Tikhanovskaya berlindung di negara tetangga Lithuania. Sementara itu dilaporkan banyak pendukung utamanya telah dipaksa keluar dari Belarus atau dipenjara.

Salah satu sekutunya, Maria Kolesnikova, secara resmi didakwa pada hari Senin karena dituduh mengganggu keamanan nasional. Kini Penyidik berada di tahanan.

Lukashenko telah memerintah selama 26 tahun dan sering digambarkan sebagai diktator terakhir Eropa. Aparat keamanan dan intelijen Belarus dilaporkan menculik sejumlah tokoh gerakan oposisi yang menentang hasil pemilihan presiden.

Dia melontarkan tuduhan ke berbagai negara atas protes massa yang menyerukan pemerintahannya lengser.

Awalnya menuduh Rusia berusaha mengguncang negara itu tetapi kemudian menyalahkan negara-negara termasuk Ukraina, Republik Ceko, dan Inggris.

Lukashenko menyatakan gelombang unjuk rasa yang terjadi di negaranya saat ini adalah upaya manipulasi oleh pihak asing.

Dia menyebut ada campur tangan Amerika Serikat, Lituania, Ukraina dan Republik Ceko yang membuat negaranya bergejolak.

Selain itu, Lukashenko menuduh 60 persen demonstran merupakan pemabuk dan pecandu narkoba.

"Kami tahu siapa yang bertanggung jawab (atas protes), yang menginginkan sesuatu terjadi di Belarus dan karena itu kami tidak akan lengah dan kami siap untuk menanggapi setiap tantangan," kata Lukashenko pada pertemuan dengan para pejabat tinggi.

(Hendrik S\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar