Mantan Danpuspom: Setelah Pisah, Polri Banyak Tentengan Daripada TNI

Kamis, 03/09/2020 12:44 WIB
Mantan Danpuspom TNI Syamsu Djalal sebut Polri banyak tentengan usai peristiwa penyerangan Polsek Ciracas (Tribunnews)

Mantan Danpuspom TNI Syamsu Djalal sebut Polri banyak tentengan usai peristiwa penyerangan Polsek Ciracas (Tribunnews)

Jakarta, law-justice.co - Aksi penyerangan terhadap Pollsek Ciracas, Jakarta Timur yang melibatkan sejumlah oknum TNI membuat mantan Danpuspom TNI Mayjen (Purn) Syamsu Djalal angkat bicara. Dia mengatakan, aksi penyerangan tersebut tak sepenuhnya salah anggota TNI yang terlibat.

Dia mengatakan penyebab utama dari masalah tentu ada pada persoalan kesejahteraan. Melansir hops.id, kata mantan Jaksa Agung Intelijen di Kejagung ini, masyarakat saat ini pun sudah bisa tahu bagaimana pengkotak-kotakan kesejahteraan antara TNI dan Polri itu terjadi di masyarakat.

“Semenjak ABRI dipecah menjadi TNI dan Polri, TNI banyak tantangan, Polri banyak tentengan. Tanya aja ke masyarakat tuh, ada apa sebenarnya?” katanya saat menjadi salah seorang narasumber di Indonesia Lawyers Club (ILC), tvOne, Selasa (1/9/2020).

Dalam sebuah pernyataan, dia juga menyinggung bagaimana candaan soal polisi turut menggema di masyarakat, akibat besarnya pengaruh Polri di masa kekinian.

“Kata masyarakat, polisi tidur saja sudah merepotkan, apalagi polisi bangun nih. Mohon maaf nih. Ini fakta kan ya.”

Dia kemudian bercerita bagaimana dirinya yang pensiunan jenderal bintang dua, namun di masa tua hanya mendapat Rp4 juta per bulan.

“Saya penisunan bintang dua, hanya berapa? Rp4 juta Bang Karni. Ini bukan mengeluh ya. Ini fakta.”

Terkait Polri, Syamsu juga menyinggung sejumlah persoalan ketika dia masih menjabat sebagai Danpuspom ABRI. Kata dia, banyak sekali polisi yang dia periksa. Sebab, yang paling banyak melakukan pelanggaran, baik di darat, laut, dan udara, kata Syamsu, itu adalah polisi.

“Polri yang paling banyak melakukan tindak pidana tuh.”

Sementara itu, terkait kasus penyerangan dan pembakaran Polsek Ciracas, Syamsu memang mengapresiasi langkah KASAD dalam menangani persoalan. Namun, dia mempertanyakan, apakah mesti semua prajurit TNI yang terlibat bentrok dengan Polri dan terlibat penyerangan itu harus dipecat?

Sebab dia menilai tidak ada anak buah yang salah 100 persen. Dia justru menyinggung pemimpin mereka, dua tingkat di atasnya untuk turut diperiksa.

Sebab prajurit memang harus selalu mendapat pembinaan yang baik. Di mana ini merupakan tanggung jawab komandan.

Syamsu justru khawatir apabila para oknum prajurit TNI yang terlibat penyerangan dan pembakaran anggota Polri dan Polsek Ciracas dipecat, akan menimbulkan sakit hati di kalangan mereka. Untuk selanjutnya menjadikan negara dalam bahaya.

“Jadi itu memang jiwa korsanya yang salah. Itu harus dihukum, sesuai dengan pelanggaran pidana yang dilakukannya. Itu harus tuntas. Tapi apakah perlu dipecat dia? Ditahan dulu lah.”

“Sebab kalau itu semua dipecat, nanti itu akan jadi bukan main. Teroris mendekati dia. Sudahlah kamu enggak berguna lagi, mari, kita bergerak. Itu mungkin saja, itu juga harus dipertimbangkan,” katanya.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar