Dahlan Iskan:

Pemimpin yang Populer Diidamkan, yang Berkualitas Justru Tak Dilirik

Minggu, 16/08/2020 02:21 WIB
Dahlan Iskan, mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (RMOLSumbar)

Dahlan Iskan, mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (RMOLSumbar)

Jakarta, law-justice.co - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan menilai, saat ini pemimpin yang terpilih hanyalah dilihat dari paling populer di masyarakat, bukan berkualitas.

Padahal, menurutnya, poin paling penting yang harus ada di dalam seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam memajukan negara ini. Sayangnya, bagi Dahlan, masyarakat cenderung melihat kepopulerannya saja.

"Saya belum melihat indikasi bahwa ada jaminan yang terpilih adalah yang berkualitas. Tetap saja yang terpilih adalah yang populer, yang disenangi (masyarakat). Padahal yang disenangi belum tentu berkualitas. Tentu yang belum populer bisa nangis," ujar Dahlan Iskan, dikutip Merdeka.com, Minggu (16/8/2020).

Dahlan terlihat pesimis terhadap partai-partai yang tidak populer di masyarakat. Ia bahkan melihat tidak akan ada harapan bagi tokoh-tokoh partai seperti partai Gelora dan PKS untuk bisa menjadi pemimpin Indonesia kedepannya.

Dahlan mengklaim orang-orang di balik partai Gelora merupakan orang-orang yang mampu dan berkualitas. Menurutnya, orang-orang berkualitas ini cenderung sulit populer karena dianggap terlalu serius.

"Partai-partai seperti Gelora dan PKS kan mengandalkan kualitas, berarti tidak ada harapan tokoh-tokoh dari partai tersebut untuk bisa tampil menjadi pemimpin ke depan. Kenyataannya, yang mampu saja tidak cukup terpilih di era demokrasi seperti ini. Biasanya yang mampu ini sulit populer karena terlalu serius. Sementara yang populer tidak serius. Kalau semakin serius, tidak terlalu disukai (masyarakat)," ungkapnya.

Dahlan menambahkan, apa yang ia ucapkan telah terbukti. Ia melihat, banyak pejabat di negara ini yang terpilih karena kepopulerannya. Tidak jarang juga ditemukan anggota DPR yang merupakan seorang public figure. Sehingga, menurutnya, kualitas dan kemampuan seseorang tidak lagi menjadi prioritas utama yang harus dimiliki oleh para pejabat atau calon pemimpin Indonesia.

"Mengandalkan kemampuan saja tidak akan terpilih dan ini terbukti sekarang, orang-orang yang populer banyak yang terpilih," kata Dahlan.

Mantan direktur utama PLN ini berharap, saat ini Indonesia harus bisa menyiapkan pemimpin yang mampu sekaligus populer. Sehingga bukan hanya mampu saja, namun juga harus dipersiapkan menjadi pemimpin yang populer di kalangan masyarakat. Hal ini agar mereka tidak kalah suara dari calon pemimpin yang hanya mengandalkan kepopuleran itu.

Ia merasa, tidak akan adil bila calon pemimpin yang mampu disandingkan dengan pemimpin yang sangat populer di masyarakat karena kebanyakan yang populer lah yang akan menang.

"Agenda ke depan adalah bagaimana orang-orang yang mampu itu bisa populer. Pada generasi pemimpin ke depan, persaingan itu harus antara yang mampu dan yang mampu. Jangan bersaing dengan yang populer. Kasian, kan capek gitu ujung-ujungnya yang populer yang menang," jelasnya.

Ia menambahkan, sebenarnya kegelisahan yang ia rasakan saat ini sudah dialami lebih dulu oleh presiden SBY. Saat SBY akan lengser, Dahlan merasa bahwa SBY memiliki kerasahan tentang siapa pemimpin Indonesia selanjutnya. Apakah hanya mengandalkan kepopuleran saja atau mengandalkan kemampuannya untuk memajukan Indonesia.

"Kegelisahan seperti ini juga dialami oleh pak SBY. Pak SBY gelisah sekali, siapa yang akan meneruskan kepemimpinan beliau yang sukses. Yang saya tangkap dari kegelisahan pak SBY adalah `Apakah pengganti saya nanti itu hanya orang yang populer atau mampu`. Kemudian beliau mencari cara bagaimana yang mampu itu bisa populer," pungkasnya.

(Hendrik S\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar