Ancaman Krisis di Depan Mata, SBY: Jangan Salahkan Presiden Jokowi!

Jakarta, law-justice.co - Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta masyarakat tak menyalahkan Presiden Joko Widodo terkait adanya ancaman krisis ekonomi yang diprediksi bakal menghantam Indonesia.

Pasalnya menurut dia, pada masa pandemi Covid-19 ini, persoalan ekonomi menjadi masalah besar di seluruh negara di dunia dan bukan hanya Indonesia.

"Jadi jangan salahkan presiden Jokowi, jangan salahkan pemerintah, kenapa Indonesia mengalami krisis ekonomi? Ya, karena secara global, secara dunia sertaan dari pandemi Covid-19 ini adalah gejolak bahkan krisis ekonomi," kata SBY seperti melansir kontan.co.id, Rabu 12 Agustus 2020.

Kata dia, pemerintah tentu sudah mengetahui akan terjadinya ancaman krisis ekonomi tersebut. Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah menetapkan kebijakan yang tepat dan aksi yang nyata.

"From now ke depan pemerintah kita dukung, yang dilakukan pemerintah itu betul-betul melaksanakan penyelamatan ekonomi dengan strategi yang tepat, kebijakan yang tepat dan aksi-aksi yang tepat pula," ucapnya.

Disisi lain, SBY menyoroti pertumbuhan ekonomi yang mengalami penurunan di kuartal II dan tercatat minus 5,3%.

Dia optimis, pemerintah memahami komponen-komponen yang mengalami pelemahan sehingga perlu dilakukan perbaikan. Selain itu, SBY meminta pemerintah membantu masyarakat kelas bawah dengan memberikan bantuan sosial dan Bantuan Langsung Tunai (BLT).

"Yang terpukul mereka-mereka yang golongan bawah maka bansos apapun berikan. Amerika keluarkan BLT, banyak yang keluarkan BLT, dulu saya juga keluarkan BLT," ucap dia.

Lebih lanjut, SBY mengatakan, pemerintah masih memiliki peluang untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia dengan mengeluarkan stimulus untuk menahan pertumbuhan ekonomi tidak turun.

"Bola ditangan pemerintah, istilahnya we have given everything to this government, tinggal tolong ini semua digunakan dengan baik, rakyat membantu, saya pribadi ingin membantu meskipun tidal secara tidak langsung karena partai yang dulu saya pimpin tidak di pemerintahan," ujar SBY.