Menko Luhut: Indonesia Dirampok Puluhan Tahun Tapi Tetap Kaya!

Senin, 27/07/2020 07:56 WIB
Luhut Binsar Panjaitan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (lintasparlemen.com)

Luhut Binsar Panjaitan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (lintasparlemen.com)

Jakarta, law-justice.co - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan kalau Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alam.

Oleh karenanya dia ingin ke depannya Tanah Air bisa mengolah sumber dayanya agar memiliki nilai tambah.

"Kita ini super kaya. Bayangkan, kita dirampok oleh banyak orang berpuluh tahun tapi kita masih kaya saja. Sekarang jangan lah. Kekayaan itu harus ditambah lebih bagus lagi, dengan nilai tambah, dengan value added, dengan teknologi," ujarnya seperti melansir tempo.co beberapa waktu lalu.

Kata dia, ke depannya Indonesia harus terlibat dalam memberikan nilai tambah pada sumber daya alam yang dimilikinya. Ia tidak ingin Tanah Air hanya mengandalkan ekspor komoditas untuk mendapat uang. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya tidak ditopang komoditas, melainkan nilai tambah.

"Hilirisasi ini sangat penting, jangan seperti selama ini menjadi pengekspor raw material. Freeport lebih dari 55 tahun itu kita ekspor saja, kita gali dan ekspor dengan tanahnya. Kita enggak tahu isinya apa saja," ujarnya.

Sebagai contohnya, pada mineral nikel. Dia mengatakan pengolahan bijih nikel ke stainless steel slab bisa memberikan nilai tambah yang signifikan.

Kemenko Marves menghitung ada peningkatan nilai ekspor hingga 10,2 kali apabila bijih nikel itu diolah menjadi stainless steel slab. Pasalnya, harga bijih nikel hanya sekitar US$ 31 per ton. Sementara, stainless steel slab bisa US$ 1.602 per ton.

Belum lagi, kata dia, kalau nikel tersebut nantinya bisa diolah menjadi baterai lithium. Baterai lithium menjadi produk yang diperkirakan melonjak kebutuhannya pada beberapa tahun ke depan. Mengingat sejumlah negara di dunia mulai mengalihkan bahan bakar kendaraannya dari energi fosil ke yang lebih bersih seperti kendaraan listrik.

Dia melihat Indonesia memiliki cadangan mineral yang cukup untuk bisa menjadi pemain kunci di industri baterai lithium. "Indonesia cadangan nikelnya besar," ujar dia.

Begitu pula pada pengolahan bauksit. Dia mengatakan pengolahan bauksit menjadi alumunium ingot bisa membawa nilai tambah yang besar.

Berdasarkan bahan paparannya, penambahan nilai ekspor dari bauksit menjadi alumunium ingot bisa mencapai 11,2 kali lipat, mengingat harga bauksit hanya US$ 30 per ton dan alumunium ingot US$ 1.700 per ton.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar