Di Ciamis, Harga Jengkol Lebih Mahal dari Harga Ayam

Senin, 04/05/2020 15:04 WIB
Ilustrasi Jengkol di Pasar (Foto:korannonstop.com)

Ilustrasi Jengkol di Pasar (Foto:korannonstop.com)

Jakarta, law-justice.co - Harga jengkol di wilayah tatar galuh Ciamis lebih mahal dibandingkan harga daging ayam. Saat ini harga buah polong-polongan dengan aroma khas tersbut mencapai Rp 50.000 per kilogram.

Pantauan di Pasar Manis yang merupakan pasar tradisional terbesar di tatar galuh Ciamis, Minggu 3 Mei 2020, harga jengkol tersebut bervariasi sesui dengan ukuran.

Selain jengkol yang masih ada kulit, sebagian pedagang juga menyediakan jengkol yang sudah dikupas.

Jengkol dengan nama latin Archidendron pauciflorum berukuran paling besar harganya mencapai Rp 50.000 per kilogram, sedangkan ukuran yang lebih kecil lebih murah. Sementara itu harga daging ayam broiler (BR) masih berkisar Rp 32.000 – Rp 34.000 per kilogram.

“Sekarang jengkol (harganya) jeluh lebih mahal dibanding daging ayam. Sampai Rp 50.000 untuk ukuran paling besar, sedangkan yeng lebih kecil lebih murah. Sebelumnya harga jengkol hanya berkisar R 25.000 – Rp 30.000 per kilogram,” tutur Nunu, salah seorang pedagang jengkol di Pasar Manis Ciamis.

Dia mengungkapkan naiknya harga jengkol disebabkan karena mulai langka.

Sebagian besar jengkol yang dijualnya berasal dari Lampung. Sedangkan jengkol lokal, belum memasuki masa panen.

“Dalam kondisi sekanag ini, musim virus corona, transportasi juga sulit, apalagi antar pulau. Akibatnya jengkol menjadi sedikit. Otomatis harga naik,” katanya.

Lebih lanjut Nunu yang juga menjual daging ayam broiler, menambahkan mahalnya harga jengkol, tidak berbanding dengan permintaan yang menurun tajam. Apabila dalam kondisi normal, dapat menjual 25 kilogram jengkol per hari, saat ini sedia 10 kilogram sudah hampir seminggu belum habis.

“Mungkin juga karena corona, sehngga pembeli juga berkurang. Permintaan turun sampai 80 persen. Sebelumnya saat puasa permintaan juga tetap tinggi, akan berbeda dengan kondisi sekarang,” tambahnya.

Nunu mengatakan sebagian besar pembeli adalah pelanggan yang membuka usaha warung makan. Sekarang lebih banyak warung yang tutup, tidak hanya karena puasa, akan tetapi sebelum puasa juga banyak warung tidak jualan karena Covid-19.

Hal senada juga dikatakan Ika, seorang pedagang sayuran. Dia menambahkan jengkol yang dijual berkurukan sedang dengan harga Rp 35.000 per kilogram. Jengkol kupas tersebut dikemas dalam kantong plastik.

“Sekarang jengkol lagi naik, lebih mahal dibanding daging ayam. Jengkol masih sedikit, beda dengan daging ayam yang sejak beberapa hari lalu harganya turun drastis. Umumnya yang membeli pemilik warung makan,” ungkapnya.(Pikiran Rakyat)

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar