Benarkah Agen Penyebar Virus Corona Itu Bernama Luhut Panjaitan?

Senin, 20/04/2020 14:25 WIB
Luhut Binsar Panjaitan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (lintasparlemen.com)

Luhut Binsar Panjaitan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (lintasparlemen.com)

Jakarta, law-justice.co - Beberapa waktu yang lalu ekonom senior Faisal Basri di media sosial sempat menyebut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan lebih berbahaya ketimbang virus COVID-19 alias virus corona.

"Luhut Panjaitan lebih berbahaya dari coronavirus COVID-19," tulisnya melalui akun Twitter-nya.

Memang tidak dijelaskan apa maksud di balik cuitan tersebut karena ia tak menyertakan konteks di dalam cuitannya. Meskipun demikian, cuitan tersebut viral hingga memperoleh 42 ribu likes dan dibagikan hingga 20 ribu kali yang kemudian menjadi pembicaraan dimana mana.

Warganet pun terbelah antara yang sepakat dengan cuitan Faisal Basri tapi ada juga yang mengecamnya. Benarkah Luhut lebih berbahaya dari corona?. Kalau memang benar demikian, kira kira logika macam apa yang mendasarinya?

Lebih Berbahaya Mana?

Tidak ada yang menyangkal bahwa virus corona itu sangat berbahaya karena faktanya virus ini telah membunuh ratusan ribu manusia. Berdasarkan perhitungan AFP dari data WHO, Kamis (16/4), total ada 90.180 kematian akibat corona di Eropa, sekitar 65 persen dari jumlah kematian di seluruh dunia. Adapun jumlah kematian di dunia akibat COVID-19 atau corona mencapai 137.499 orang dimana lebih dari 50 persen jumlah pasien corona atau sebanyak 1.047.279 orang ada di Eropa.

Di Indonesia sendiri jumlah pasien positif terinfeksi virus corona (Covid-19) secara kumulatif per Minggu (19/4) bertambah 327 orang menjadi 6.575 kasus. Dari jumlah itu, 686 orang sembuh dan 582 meninggal dunia.

Karena itu sangat wajar kalau covid-19 bukanlah penyakit yang bisa dianggap sebelah mata. Karena sudah terbukti covid-19 menimbulkan berbagai komplikasi penyakit hingga penderitanya kehilangan nyawa.

Potensi orang akan kehilangan nyawa terjadi jika virus ini menyerang golongan yang rentan seperti orang tua atau orang yang sejak semula mengidap penyakit tertentu sehingga makin parah penyakitnya kalau terjangkiti virus corona.

Bahaya dari virus corona pula adalah bahwa karakter virus ini mudah menular antar manusia. Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, virus corona SARS-CoV-2 bisa menular melalui kontak dekat dengan penderita. Apabila orang tersebut bersin atau batuk, droplet dari orang tersebut masuk ke tubuh individu di dekatnya dan menularkannya.

Skenario penularan lain juga bisa melalui kontak jabat tangan dengan individu positif corona. Orang yang sehat bisa tertular jika ia tak mencuci tangannya dengan bersih, setelah bersalaman dengan si penderita. Ada pula kemungkinan penularan dengan menyentuh permukaan benda yang sudah dihinggapi virus corona.

Virus corona juga dinilai berbahaya karena sejauh ini belum ditemukan apa obatnya.Hingga saat ini, belum ada obat yang disepakati ilmuwan untuk mengatasi virus corona. Riset terkait obat Covid-19 masih dalam penelitian dan pengujian oleh para ahli di banyak negara.

Beberapa pihak telah mencoba obat malaria, obat flu, dan antivirus dalam menangani virus corona. Namun, penting untuk diketahui bahwa belum ada obat Covid-19 yang diyakini aman dan tak menimbulkan kerugian bagi penderitanya.

Bahaya lain dari virus corona adalah adanya silent spreader: tak bergejala namun bisa menularkannya.Virus corona dapat berbahaya karena tak semua orang menunjukkan gejala.

Hal ini mengkhawatirkan karena individu tersebut tetap bisa menularkan virusnya kepada siapa saja. Orang tanpa gejala namun bisa menularkan inilah yang disebut sebagai silent spreader sehingga sangat berbahaya.

Meskipun virus corona sangat berbahaya namun virus ini sebenarnya menjadi tidak berbahaya manakala kita mampu “menjinakkannya”. Cara menjinakkannya sebenarnya cukup mudah yaitu dengan cara mencegah diri agar tak tertular virus corona. Beberapa cara pencegahan virus corona, salah satunya adalah : dengan berdiam diri di rumah untuk membantu mencegah penyebaran virus corona karena kontak dengan manusia lainnya.

Itulah sebabnya untuk mencegah penyebaran virus termasuk corona ini Undang Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentangt Kekarantinaan Kesehatan telah mengatur upaya untuk mencegah penyebaran virus dengan cara melakukan karantina. Dalam hal ini karantina dibagi menjadi empat yaitu karantina rumah, karantina rumah sakit, PSBB atau Pembatasan Sosial Skala Besar dan karantina wilayah (atau lockdown).

Karantina Rumah adalah pembatasan penghuni dalam suatu rumah beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakitnya. Karantina Rumah Sakit adalah pembatasan seseorang dalam rumah sakit yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebarannya.

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakitnya. Sedangkan Karantina Wilayah adalah pembatasan penduduk dalam suatu wilayah termasuk wilayah pintu masuk beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakitnya.

Sekiranya tahapan upaya untuk “menjinakkan” virus corona tersebut bisa dilakukan sesuai dengan ketentuan UU maka diharapkan penyebaran virus corona bisa tepat guna. Kuncinya adalah kedisiplinan dari setiap warga negara dan konsistensi serta ketegasan dari pemerintah yang mengaturnya.

Namun upaya untuk mencegah penyebaran virus corona di Indonesia saat ini nampaknya tidak sesuai dengan harapan bersama. Dari sisi warga negara masih kurang displin dan terkesan semau maunya. Bahkan banyak yang menganggap sebagai berlebihan sehingga tidak mengikuti ketentuan yang ada. Sementara dari sisi pemerintah yang menjadi pengaturnya terkesan tidak koordinasi, plin plan dan saling mengedepankan egonya.

Yang paling mencolok dalam rangka pengambilan kebijakan untuk mencegah penyebaran virus corona ini adalah langkah langkah yang telah dilakukan oleh Menteri Kemaritiman Luhut Panjaitan yang terkesan tidak mendukung program penanganan virus corona.

Yang dipentingkan adalah aspek ekonomi semata mengabaikan keselamatan manusia alias warga negara. Pertimbangan ekonomi lebih utama daripada hilangnya nyawa manusia sampai sampai seorang yang bernama Said Didu menyebut bahwa Luhut hanya memikirkan uang, uang, dan uang saja.

Jika langkah dan upaya upaya untuk mengatasi penyebaran virus corona mengikuti langgam dan selera Luhut Panjaitan bisa jadi virus corona akan semakin merebak di Indonesia. Sehingga virus corona yang sebenarnya bisa “dijinakkan” itu menjadi semakin liar karena ditopang oleh angin kebijakan yang mendukung penyebarannya. Inikah kiranya yang menjadi penyebab ekonom Faisal Basri menyebut Luhut Panjaitan lebih berbahaya dari virus corona?

Jejak Digital

Meledaknya pandemic virus corona yang melanda China saat itu tidak membuat Pemerintah Indonesia waspada lalu mencegah kedatangan mereka ke Indonesia. Justru ketika media media menyoal terus membanjirnya turis China ke Indonesia direspons negative oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang meminta agar dampak meluasnya wabah Virus Corona terhadap kunjungan turis Cina ke Indonesia tidak dibesar-besarkan pemberitaannya. Sebab, jika dibandingkan negara lain, jumlah wisatawan dari negara tirai bambu yang datang ke Indonesia jauh lebih sedikit jumlahnya.

Luhut menyebutkan jumlah turis Cina yang tersebar di seluruh dunia mencapai 137 juta orang. "Turis Cina ke Singapura 6 juta, turis Cina ke Jepang 6 juta dan sebagainya. Indonesia baru 2 juta saja sudah ribut," kata Luhut dalam rapat koordinasi nasional investasi di Hotel Ritz Carlton Pasific Place Jakarta, Kamis, 20 Februari 2020 sebagaimana dikutip tempo.co.

Oleh karena itu, menurut dia, yang perlu lebih diwaspadai sebagai dampak Virus Corona adalah sektor perdagangan, lapangan kerja dan sektor lainnya. "Ini harus segera kita perbaiki," ujarnya.

Dalam pandangannya, Luhut menyebutkan Virus Corona saat ini memiliki dampak yang besar ke kinerja impor Indonesia. Bila dalam waktu dua bulan Indonesia tidak hati-hati menata, ia memperkirakan ekonomi dalam negeri dapat terimbas. "Seperti industri tekstil akan kena, karena banyak bahan diimpor dari Tiongkok dan tidak berproduksi," kata dia.

Disini terlihat nyata bahwa Luhut begitu kuatir mengenai kondisi perekonomian Indonesia jika masalah kedatangan turis China ke Indonesia dibesar besarkan beritanya. Justru yang perlu diwaspadai sebagai dampak Virus Corona menurutnya adalah sektor perdagangan, lapangan kerja dan sektor lainnya.

Pada hal kedatangan turis China ke Indonesia ditengah merebaknya virus corona perlu diwaspadai karena berpotensi menyebarkan penularannya. Seharusnya keselamatan warga negara Indonesia yang dipertimbangkan bukan masalah ekonomi yang dicemaskannya. Sebab ekonomi terpuruk masih dicari jalan keluarnya tapi kalau sudah nyawa yang hilang, kemana mencari gantinya?.

Publik juga dibuat kesal oleh Luhut karena ketika virus corona masih getol getolnya melanda China buru buru ia sudah membuat pernyataan bahwa corona sudah mereda dan karenanya TKA China bisa segera masuk ke Indonesia. Pada hal waktu itu tanggal 21 februari 2020 dimana Indonesia seyogyanya bersiap diri untuk mengantisipasi penyebaran virus corona.

Saat itu Luhut bilang terhambatnya arus balik TKA Cina di Indonesia yang pulang saat imlek memberi dampak negatif ke perekonomian kita. “Karena itu sedang kita excercise sekarang ini, apakah nanti pegawai pegawai Tiongkok yang manajer level yang bisa datang, masih dibolehkan datang ke Indonesia setelah mereka dikarantina dua minggu di Tiongkok,” ucap Luhut di Ritz Carlton, Kamis
(20/3/2020) sebagaimana di kutip, tirto.id.

Menurut Luhut, ada sejumlah proyek di Indonesia yang saat ini bergantung pada tenaga kerja asing asal Cina seperti proyek kereta cepat Jakarta-Bandung hingga aktivitas produksi di Morowali, Sulawesi Tengah. Hal ini juga mencangkup proyek PT Vale Indonesia yang seharusnya sudah bisa jalan beberapa bulan ini tetapi terpaksa tertunda. “Sekarang kami dan presiden sedang mengamati dengan cermat kapan kira-kira kita mulai bisa bawa staf yang sudah kerja di sini seperti kereta api cepat,” ucapnya.

Tanggal 10 Pebruari ketika virus corona diduga sudah masuk ke Batam Luhut Binsar Pandjaitan, menolak berkomentar soal isu enam orang yang diduga terinfeksi virus corona dan masuk ke Batam. Saat ditanya wartawan, Luhut mengatakan virus corona telah pergi dari Indonesia."Corona? Corona masuk Batam? Hah? Mobil Corona. Corona kan sudah pergi dari Indonesia," ujarnya di Jakarta, Senin (10/2/2020).

Luhut Panjaitan memang orang yang tidak terlalu mengkhawatirkan pandemic virus corona bakal mewabah di Indonesia karena menurutnya virus itu tak tahan cuaca panas sehingga pandemi virus corona tidak akan lama berlangsung di Indonesia, ketimbang negara-negara lainnya. Menurut dia, Indonesia punya karakteristik berbeda lantaran virus berbahaya tersebut tidak akan tahan lama berada bagi negara yang mengalami iklim tropis seperti Indonesia.

Pernyataan Luhut tersebut dibantah Ahli Epidemiologi dari Universitas Andalas (Unand) Defriman Djafri Ph.D yang mengatakan butuh kajian mendalam terkait ada tidaknya korelasi antara iklim wilayah dan perkembangan virus corona.

"Artinya ini butuh kajian yang detail. Kita juga harus me-`review` hasil penelitian di tempat lain karena ada yang menyatakan tidak ada pengaruh terhadap iklim, sama saja," kata dia saat dihubungi di Jakarta.

Sebagai contoh, kata dia, dalam jurnal Swiss Medical Weekly terdapat salah satu artikel yang dipublikasikan pada 16 Maret 2020. Penelitian itu membahas potensi dampak musim terhadap pandemi virus corona.Dalam artikel tersebut dinyatakan bahwa virus corona musiman menunjukkan variasi dan pemodelan musiman yang kuat dan konsisten sehingga membutuhkan variasi yang kuat dalam transmisibilitas sepanjang tahun.

"Perlu dicatat, bagaimanapun COVID-19 tampaknya menyebar di iklim tropis seperti Singapura sehingga musim dingin tidak merupakan kondisi yang diperlukan dari penyebaran COVID-19," katanya.

Selain itu, kata dia, tren di berbagai daerah di seluruh Asia Timur menyiratkan bahwa musim saja tidak mungkin untuk mengakhiri penyebaran virus corona.

Kontroversi Menteri Perhubungan (Menhub) Ad interim, Luhut Binsar Pandjaitan terus berlanjut ketika virus corona sudah merebak hampir diseluruh wilayah Indonesia, kebijakan untuk tetap membuka pelabuhan dan bandara tetap di pertahankannya. Ia meminta para kepala daerah tetap membuka akses transportasi di tengah pandemi Corona.

Hal tersebut ia sampaikan dalam surat resmi yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Dalam surat tertanggal 6 April 2020, Luhut menginginkan operasional bandara, pelabuhan, dan transportasi darat tetap berjalan normal dengan mengoptimalkan pengawasan serta mengacu pada protokol kesehatan mencegah penyebaran virus corona (Covid-19).

"Mohon kiranya menteri dapat menyampaikan kebijakan tersebut kepada kepala daerah di seluruh Indonesia serta mengimbau agar tidak melakukan penutupan fasilitas transportasi yang berada pada wilayahnya," terang Luhut, Senin (6/4/2020).

Akibat kebijakan untuk tetap membuka pelabuhan dan bandara , arus barang dan manusia tetap berjalan sebagaimana biasa sehingga potensi penularan virus corona tetap terbuka. Di satu sisi banyak himbauan supaya orang tinggal dirumah saja tapi disisi lain akses pelabuhan dan bandara tetap dibuka sehingga memungkinkan datangnya orang orang dari mancanegara terutama China masuk ke Indonesia.

Kabarnya setelah mendapatkan sorotan yang cukup gencar dari masyarakat akhirnya pendatang asal China saat ini masuk lewat lewat pelabuhan kecil yang mungkin dimaksudkan untuk menghindari pantauan massa.

Kini ditengah pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Skala Besar) di Jakarta dan sekitarnya, beberapa kepala daerah menginginkan agar operasional KRL dihentikan saja karena KRL disinyalir sebagai sarana penularan virus corona. Namun Menteri ad interim Perhubungan RI Luhut Binsar Panjaitan akhirnya memutuskan untuk tidak menghentikan operasional kereta rel listrik di Jabodetabek selama penerapan pembatasan sosial berskala besar.

Keputusan Luhut disesalkan Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, salah satu dari lima kepala daeran yang mengusulkan penghentian sementara KRL beroperasi selama pemberlakuan PSBB di Jakarta dan sekitarnya.Dedie meragukan apabila penyerabaran virus corona covid-19 bisa ditekan maksimal kalau KRL masih diijinkan operasionalnya.

Kekesalan rupanya tidak hanya dirasakan oleh Wakil Walikota Bogor saja. Pemerintah DKI juga dibikin kesal dengan adanya kebijakan Luhut yang mempersilahkan Ojol tetap mengangkut penumpang ditengah pemberlakuan PSBB di Jakarta. Pada hal sebelumnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tegas melarang ojek online (ojol) angkut penumpang, sesuai dengan aturan dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia, kok bisa?.

Ada lagi kebijakan Gubernur DKI Jakarta yang mengikuti arahan Presiden Jokowi, tapi dibatalkan juga oleh menterinya. Dalam rapat terbatas, (Senin, 30/3/2020), Presiden Jokowi menyinggung bahwa dalam delapan hari terakhir ada 876 armada bus membawa penumpang sebanyak 14 ribu orang dari Jabodetabek.

Dia meminta agar hal ini jadi perhatian yang serius karena dapat menularkan Covid-19 di daerah yang menjadi tujuannya. Lalu kebijakan ini diikuti oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, yang memerintahkan Dishub DKI Jakarta membuat larangan operasional sejumlah bus.

Tapi baru juga akan diberlakukan, pemerintah pusat melalui pelaksana tugas (Plt) Menteri Perhubungan Luhut Binsar Pandjaitan membatalkan kebijakan tersebut. Hal ini yang kemudian membuat Roy Suryo menjadi bertanya-tanya mengenai sinkronisasi Jokowi dan jajarannya.

“Goodbener DKI Jakarta Mas Anies Baswedan sudah tegas akan menyetop operasi bus AKAP, kok malahan LBP (Luhut Binsar Pandjaitan) membatalkan? Harusnya yang dibatalkan itu TKA China!” kesalnya.

Hal yang sama juga terjadi pada kebijakan soal larangan mudik bagi perantau menjelang hari raya. Awalnya Presiden Jokowi melarang orang mudik untuk membatasi penyebaran corona. Namun belakangan Luhut bersama Jubir Presiden tiba-tiba meralat kebijakan tersebut dan membolehkan mudik. Kebijakan ini tak sejalan dengan berbagai upaya Pemerintah Daerah membendung atau memutus laju persebaran virus corona,”

Selanjutnya disaat Indonesia diserang pandemic corona, dan rakyat meminta supaya negara membuat skala prioritas bagi keselamatan dan nyawa rakyat dan meminta menunda proyek pindah ibukota, tapi Luhut Binsar Pandjaitan tetap memastikan persiapan pemindahan ibukota. Padahal, publik juga paham mayoritas investor berasal dari China yang sekarang sedang sibuk menghadapi virus corona gelombang kedua.

Yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika virus corona sedang mewabah dan menyebabkan ratusan orang meninggal dunia, Luhut menanggapinya dengan enteng dan terkesan meremehkannya.Menurutnya sejauh perbandingan korban jiwa dengan yang terjangkit di Indonesia sangat jauh jumlahnya.Dia menjabarkan angka kematian Corona masih di bawah 500 orang, yang terinfeksi hanya 4 ribuan orang. Sementara itu jumlah keseluruhan penduduk ada 270 juta di Indonesia.

"Buat saya juga jadi tanda tanya sih, kenapa jumlah yang meninggal sampai hari ini, maaf sekali lagi, itu kita angkanya nggak sampai 500 padahal penduduk kita ini kan 270 juta, infected 4 ribuan lebih katakan kali sepuluh jadi 50 ribu," kata Luhut saat konferensi pers secara virtual, Selasa (14/4/2020).

Pernyataan Luhut itu lantas menuai kritikan dari berbagai pihak. Luhut dinilai menyepelekan nyawa manusia yang meninggal karena virus corona. Wakil Ketua Komisi III DPR Desmond J Mahesa mengatakan, tidak sepatutnya seorang menteri berbicara seperti itu. Sebab, Luhut adalah seorang pejabat publik, dan tidak seharusnya memicu ketidaknyamanan publik.

"Sebagai pejabat negara, itu tidak harus diomongkan yang seperti itu. Ini kan peran negara di tengah masyarakat, kalau negara tidak lagi bisa menjamin kesehatan, keamanan dan kenyamanan. Kalau itu sudah tidak bisa dilakukan lalu mau disebut apa negara kita ini. Maka tidak sepatutnya pejabat negara seperti Pak Luhut bicara seperti itu," ujar Desmond kepada kumparan, Rabu (15/4).

Menurut Desmond, Luhut bicara seperti itu karena sejauh ini tidak ada keluarganya yang menjadi korban kasus virus corona. Ia pun meyakini, jika ada anggotanya yang tertular, maka Luhut tak akan berkomentar seperti itu.

Senada dengan Desmond, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, menyebut ucapan Luhut sama sekali tidak pantas diungkapkan ke publik. Fadli mengungkapkan, korban meninggal akibat virus corona di Indonesia bukan hanya warga sipil, tetapi juga tenaga medis seperti dokter dan perawat. Sehingga, ucapan Luhut seakan tidak mencerminkan empati kepada para korban dan keluarganya.

Agen Penyebar Virus?

Langkah langkah kontroversial Luhut Panjaitan dalam penanganan penyebaran virus corona tak urung mendapatkan perhatian dari wakil rakyat yang ikut kesal juga rupanya. Adalah anggota DPR-RI Fauzi Amro yang menyoroti perubahan kebijakan Presiden Jokowi dalam penanganan virus corona dan peran kontroversi Luhut Binsar Panjaitan yang mendadak mengurus penanganan corona.

Menurut Fauzi, lambatnya respon Pemerintah Pusat dalam masalah penanganan virus corona, karena ada sosok yang sangat mengendalikan istana. Dan sosok itu lebih mengutamakan kepentingan ekonomi dari pada menyelamatkan rakyat Indonesia dari wabah virus corona.

Ia berperan melebihi kewenangannya. Sosok itu adalah Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertindak seolah ‘The Real President’ karena sepak terjangnya.

Kalau kita cermati dari periode pertama Pemerintahan Jokowi hingga saat ini, peran Luhut seperti disampaikan banyak pihak memang sudah seperti Perdana Menteri, bahkan ada yang menyebut Pak Luhut ini bertindak seperti ‘the real President’ saja.

Itulah sebabnya sosok Luhut oleh sejumlah pengamat dan ekonomi dianggap berbahaya. Karena peran Luhut kelihatan sangat begitu berkuasa di kabinet pemerintah yang sekarang berkuasa.

Celakanya Luhut ini dalam bertindak lebih mengutamakan kepentingan investasi dan ekonomi semata, sementara urusan kemanusian cenderung diabaikan termasuk nyawa manusia. Semestinya kita harus belajar dari negara-negara yang juga diserang wabah virus corona seperti China, Italia, Iran, Korea Selatan, Jerman, Arab Saudi, Ghana dan lain-lainnya.

Pemimpin mereka lebih mengedepankan penyelamatan rakyat dari pada ekonominya. Seperti kata Presiden Ghana, ekonomi bisa dibangkitkan, tapi siapa yang bisa membangkitkan orang yang sudah meninggal dunia?.

Nah ekonomi itu bisa baik, kalau masyarakat terjamin kesehatannya. Buat apa ada banyak investasi masuk tapi rakyat menderita karena virus corona dan bahkan meninggal dunia.

Berangkat dari fenomena kebijakan kebijakan kontroversial yang diambil oleh menteri segala urusan Luhut Panjaitan ini maka tidak berkelebihan kiranya kalau Faisal Basri menyebut dia lebih berbahaya dari virus corona. Karena hampir tidak ada kebijakannya satupun yang berkonotasi positif untuk membendung penyebaran virus corona.

Justru kebijakan kebijakannya sangat berkontribusi untuk tetap mewabahnya virus corona di Indonesia.
Barangkali yang ada dibenaknya hanya duwit, duwit dan duwit sebagaimana sinyalemen Said Didu yang melancarkan kritik pedasnya.

Alhasil public yang kesal, menilai Luhut sebagai seorang pengkhianat bangsa. Mungkin seperti londo ireng di zaman Belanda yaitu pribumi yang hidupnya diabdikan untuk kepentingan pemerintah penjajah Belanda.

Londo ireng dulu dikenal sangat tega kepada bangsanya sendiri demi memuaskan tuannya yang notabene penjajah negaranya. Mungkin saat ini kita sudah sampai di suatu zaman seperti dikhawatirkan oleh presiden pertama Indonesia.

Soekarno menyatakan: “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri,” itulah yang pernah dikatakan Ir. Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.

Dulu kita mungkin tidak akan membayangkan kemungkinan perkataan itu menjadi nyata. Mana mungkin ada yang lebih sulit dari berjuang melawan penjajah Belanda? Namun jika kita kembali menelaah apa yang terjadi sekarang ini, kata-kata Soekarno kemungkinan besar memang benar adanya.

Mungkin juga beliau sudah melihat tanda-tanda bagaimana kita kini memiliki tabiat yang tidak biasa. Yaitu munculnya orang orang yang menjadi pejabat tapi justru menjadi “musuh” bagi rakyatnya. Ketika virus corona sedang mewabah, justru membuat kebijakan kebijakan yang membahayakan bagi keselamatan rakyatnya.

Karena sepak terjangnya pula tidak sedikit juga meminta supaya Luhut mundur dari jabatannya. Ada juga yang meminta Presiden Jokowi sebagai penguasa Indonesia mengambil kebijakan untuk memecatnya. Tapi banyak yang pesimis Presiden berani melakukannya karena diduga justru Luhut adalah presiden Indonesia yang sebenarnya.

Ketika tuntutan masyarakat untuk memecat Luhut tidak diindahkan oleh Presiden yang sedang berkuasa, bisa jadi benar bahwa presiden yang berkuasa sekarang hanya seorang penguasa boneka belaka.

(Ali Mustofa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar