Tak Mau Sama Seperti Dokter Bernadette, Dokter Minta Pasien Jujur

Selasa, 07/04/2020 17:34 WIB
dokter Bernadette meninggal dengan status PDP Covid-19 (sorotmakassar)

dokter Bernadette meninggal dengan status PDP Covid-19 (sorotmakassar)

Jakarta, law-justice.co - Dokter telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) Bernadette Albertine Francisca meninggal dengan status PDP COVID-19. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menduga penyebab kematian dokter Bernadette kemungkinan karena pasien tidak jujur dengan kondisi kesehatan dan soal riwayat perjalanannya saat hendak dirawat.

"Penyakit COVID-19 bukanlah aib, jadi jujurlah biar tidak kena orang lain dan nyawa sendiri selamat karena cepat ditangani," kata Ketua Lembaga Riset IDI, dokter Marhen Hardjo saat berbincang soal penulran corona dan kemungkinan penyebab meninggalnya dokter Bernadette, Selasa (7/4/2020).

Marhen mengatakan hingga saat ini sudah ada 31 dokter yang meninggal akibat terpapar COVID-19. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang banyak anggota medisnya meninggal akibat virus ini.

Dari 31 orang tersebut, rata-rata dokter yang meninggal tidak semua melalukan kontak langsung dengan pasien positif COVID-19, seperti halnya yang terjadi dengan Bernadette di Makassar Sulsel.

"Biasanya pasien yang datang ke dokter kan adalah orang tanpa gejala tetapi membawa virus itu. Seharusnya mereka jujur soal riwayat perjalanan mereka kepada para dokter, atau pernah berkontak dengan pasien COVID-19 sebelumnya," terangnya.

"Mereka datang ke puskesmas atau rumah sakit dengan diagnosa bukan Corona, padahal Corona. Akhirnya dokter kena juga karena ketidakterbukanya pasien," imbuh dia.

Dikatakannya, ketidakterbukaan masyarakat disebabkan ada beberapa hal, seperti ketidakpahaman masyarakat Sehingga banyak PDP.

Sementara itu, Humas IDI Halik Malik saat dikonfirmasi terpisah mengatakan Perlu dilakukan penyesuaian sistem layanan kesehatan di setiap puskesmas, klinik, dan RS. Seperti pemisahan pemeriksaan antara pasien dengan indikasi Corona dan yang tidak.

"Setiap pasien yang datang dilakukan screening COVID dan non-COVID berdasarkan gejala dan riwayatnya. Dibuat alur terpisah untuk layanan COVID dan non COVID. Jadi ada pemilahan (triase) dan alur pelayanan yang berbeda," terangnya.

Halik kemudian meminta masyarakat untuk meningkatkan kesadarannya terkait Corona. Seperti melakukan isolasi mandiri apabila menimbulkan gejala.

"Jadi semacam self assesment, apakah cukup isolasi mandiri di rumah atau harus ke fasilitas kesehatan. Di masa pandemi ini harus ada kesadaran bahwa selalu ada resiko tertular ataupun menularkan covid-19," tutupnya.(detikcom)

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar