Ribuan Lulusan Penerbangan Nganggur, Keluhkan Minimnya Lapangan Kerja

Senin, 24/02/2020 10:57 WIB
Ilustrasi Pilot. (Fajar Bali).

Ilustrasi Pilot. (Fajar Bali).

Jakarta, law-justice.co - Sebanyak dua ribu pelajar lulusan sekolah penerbangan atau yang disebut Ab-Initio Pilot mengeluh karena hingga saat ini mereka masih menganggur atau belum mendapatkan pekerjaan.

Sekretaris Jendral (Sekjen) Forum Ab-lnitio Pilot Setiyadji Dwiwandoko mengatakan hal tersebut karena jumlah pelajar yang telah lulus melebihi dari permintaan pasar.

"Kurang lebihnya 2.000 pilot yang masih belum terserap di industri penerbangan Dirgantara Indonesia," kata dia melalui keterangan tertulisnya, Minggu (23/2/2020).

Dirinya menerangkan ribuan lulusan itu terdiri dari 23 Sekolah Penerbangan di Indonesia yang sudah mengantongi AOC 141. Yakni landasan peraturan untuk mengoperasikan sekolah penerbangan di Indonesia.

Setiap tahunnya, diperkirakan sebanyak 700 Ab-Initio Pilot yang lulus. Sehingga jika dirata-rata, kurang lebih sebanyak 30 orang yang lulus tiap tahunnya dari tiap sekolah penerbangan. Namun sayangnya, tak semua lulusan itu diserap pasar.

Menurutnya, angka itu sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan kondisi penerbangan Indonesia dengan beberapa tahun silam.

"Sebelumnya, jumlah lulusan penerbang Indonesia berbanding lurus dan menyesuaikan akan kebutuhan lulusan Penerbang Ab-Initio untuk maskapai penerbang yang ada di Indonesia," ucapnya.

Forum Ab-Initio meminta agar pemerintah, khususnya Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk turun tangan secara langsung untuk menangani permasalahan ini.

Misalnya pemerintah menambahkan fasilitas-fasilitas pendukung untuk General Aviation. Maupun membangun jembatan udara demi pemerataan ekonomi dan meningkatkan pariwisata di Indonesia.

Apalagi mengingat Indonesia memiliki 17 ribu pulau lebih yang membentang dari Sabang Sampai Merauke. Menurutnya, jika penambahan general aviation dan jembatan udara telah dibangun, dirinya percaya jumlah lulusan Ab-Initio Pilot itu bisa berkurang karena mampu diserap oleh pasar.

"Tentu hal ini harus segera pemerintah realisasikan. Mengingat beberapa hal yang dikemukakan itu [General Avition dan Jembatan Udara] bukan bahasan baru," pungkasnya.

Kemudian dirinya berharap pemerintah terjun langsung untuk berdialog dengan puluhan sekolah penerbangan itu supaya dapat membatasi dan mengurangi lulusan pilot pertahunnya. Agar terjadinya keseimbangan antara penawaran dan permintaan pelajar yang baru lulus dari sekolah penerbangan.

"Dengan besar harapan agar masalah penumpukan lulusan Penerbang Ab-lnitio di Indonesia ini dapat teratasi," tuturnya.

Kemudian Setiyadji menyarankan agar perusahaan penerbangan memberdayakan Single Pilot Operation menjadi Dual Pilot Operation.

Pasalnya pihaknya menemukan terdapat pesawat yang masih dioperasikan dengan hanya satu pilot saja. Pesawat-pesawat tersebut terutama PAC 750 XL dan Pilatus Porter PC-6.

"Kami mengusulkan perusahaan penerbangan meningkatkan sistem multicrew operation pada operator guna penyerapan lulusan Ab-Initio Pilot yang membutuhkan kesempatan kerja," jelas dia.

Lalu pihaknya melihat terdapat perusahaan penerbangan yang masih menggunakan tenaga pilot dari Warga Negara Asing (WNA), bukan Warga Negara Indonesia (WNI).

"Maka dari itu kami memohon kepada instansi terkait agar dapat memaksimalkan sumber daya Pilot anak bangsa Indonesia ini dengan memprioritaskan Penerbang Ab-Initio anak bangsa diatas penerbang asing," imbuhnya.

Selain itu, pihaknya juga meminta agar pemerintah memberikan pelatihan penerbang yang dikelola oleh negara maupun pihak swasta.

Seperti menyediakan fasilitas kelas diskusi untuk menambah pengetahuan dan juga potensi yang dimiliki sebagai seorang penerbang.

"Melakukan pembinaan agar dapat meningkatkan keterampilan sebagai seorang pilot dengan didampingl oleh instruktur-instruktur yang berpengalaman dan sudah berkecimpung dalam dunia airline," jelas dia. (Tirto.id).

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar