Penyelamatan Asabri oleh Menteri Erick Thohir Disebut Cuma Akal Bulus

Senin, 10/02/2020 14:53 WIB
Gedung Asabri. (Foto: Detik.com)

Gedung Asabri. (Foto: Detik.com)

Jakarta, law-justice.co - Langkah Menteri BUMN Erick Thohir yang mencopot dua direksi PT PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau PT Asabri (Persero) mendapat keritikan tajam.

Langkah Erick dianggap hanya untuk mengelabuhi publik dari dugaan korupsi yang terjadi di Asabri dengan perkiraan awal kerugian Rp10 triliun.

"Seakan memberikan harapan bagi pemberantasan korupsi di Indonesia, ternyata Menteri BUMN Erick Thohir hanya berupaya mengelabui rakyat Indonesia," demikian tulis Haidar Alwi Institute (HAI) dalam artikel berjudul Moeldoko & Menantu Petinggi Negara dalam Mega Skandal Asabri.

Erick mencopot Roni Hanityo Apriyanto dan Herman Hidayat masing-masing dari jabatannya sebagai direktur keuangan dan investai, dan direktur SDM dan umum. Keduanya diberhentikan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), 30 Januari.

HAI yang didirikan R. Haidar Alwi menduga Erick punya target lain. Sebab sebelumnya, Roni Hanityo telah diangkat menjadi direktur di PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri atau PT Taspen (Persero).

"Tidak banyak yang menyadari akal bulus Menteri BUMN Erick Thohir ini. Diduga kuat setelah membobol Jiwasraya dan Asabri, PT Taspen menjadi sasaran empuk berikutnya," demikian tulis artikel tersebut.

Salah satu direktur baru Asabri yang ditunjuk Erick Thohir adalah Jeffry Haryadi P Manullang. Jeffry pernah menjabat sebagai Head of Direct Investment Division dan Head of Money Market and Capital Market Division di PT Jamsostek (Persero), dan Direktur Investasi di BPJS Ketenagakerjaan, setelah Jamsostek bertransformasi menjadi BPJS.

Erick juga menarik Helmi Imam Satriyono. Sebelum masuk Asabri, Helmi menjabat Komisaris Utama PT Taspen Life. Sebelumnya ia menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Garuda Indonesia (Persero) dan menduduki jabatan Komisaris Utama PT GMF Aero Asia Tbk.

Helmi pernah juga menjadi Senior EVP di PT Mandiri Sekuritas, anak usaha Bank Mandiri. Ia juga tercatat pernah menjabat Direktur Keuangan Taspen pada era kepemimpinan Dirut Taspen Iqbal Latanro, sebelum digantikan oleh Antonius NS Kosasih.

"Sebuah sumber terpercaya membocorkan, gerombolan Erick Thohir dan kawan-kawan, termasuk sederet alumni Bank Mandiri yang kini menguasai BUMN, telah terlibat sejak tahun 2004 silam. Berbagai upaya dilakukan gerombolan Erick Thohir untuk menyembunyikan dugaan kejahatan terstruktur dan sistematis yang mereka lakukan. Satu di antaranya adalah dengan membeli beberapa klub olahraga di luar negeri," demikian artikel HI.

Diungkap bahwa berbagai upaya dilakukan untuk menyembunyikan dugaan kejahatan terstruktur dan sistematis yang terjadi.

PT Taspen (Persero) tercatat membukukan laba bersih Rp388,24 miliar pada 2019, meningkat Rp116,69 milliar jika dibandingkan 2018 sebesar Rp271,55 miliar atau naik sebesar 42,97 persen secara year on year.

Laba dikontribusikan oleh kenaikan pendapatan premi sebesar Rp977 miliar serta kenaikan pendapatan investasi sebesar Rp1,46 triliun, atau masing-masing naik sebesar 12,08 persen dan 19,08 persen dibandingkan 2018.

Sementara total Revenue yang dibukukan sebesar Rp19,28 triliun di 2019 melonjak sebesar Rp2,75 triliun dibandingkan 2018 yang mencatat pendapatan total Rp16,53 triliun atau terdongkrak 16,63 persen (year on year).

Namun pada Rabu (29/1/2020), di depan Komisi XI DPR, Rony Hanityo Apriyanto selaku direktur keuangan dan investasi memaparkan kebutuhan dana hingga Rp7,26 triliun untuk mengembalikan risk base capital atau rasio kecukupan modal berbasis risiko perusahaan asuransi mencapai kondisi ideal sesuai regulasi yakni 120 persen. Hingga 2019, posisi RBC Asabri tercatat minus 571 persen.

Penurunan aset Asabri cukup dalam lantaran perusahaan menempatkan investasi pada saham di grup usaha Benny Tjokrosaputro alias Benny Tjokro dan Heru Hidayat.

Aset mengalami penurunan dalam pengelolaan program Tabungan Hari Tua (THT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan Kematian (JKM). Total aset dalam pengelolaan program tersebut tercatat Rp19,4 triliun pada 2018, kemudian dalam laporan keuangan 2019 yang belum diaudit menjadi Rp10,6 triliun.

Total aset dalam Akumulasi Iuran Pensiun (AIP) juga mengalami penurunan. Pada 2018 tercatat Rp26,9 triliun kemudian anjlok menjadi Rp18,9 trilliun tahun 2019.

"Penurunan lagi-lagi terjadi karena nilai saham dan reksa dana yang menurun dari Rp 400-500 tinggal Rp50, baik di Inti Agri Resources Tbk (IIKP) dan Trada Alam Minera Tbk (TRAM) milik Heru Hidayat, maupun di PT Hanson Internasional TBK (MYRX) milik Benny Tjokrosaputro," demikian diungkap artikel itu.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar