Revitalisasi Monas, Ini Konsep Versi Arsitek Pemenang Sayembara

Jum'at, 31/01/2020 12:48 WIB
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan penebangan sekitar 190 pohon di kawasan IRTI Monas, Jakarta Pusat, sebagai bagian dari proyek revitalisasi kawasan tersebut. Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio menjelaskan bahwa revitalisasi di kawasan Monas tidak bisa dilakukan dengan gampang. Pemprov DKI Jakarta menyiapkan anggaran sebesar Rp150 miliar untuk perbaikan kawasan Monumen Nasional (Monas) pada APBD DKI 2019. Robinsar Nainggolan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan penebangan sekitar 190 pohon di kawasan IRTI Monas, Jakarta Pusat, sebagai bagian dari proyek revitalisasi kawasan tersebut. Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio menjelaskan bahwa revitalisasi di kawasan Monas tidak bisa dilakukan dengan gampang. Pemprov DKI Jakarta menyiapkan anggaran sebesar Rp150 miliar untuk perbaikan kawasan Monumen Nasional (Monas) pada APBD DKI 2019. Robinsar Nainggolan

Jakarta, law-justice.co - Deddy Wahjudi, Arsitek pemenang sayembara revitalisasi Monumen Nasional (Monas) menyatakan beberapa perubahan desain kawasan Monas dalam revitalisasi.

Meski tak mendetail, ia menyatakan ada pelebaran kawasan di sejumlah sisi.

"Tapi saya melihat, kelihatannya memang ada pelebaran di sisi plaza itu, Selatan, Utara, Barat, Timur," kata Deddy saat dihubungi, Kamis (30/1)

Deddy menjelaskan ada tiga unsur poin dalam mendesain revitalisasi Monas. Pertama, konservasi awal. Arsitek yang merancang ini menerjemahkan konsep konservasi alam dengan mendekatkan manusia kepada Monas itu sendiri.

"Kalau sekarang kan kebanyakan orang tahu Monas di dalam pagar ya. Nah di proposal kita, orang makin bisa mendekat ke ring yang lebih dalam untuk bisa lebih dekat," ujar Deddy.

Di dalamnya akan ada perubahan aspal yang menunjukkan titik lokasi kawasan Medan Merdeka. Kemudian, arsitek juga mengusulkan ada pembukaan pagar. Diharapkan nantinya masyarakat bisa bebas masuk, terutama setelah ada penggunaan MRT.

"Pagar waktu itu kita usulkan untuk dibuka. Jadi nanti ada orang bisa lebih leluasa masuk ke dalam. Perindahan moda yang melewati crossing ke Taman Medan Merdeka dari Stasiun MRT Monas ke Gambir kita rancang bukan di ring luar sekarang tapi di dalam jadi lebih pendek perjalanan kakinya," jelas dia.

Poin kedua, semangat konservasi yang memastikan bahwa pembangunan sesuai dengan histori dari pendiri bangsa. Adapun hal baru yang ditambahkan ialah terkait stasiun, gerbang, fungsi plaza aspirasi hingga plaza seni budaya.

Termasuk di dalamnya nanti adalah pemindahan Lenggang Jakarta ke Gambir. Lenggang Jakarta saat ini dibangun di tengah-tengah ruang terbuka hijau sehingga perlu dipindahkan.

"Itu semua kebijakan kami dalam desain itu, adalah membangun yang baru di atas kekerasan yang sudah ada," ujarnya.

Terkait pembongkaran lapangan parkir IRTI Monas, Deddy mengatakan pihaknya memang merencanakan hal tersebut. Dia mengklaim IRTI dibongkar agar masyarakat nantinya menggunakan transportasi umum, seiring dengan pembangunan fase II MRT di Monas. Sementara lapangan parkir IRTI akan digantikan pepohonan sebagai penambahan RTH.

"Tren ini akan mengarahkan bahwa semua kunjungan ke Monas itu akan transportasi publik apalagi ada MRT tahap kedua kemudian ada Gambir dan ada halte Transjakarta sebetulnya semua kunjungan ke Monas itu harus dengan transportasi publik memang nanti parkir akan di take out semua bekas lapangan parkirnya akan menjadi hutan," ujarnya.

Poin ketiga, kesederhanaan dalam merespons alam. Deddy dan tim mengatakan pihaknya tidak ingin bangunan baru mendominasi Monas. Hanya RTH yang boleh dinaikkan presentasenya.

Deddy menekankan agar tidak ada penebangan pohon dalam desainnya. Kalaupun ada bangunan, maka hal itu dibangun di tengah-tengah pohon yang ada.

"Kalau kami di sana konsep konservasinya masih bisa kita perjuangkan. Kami selalu mengedepankan konservasi pohon itu dapat dipertahankan," ujarnya.

Namun dalam praktik di lapangan, Dedy menyatakan arsitek tidak diikutsertakan langsung. Ia pun tidak tahu menahu terkait rencana pembangunan yang dilakukan kontraktor.

"Sebetulnya sayangnya kita tidak terlibat dalam perkembangan desainnya kemudian keputusan di lapangan untuk presscon exciting. Cuman kan kemarin enggak tahu ya, mungkin timnya berbeda sehingga kontraktor melihat itu begitu saja, tutup mata, gitu, sehingga ya sayang aja. Kita menyayangkan," katanya.

Revitalisasi Monas menjadi polemik karena tidak dibarengi dengan surat izin dari Komisi Pengarah yang diketuai Sekretariat Negara. Proyek ini pun dihentikan hingga ada surat balasan dan rapat terkait revitalisasi Monas dengan pemerintah pusat.


Sumber: cnnindonesia.com

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar