Duh, Sultan Brunei Sindir Jokowi Pemimpin Mabuk Kuasa?

Senin, 30/12/2019 14:15 WIB
Gambar tangkapan layar video unggahan kanal YouTube Abang AgunqS yang memuat narasi keliru mengenai Sultan Brunei Darussalam dan Presiden Jokowi. (tempo)

Gambar tangkapan layar video unggahan kanal YouTube Abang AgunqS yang memuat narasi keliru mengenai Sultan Brunei Darussalam dan Presiden Jokowi. (tempo)

Jakarta, law-justice.co - Video dengan judul "Sindiran Pedas Sultan Brunei Darussalam kepada Presiden Jokowi" beredar di media sosial. Video yang berisi potongan rekaman pidato Sultan Brunei Darussalam, Hassanal Bolkiah, itu berasal dari kanal Abang AgunqS di YouTube.

Dilansir dari Tempo.co, Senin (30/12/2019), salah satu akun yang menyebarkan video itu, yakni di Facebook, adalah akun Alfazy Khan Alfazy. Ia mengunggah tautan video tersebut pada 20 Desember 2019. Hingga kini, video itu telah disukai lebih dari seribu kali dan dibagikan lebih dari 400 kali.

Sementara itu, kanal Abang AgunqS mengunggah video tersebut pada 15 Februari 2018. Dalam keterangan videonya, kanal Abang AgunqS menuliskan narasi sebagai berikut:

Seputar Politik

Isu hangat minggu kali ini, yakni seputar sindiran pedas perihal ucapan yang di lontarkan oleh, Sultan Brunei Darusalam kepada Presiden Jokowi Dodo. Entah tujuan apa beliau mengucapkan kata seperti itu, terlepas dari semua mudah"han hubungan kedua negara tetap membaik.

Adapun isi potongan pidato Sultan Brunei dalam video yang berdurasi sekitar 2 menit tersebut adalah sebagai berikut:

"Kalau mahu jadi pemimpin yang baik, maka peganglah kuat-kuat prinsip ini. Dan juga jangan jadi pemimpin mabuk kuasa, melakukan apa saja untuk kepentingan diri sendiri lebih daripada kepentingan untuk negara. Di antara tanda-tanda pemimpin mabuk kuasa itu ialah licik, mengatur rancangan atau strategi bagi kepentingan sendiri, seperti mengamalkan kronisme dan nepotisme untuk mengukuhkan kedudukan dan kuasa. Beta yakin perbuatan seperti ini tidak mendatangkan sebarang kebaikan melainkan keburukan belaka kepada negara. Dan tidaklah boleh dibiarkan."

Selanjutnya, muncul foto Presiden Jokowi disertai sebuah tulisan: "Bagaimana tanggapan RI 1? Entahlah, Jokowi tidak mau menanggapi soal sindirian Sultan Brunei Darussalam tersebut."

Hingga kini, video unggahan kanal Abang AgunqS itu telah ditonton lebih dari 1 juta kali dan disukai lebih dari 11 ribu kali.

Benarkah dalam video itu Sultan Brunei Darussalam menyindir Presiden Jokowi sebagai pemimpin mabuk kuasa?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk mengecek klaim di atas, pertama-tama, Tim CekFakta Tempo menelusuri kolom komentar video itu. Komentar teratas, yang ditulis oleh akun Meriati Han, menyatakan bahwa pidato Sultan Brunei Darussalam itu bukan ditujukan kepada Presiden Jokowi, melainkan kepada menteri-menteri di Brunei.

Akun Meriati Han menulis, "Tolong jgn gunakan titah Sultan kami sebagai agenda politik saudara. Saya Dari Brunei Darussalam dan tahu ini adalah titah Sultan kepada Menteri kabinet di Brunei Darussalam. Bukan untuk Presiden anda Jokowi. Anda sudah membohongi Rakyat Indonesia dan sudah membuat fitnah terhadap Sultan kami."

Berbekal informasi itu, Tempo menelusuri video utuh pidato Sultan Brunei Darussalam tersebut. Hasilnya, ditemukan video yang identik, yakni yang diunggah oleh RTB News, kanal berita milik stasiun televisi di Brunei yang dibiayai oleh pemerintah setempat, RTB.

Video itu diunggah pada 7 Februari 2018. Video yang berdurasi sekitar 43 menit tersebut diberi judul "Berita Perdana 07 Februari 2018". Dalam video ini, cuplikan yang dibagikan oleh kanal Abang AgunqS terdapat pada menit 15:50 hingga menit 16:52.

Namun, cuplikan yang diunggah oleh kanal Abang AgunqS tidak memuat secara utuh pidato Sultan Brunei. Sebelum menyinggung tentang "pemimpin mabuk kuasa", Sultan Brunei terlebih dahulu menekankan pentingnya ideologi negara Brunei, yakni Melayu Islam Beraja (MIB).

Berikut pernyataan lengkapnya:

"MIB ialah pakaian Brunei. Kita memakainya sejak lebih 600 tahun lagi. Jadi, mengapa di dalam zaman yang dinamakan zaman modern ini ia mahu dipertikaikan? Yakinlah, barang siapa yang mempertikaikan MIB, mereka itu bukan purih Brunei atau tidak berjiwa Brunei. Untuk menjadi pemimpin, keperluan untuk menguatkan amalan konsep MIB sangatlah mustahab. Jangan sekali-kali coba menganut ideology atau sistem lain dari ideology dan sistem MIB. Kalau mahu jadi pemimpin yang baik, maka peganglah kuat-kuat prinsip ini. Dan juga jangan jadi pemimpin mabuk kuasa, melakukan apa saja untuk kepentingan diri sendiri lebih daripada kepentingan untuk negara. Di antara tanda-tanda pemimpin mabuk kuasa itu ialah licik, mengatur rancangan atau strategi bagi kepentingan sendiri, seperti mengamalkan kronisme dan nepotisme untuk mengukuhkan kedudukan dan kuasa. Beta yakin perbuatan seperti ini tidak mendatangkan sebarang kebaikan melainkan keburukan belaka kepada negara. Dan tidaklah boleh dibiarkan terus berlaku. Brunei mesti tetap Brunei. Inveronment-nya yang cantik mesti dikekalkan. Inveronment Brunei ialah kebajikan. Kita tidak akan membiarkannya dicemari oleh apa jua bentuk keburukan, termasuk ketidakjujuran dan kepalsuan. Brunei mesti bersih daripada semua gejala negatif."

Koran lokal Brunei Darussalam, Pelita Brunei, juga menurunkan pernyataan Sultan Brunei tersebut sebagai berita utamanya. Berita yang berisi pidato Sultan Brunei tentang "pemimpin mabuk kuasa" itu terdapat dalam berita yang berjudul "Mempertikaikan MIB, bukan purih Brunei".

Dalam berita yang dipublikasikan pada 10 Februari 2018 itu dijelaskan bahwa bahwa pidato Sultan Brunei tersebut disampaikan dalam Persidangan Khas Menteri-menteri Kabinet. Sidang itu berlangsung di Istana Nurul Iman, kediaman resmi Sultan Brunei, pada 7 Februari 2018.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, narasi bahwa Sultan Brunei Darussalam, Hassanal Bolkiah, menyindir Presiden Jokowi sebagai pemimpin mabuk kuasa merupakan narasi yang menyesatkan. Video yang digunakan untuk menyebarkan narasi itu sudah dipotong dan dibubuhi dengan judul serta keterangan yang keliru. Dalam video utuhnya, pidato Sultan Brunei ditujukan kepada para menteri di Brunei.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar