Rocky Gerung: Megawati Hanya Jadi Beban untuk Jokowi

Selasa, 17/12/2019 07:36 WIB
Akademisi Rocky Gerung (Foto: Detik)

Akademisi Rocky Gerung (Foto: Detik)

Jakarta, law-justice.co - Pengamat Politik Rocky Gerung kembali melontarkan kritikan pada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Kali ini, Rocky menilai bahwa Jokowi ingin lepas dari bayang-bayang Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Hal itu diungkapkan melalui kanal YouTube pribadinya Rocky Gerung Official, Minggu (15/12/2019).

Rocky yakin menyebut Jokowi ingin lepas dari bayang-bayang Megawati.

Ia menilai bahwa Megawati merupakan beban dari Jokowi.

"Ya kan kita baca pernyataan Pak Jokowi selalu enggak ada beban karena itu saya, kalau orang yang enggak ada beban artinya sebetulnya dia ada beban, kan bisa saja kebalik kan, bebannya pasti Megawati," katanya seperti melansir grid.id.

Rocky mengatakan demikian, lantaran sejumlah pernyataan Megawati kepada Jokowi di depan publik.

Termasuk, permintaan jatah menteri pada Kongres PDIP 2019 di Bali beberapa waktu lalu.

"Karena Megawati dari awal mengatakan ini petugas partai, di Bali di depan publik langsung todong Jokowi supaya kasih menteri sebanyak-banyaknya tuh," ucap Rocky.

Sedangkan, Jokowi ingin memperlihatkan identitas politiknya.

"Jadi bagaimanapun Jokowi ingin di ujung kekuasaannya ingin memperlihatkan semacam otensesitas dalam dirinya dengan menjadi aktor politik dengan mengumpulkan peralatan politik baru," pungkasnya.

Peralatan politik baru itu diperlihatkan secara langsung sebagai upaya untuk menghindar dari pengaruh bayang-bayang, bukan sekedar bayang-bayang instruksi dari Teuku Umar.

Pada kesempatan itu, Rocky turut mengomentari soal Pemilihan Ketua Umum Partai Golkar yang belum lama berlangsung.

Pada pemilihan tersebut, Airlangga Hartarto ditetapkan sebagai Ketua Umum.

Rocky menilai, terpilihnya Airlangga Hartarto menjadi Ketum merupakan tanda pecahnya hubungan politik antara Jokowi dengan Megawati.

"Sebagai indikasi kita sebut saja retak kongsinya dan potensi pecah itu pasti terjadi jelang 2024," ujar Rocky.

Rocky mengatakan bahwa Jokowi terlihat seperti ingin membangun warisan politik setelah dirinya tidak menjadi seorang presiden.

"Kan kita membaca bahasa tubuh Ibu Mega, bahasa tubuh Pak Jokowi jadi boleh disebut bahwa Joko Widodo ingin ada legacy (warisan) yang dia tinggalkan, jadi dia musti bikin oligarki baru," ungkapnya.

Pengamat politik asal Manado itu menilai membangun kekuatan politik adalah dengan cara menginteversi Partai Golkar.

"Komponen-komponen itu sudah dia hitung dan komponen itu salah satunya adalah Golkar," ujar Rocky.

Sehingga Rocky mengatakan bahwa kekuatan politik Megawati akan berkurang.

"Saya menganggap bahwa Ibu Mega kehilangan atau defisit kekuatan politik hari ini," ucap dia.

Rocky menilai, pergerakan Jokowi untuk menghindari Megawati cukup buruk lantaran menginteversi Golkar.

"Jadi bener tadi bayang-bayang Ibu Mega mungkin terlalu ingin sekedar dikaburkan, jadi Jokowi bikin move semacam itu, move yang buruk bagi demokrasi sebetulnya."

"Karena itu dia adalah intervensi terhadap Golkar, ya itu kimia kekuasaan hari ini kan," sebutnya.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar