Ternyata Ini Manfaat Jengkol Bagi Penderita Diabetes

Minggu, 27/10/2019 07:59 WIB
Ilustrasi Jengkol di Pasar (Foto:IDNTimes/korannonstop.com)

Ilustrasi Jengkol di Pasar (Foto:IDNTimes/korannonstop.com)

Jakarta, law-justice.co - Pasti Anda sudah sering mendengar nama makanan yang satu ini. Ada yang suka dan ada yang tidak. Terutama soal bau tak sedap yang ditimbulkan makanan ini. Ya, orang bisa menyebutnya Jengkol. Jengkol (Archidendron pauciflorum) merupakan jenis polong-polongan yang memiliki bau khas. Tanaman jengkol banyak ditemukan di Indonesia, Malaysia dan Thailand. Pohon jengkol bisa tumbuh setinggi 10-26 meter. Ternyata Jengkol sangat bermanfaat bagi penderita diabetes seperti dikutip dari Guesehat.com.

Di setiap daerah, jengkol memiliki beberapa nama lain. Misalnya di Sumatera, sering disebut jaring, di Sunda disebut kicaang, blandingan (Bali). Jengkol juga dikenal dalam bahasa Inggris, yaitu dog fruit.

Biji buah jengkol berbentuk gepeng, selebar uang logam lebar. Satu biji jengkol terdiri dari sepasang kepingan tebal yang akan memisah dengan sendirinya jika direbus. Biji buah jengkol merupakan bagian dari tanaman jengkol yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan dapat pula dijadikan sebagai bahan obat-obatan.

Kandungan Gizi Jengkol
Meskipun terkadang dipandang sebelah mata, jengkol ternyata memiliki kandungan gizi yang baik. Jengkol mengandung alkaloid, minyak atsiri, steroid, glikosida, tanin dan saponin. Dalam 100 gram jengkol pun, terdapat kandungan gizi yang bermanfaat bagi tubuh.

Selain itu, jengkol memiliki kandungan protein seperti asam amino, dan beberapa asam lainnya.

1. Asam amino
Kandungan asam amino pada jengkol ini didominasi oleh asam sulfur. Inilah sebenarnya yang menghasilkan bau khas pada buah jengkol. Padahal bau ini bisa dikurangi dengan proses perendaman dan perebusan.

2. Asam jengkolat
Asam jengkolat merupakan salah satu komponen pada jengkol yang tidak memberikan manfaat apa-apa bahkan dapat menjadi salah satu racun dalam tubuh. Kamu pasti pernah mendengar istilah jengkolan? Biasanya akibat makan jengkol terlalu banyak. Penyebabnya adalah asam jengkolat ini. Untuk mengurangi kadar asam jengkolat pada buah jengkol ini konon dapat dilakukan dengan membuat jengkol yang dikecambahkan, merebus jengkol dalam larutan yang mengandung abu gosok, dibuat emping jengkol, direbus selama 6-7 jam ataupun penambahan daun melinjo pada saat perebusan jengkol.

Khasiat Jengkol untuk Diabetes
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi atau menggunakan hormon insulin dengan efektif. Diabetes ditandai dengan poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum), polifagia (nafsu makan meningkat tetapi berat badan turun), akibat peningkatan kadar glukosa darah.

Penderita diabetes umumnya mengonsumsi obat diabetes baik oral, maupun insulin untuk membantu menurunkan kadar gula darahnya. Sebagian lagi mencoba menurunkan gula darah dengan tanaman atau obat herbal.

Kandungan asam dan mineral yang terdapat pada jengkol, konon dipercaya dapat membantu mencegah penyakit diabetes.
Namun harus diingat bahwa asam jengkolat ini tidak mudah larut dalam air sehingga disarankan untuk tidak mengkonsumsi jengkol secara berlebihan.

Ibaratnya, khasiat Jengkol untuk diabetes ini ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi dapat menurunkan kadar gula darah, namun juga dapat menyebabkan gagal ginjal akut karena kandungan asam jengkolat yang terdapat di dalamnya.

Penelitian kecil yang dilakukan peneliti dari Universitas lampung, melakukan analisa tentang khasiat jengkol untuk diabetes pada hewan percobaan tikus. Selain dampak jengkol pada penurunan gula darah, dilakukan pula uji kreatinin pada ginjal tikus.

Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol biji jengkol berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah. Penelitian ini juga menemukan tidak ada pengaruh pemberian jengkol pada peningkatan kadar ureum dan kreatinin.

Akan tetapi, jika ditinjau dari rerata kadar kreatinin, pemberian ekstrak jengkol dosis 1200 mg/kilogram berat badan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang dinyatakan dengan peningkatan kadar kreatinin.

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar