Konten NET TV Bermutu, Tapi Kalah dengan Tukang Bubur Naik Haji

Jum'at, 09/08/2019 17:17 WIB
Logo NET TV (Kastara.id)

Logo NET TV (Kastara.id)

Jakarta, law-justice.co - Saat ini, Net TV dirumorkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ratusan karyawan. Meski belum mendapat verifikasi lebih jelas, tapi semua pihak sudah menerka-nerka masalah yang dihadapi oleh Net.

Melansir dari Wartakota, pengamat bisnis Yodhia Antariksa, Founder sekaligus CEO PT Manajemen Kinerja Utama menduga jika PHK tersebut lantaran NET TV tidak mampu bersaing di tengah era digital yang masif belakangan ini.

“Senjakala televisi karena serbuan masif youtuber, IG story dan Netflix. NET ini segmennya orang-orang kota yang justru makin jarang nonton tv konvensional,” cuit Yodhia lewat akun twitternya @Strategi_bisnis, Jumat (9/8/2019).

Bahkan, ia menyebut jika NET TV yang terkenal dengan acara-acara berkelasnya kalah dengan sinetron-sinetron yang biasa ditampilkan perusahaan televisi mainstream lainnya.

“Padahal kualitas gambar NET TV ini paling bagus. Konsep program juga cukup menarik. Problemnya: segmen pemirsa yang dituju NET TV itu malah sedikit jumlahnya. Dan rata-rata sudah migrasi ke layar handphone. Mayoritas pemirsa TV masih tipe penggemar sinteron a la tukang bubur naik haji,” jelas Yodhia.

Oleh sebab itu kata Yodhia, NET TV dalam ilmu marketing disebut telah blunder dalam menentukan segmen pasar. Hal itu tentu sangat disayangkan, mengingat produk NET TV dianggap sangat berkualitas.

“Tapi salah milih target market. Target market NET populasinya makin kecil, dan rata-rata sudah migrasi ke youtube, IG dan Netflix,” kata Yodhia.

Sebab, kata Yodhia budget iklan TV di Indonesia sebenarnya masih sangat bergairah. Misalnya saja tahun lalu tembus hingga Rp110 triliun yang artinya tumbuh 13 persen dari tahun sebelumnya.

“Artinya: dana iklan TV masih sangat menjanjikan. Namun kue iklan itu masih didominasi program2 TV ala Sinetron. Bukan konsep acaranya Net TV,” kata Yodhia.

Isu rendahnya kue iklan yang didapat NET TV itu juga kata Yodhia diperkuat dengan dicopotnya pentolan NET TV Wishnu Utama dari jaringan televisi yang sudah dia besarkan selama enam tahun itu.

“Sejak Mei lalu, Wishnutama sudah enggak jadi CEO NET. Dicopot sama pemegang saham Indika yg kurang puas dengan kinerja keuangan NET,” kata Yodhia.

Menurut Yodhia, mengetahui segmen pasar dalam sebuah industri TV sangatlah penting.

Dalam ilmu marketing setidaknya dikenal konsep STP yakni Segmentation, Targeting dan Positioning.

“Itu langkah kunci yang bahkan harus jelas dulu sblm bikin dan launch produk. Salah dalam menentukan STP, akan bikin produk nggak laku, meski mutu bagus,” jelas Yodhia.

Tanggapan NET TV

Hingga kini pihak NET Tv belum mengeluarkan klarifikasi terkait isu tersebut.

Wartawan telah mencoba menghubungi Public Relation NET TV Diza Rahmat Putra melalui pesan WhatsApp tetapi belum mendapatkan balasan.

Twitter/NET TV

Namun di akun twitter resminya, NET TV mengunggah sebuah surat yang disematkan. Surat bertuliskan tangan tersebut sedikit menyinggung soal isu PHK yang mendera perusahaann televisi swasta tersebut.

“Udah ah sekian dulu surat di pagi ini, sampai ketemu di tweet selanjutnya! #Mimingakpamit,” tulis surat di kertas noted bersimbol NET Tv itu.

Unggahan tersebut langsung mendapatkan berbagai respon dari netizen. Umumnya mereka meminta NET TV untuk tetap mewarnai frekuensi televisi Indonesia.

(Regi Yanuar Widhia Dinnata\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar