Tren Obesitas di Indonesia Meningkat?

Senin, 05/08/2019 08:17 WIB
Ilustasi. (Foto: Harvard)

Ilustasi. (Foto: Harvard)

Jakarta, law-justice.co - Himpunan pakar gizi dan pangan menyatakan ada kenaikan masalah obesitas di Indonesia. Ketua Pergizi Pangan Indonesia, Hardiansyah mengungkapkan angka kenaikan mencapai 18 persen. Jumlah ini untuk kelompok usia remaja hingga dewasa.

Meskipun tren obesitas di Indonesia ini tak separah negara-negara lain di Asia, misalnya Malaysia.

Menurut Hardiansyah seperti dilansir dari Merdeka.com, isu soal obesitas memang makin berkembang di kawasan Asia.

"Negara yang agak mampu bisa menahan pelan kenaikannya (obesitas) itu dua, Korea dan Jepang. Makanya kita perlu sharing," jelas Hardiansyah saat ditemui pada Minggu (4/8/2019) seperti dilansir Merdeka.com.

Di Jepang kata dia, masalah obesitas bisa ditekan karena masyarakat di sana gemar memanfaatkan transportasi umum dalam beraktivitas. Mereka hampir tiap hari berjalan kaki kemudian berlanjut naik transportasi umum.

"Kalau di Indonesia gemukan itu (mencapai) 18 persen. Kalau Australia sampai hampir 50 persen. (Tapi Indonesia) iya trennya naik kita harus cegah daripada nanti kayak Australia dan Amerika sulit. Itu kalau yang kita hitung usia remaja ke atas. Kalau di balita ada sekitar 10 persen," papar dia lagi.

Ia menambahkan, di Indonesia sejak kecil anak-anak sudah dibiasakan malas bergerak. Contohnya, jasa antar-jemput sekolah.

Masalah lain adalah desain tata kota yang kurang mendukung kegiatan olah raga. Selain itu, kemajuan teknologi transportasi seperti kemudahan jasa pesan antar juga bisa memicu masalah obesitas.

"Ketika perjalanan baru melangkah sudah naik kendaraan, jadi orang kurang berjalan. Membangun mal jauhin dari parkiran biar orang jalan ke mal-nya. Jangan di bawah mal, itu sudah parkir terus ada lift lagi."

Dia melanjutkan, masyarakat perkotaan golongan menengah ke bawah cenderung lebih rentan terkena obesitas. Sementara, dia memprediksi populasi masyarakat yang masuk golongan tersebut berada di kisaran 60-80 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

"Kalau golongan menengah ke atas dia biasanya terdidik. Dia tahu, sekali gemuk kolosterol tinggi dia langsung ke dokter, langsung ke ahli gizi dan diatur makanan dan mulai taat," ujar dia.

Hardiansyah menjelaskan penyebab obesitas, diantaranya makanan, kurang aktivitas, durasi tidur, tingkat stres dan pola pikir. Sementara, risiko obesitas di masa tua yang mengancam masyarakat diantaranya hipertensi, diabetes, serangan jantung, ginjal hingga paru-paru.

"Kalau gemuk itu, apalagi di bagian tengah (Perut). Itu sangat berisiko timbunan lemak pada organ yang penting. Di situ ada jantung, ada ginjal, ada paru-paru. Di mana lemak tengah itu banyak ada racun-racun di bagian itu. Itu akan merusak dan membuat inflamasi namanya radang," terangnya.

"Kalau itu bertahun-tahun, gampang gulanya naik, gampang kolesterolnya naik, gampang tekanan darahnya naik. Tiga paket tadi, hipertensi, gula tinggi, hiperkolesterol dan tidak lama lagi diabet. Kalau sudah luka tidak sembuh, tidak lama lagi mulai serangan jantung atau pecah pembuluh darah," sambung Hardiansyah lagi.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar