Sistem Zonasi Tanpa Diimbangi Kualitas Hanya Berbuah Kekecewaan

Senin, 24/06/2019 21:01 WIB
Guru mengajar di sekolah terpencil (Foto: Edunews)

Guru mengajar di sekolah terpencil (Foto: Edunews)

Solo, law-justice.co - Pakar Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Joko Nurkamto mengatakan sebelum penerapan sistem zonasi sekolah, pemerintah seharusnya mempertimbangkan terlebih dahulu kualitas pendidikan yang ada di setiap zona tersebut. Zonasi tanpa adanya kualitas yang merata di setiap sekolah hanya akan membuat masyarakay kecewa dengan sistem itu.

"Zonasi tidak masalah kalau delapan standar dipenuhi, standar kompetensi lulusan (SKL), standar isi, proses, penilaian, kualifikasi pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar penilaian dan pembiayaan," katanya di Solo, Senin (24/6/2019).

Ia mencontohkan dari sisi sarana prasarana, jika memang bagus maka pendidikan yang diberikan kepada siswa juga akan bagus. Selanjutnya untuk sistem laboratorium multimedia tidak seluruh sekolah mutunya bagus.

"Selain itu juga bagaimana kualitas guru dan kepala sekolah. Intinya kalau bisa memenuhi delapan standar tersebut maka tidak masalah. Yang dikomplain orang tua itu kan anak pintar tetapi dapat sekolah yang jelek," katanya.

Ia mengatakan jika sistem zonasi dipaksakan maka ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu jika sekolah tidak dibenahi maka yang terjadi mungkin anak akan frustasi. Selanjutnya, yang kedua adalah anak tidak mempermasalahkan hal itu namun orang tua tidak rela jika anak tidak memperoleh sekolah yang kualitasnya baik.

"Permasalahannya kalau anak frustrasi kan kasihan anaknya. Belajarnya tidak termotivasi lagi karena mereka mendapati sistem, lingkungan, dan teman-teman yang tidak baik," katanya.

Sementara itu, dikatakannya, kepadatan penduduk setiap daerah tidak sama akhirnya berdampak pada jumlah siswa yang diperoleh sekolah tersebut.

"Ini beberapa kasus yang terjadi, kan ada daerah yang satu sekolah hanya dapat lima orang karena kepadatan penduduk di masing-masing zona beda. Boleh jadi di satu sekolah targetnya tidak terpenuhi," katanya seperti dikutip dari Antara.

Oleh karena itu, dikatakannya, perlu ada evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan banyak pihak, di antaranya orang tua siswa, siswa, guru, dan tokoh pendidikan.

"Mereka ditanyai bagaimana efektivitas sistem ini. Yang pasti perlu ada kajian yang lebih mendalam terkait zonasi. Mestinya pemerintah perlu mengantisipasi atau merespon, apa yang jadi masalah. Kalau ingin berjalan baik ya sistemnya diperbaiki," katanya.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar