Menperin Yakin RI Bisa Jadi Eksportir Kereta Kelas Dunia

Sabtu, 26/01/2019 13:43 WIB
PT INKA kirim pesanan kereta dari Bangladesh (Foto: Kompas)

PT INKA kirim pesanan kereta dari Bangladesh (Foto: Kompas)

Jakarta, law-justice.co - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis industri kereta api Indonesia bisa menjadi eksportir kelas dunia seiring kerja sama PT INKA (Persero) dengan perusahaan skala dunia, Stadler Rail Group asal Swiss (26/1).

"Kalau kita lihat, Stadler adalah salah satu 'player' kereta api di Eropa, juga sebagai produsen nomor empat di dunia. Ini menjadi momentum yang baik bagi PT INKA sehingga bisa saling memanfaatkan," katanya lewat keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Usai mengunjungi kantor pusat Stadler Rail Group di Bussnang, Swiss, Jumat (25/1/2019) waktu setempat, Airlangga mengatakan melalui kolaborasi INKA dan Stadler Rail itu akan terjadi transfer teknologi.

Menperin menjelaskan, sinergi kedua belah pihak terealisasi melalui pembangunan pabrik kereta api terintegrasi dan terbesar di Indonesia milik INKA di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Jumlah investasi yang bakal digelontorkan mencapai Rp30 triliun, dengan tahap awal senilai Rp500 milliar.

Dalam kesepakatannya, INKA menyiapkan lahan seluas 84 hektare beserta bangunan dengan tahap pertama digunakan seluas 12 hektare.

Sementara itu, Stadler menyediakan teknologi, mesin, dan pasar. Diperkirakan, total penyerapan tenaga kerja hingga 2.000 orang.

"Dari kerja sama ini, diharapkan akan membuka akses pasar ekspor lebih luas lagi bagi keduanya, baik di ASEAN maupun regional, di mana masing-masing sudah punya jaringan," ungkapnya.

Dari produksi di Banyuwangi ini, INKA bisa fokus di pasar berkembang seperti Bangladesh, India, Sri Lanka dan Filipina, sedangkan Stadler untuk memenuhi pasar seperti Singapura dan Australia.

Dengan penerapan teknologi terbaru, menurut Airlangga, pabrik INKA di Banyuwangi nantinya siap memproduksi berbagai jenis kereta mulai dari kereta ringan (light rail transit/LRT), metro, sampai kereta berkecepatan tinggi.

Sebagaimana yang dilansir dari Antara, bahkan, melalui penggunaan mesin canggih, pabrik ini mampu memproduksi empat kereta per hari atau sanggup melampaui 1.000 kereta per tahun.

"Kami terus memacu industri perkeretaapian nasional agar dapat menguasai pasar domestik dan semakin berperan dalam 'supply chain' industri perkeretaapian untuk pasar global," tegasnya.
 

(Muhammad Mu'alimin\Editor)

Share:
Tags:




Berita Terkait

Komentar