Turki Tak Terima Kecaman Prancis Soal Khashoggi

Selasa, 13/11/2018 19:14 WIB
Menteri luar negeri Turki, Mevlut Cavusoglu (Foto: Parsy Today)

Menteri luar negeri Turki, Mevlut Cavusoglu (Foto: Parsy Today)

Turki, law-justice.co - Kecaman Prancis mengenai cara presiden Turki menangani kasus wartawan Arab Saudi yang terbunuh Jamal Khashoggi melampaui batas dan Turki tak bisa menerima itu, kata menteri luar negeri Turki pada Senin (12/11).

"Menteri luar negeri Prancis bertindak terlalu jauh, dan ia harus tahu bagaimana berbicara dengan seorang presiden," kata Mevlut Cavusoglu, yang menuduh Jean-Yves Le Drian tidak mengatakan yang sebenarnya.

Le Drian pada Senin mengeluhkan bahwa --bertolak-belakang dengan pernyataan Presiden TurkI Recep Tayyip Erdogan-- Prancis tidak memiliki rekaman yang berkaitan dengan pembunuhan Khashoggi, dan mengatakan Erdogan "memainkan permainan politik" mengenai kasus tersebut.

Pada Sabtu, Erdogan mengatakan Ankara telah membagi rekaman yang mengaitkan pembunuhan Khashoggi dengan Arab Saudi, kepada AS, Jerman, Prancis dan Inggris.

"Saya tahu dinas intelijen kami memberi semua informasi, termasuk rekaman suara dari sambungan telepon dan catatan, ke dinas intelijen Prancis atas permintaan mereka pada 24 Oktober," kata Cavusoglu, sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.

Ia mengatakan Turki memberikan bukti mengenai pembunuhan Khashoggi ke beberapa negara, yang menyebut tuduhan Le Drian kepada Erdogan "kasar".

Beberapa pejabat Prancis dapat segera "membantah bahwa Khashoggi dibunuh, kondisi yang bahkan telah diakui oleh Arab Saudi", tambah Khasoggi.

"Kami akan memburu kasus Khashoggi mengenai itu. Kami bekerjasama dengan setiap orang secara internasional," katanya.

"Saat seluruh dunia memuji sikap Turki, tuduhan dan sikap kasar menteri luar negeri Prancis sangat membingungkan. Apa di belakang ini? Apakah mereka berusaha menutup-nutupi pembunuhan ini?" Ia berjanji akan mencari kesepakatan Prancis-Arab Saudi.

Khashoggi, wartawan Arab Saudi dan kolumnis bagi The Washington Post, hilang setelah ia memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.

Sebagaimana yang dilansir dari Antara, setelah beberapa pekan membantah terlibat, Kerajaan Arab Saudi mengakui ia telah dibunuh di Konsulat dan itu sudah direncanakan sebelumnya.
 

(Rois Haqiqi\Editor)

Share:
Tags:




Berita Terkait

Komentar