Tentara Ukraina Terobos Perbatasan Rusia Bawa Pasukan Terbesar

Sabtu, 10/08/2024 00:01 WIB
Tentara Ukraina Terobos Perbatasan Rusia Bawa Pasukan Terbesar foto :voi.id

Tentara Ukraina Terobos Perbatasan Rusia Bawa Pasukan Terbesar foto :voi.id

law-justice.co -  

Sangat  mengejutkan  sejak Februari 2022   serangan  sengit Ukraina   sebagai salah satu serangan terbesar Ukraina terhadap Rusia  . Berhasil memaksa Rusia mengerahkan pasukan cadangan. Sudah tiga hari Rusia berusaha memukul balik pasukan Ukraina di Kursk. Ribuan penduduk di sekitar wilayah itu sudah dievakuasi.

Pasukan Rusia kelabakan dengan serangan kilat dari Ukraina. Sebanyak 1.000 tentara Ukraina berhasil menerobos perbatasan Rusia di wilayah Kursk pada 6 Agustus dini hari. Pasukan Ukraina berhasil merangsek masuk dengan tank dan kendaraan lapis baja.

Walaupun demikian, menurut Media , pasukan Rusia juga sebenarnya sudah kewalahan. Bahkan, militer Rusia yang terbesar dan terkuat pun tidak akan mampu berperang selamanya, apalagi setelah kehilangan banyak tentara. Sejak Januari 2024, secara keseluruhan jumlah wilayah Ukraina yang direbut Rusia hanya sekitar 579 km persegi. 

Kementerian Pertahanan Rusia, Kamis (8/8/2024), menyatakan, militer Rusia dan penjaga perbatasan berupaya menghalangi pasukan Ukraina masuk lebih dalam ke wilayah di Rusia barat daya. Pertempuran sengit dilaporkan terjadi di dekat kota Sudzha, tempat gas alam Rusia mengalir ke Ukraina.

Ada kekhawatiran konflik di wilayah ini akan menghentikan aliran gas alam ke Eropa. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut serangan Ukraina itu sebagai provokasi berskala besar.

”Kami terus menghancurkan formasi pasukan Ukraina di Distrik Sudzhensky dan Korenevsky di wilayah Kursk di perbatasan Rusia-Ukraina,” sebut Kementerian Pertahanan Rusia.

Militer Ukraina bungkam soal serangan ke Kursk. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy ketika berpidato pada Kamis malam waktu setempat tidak spesifik menyinggung pertempuran di wilayah Kursk.

Ia hanya menegaskan, “Rusia membawa perang ke tanah kita dan Rusia harus merasakan apa dampaknya. Orang Ukraina tahu bagaimana mencapai tujuan mereka.”


Dia juga mengatakan sudah menerima tiga ”laporan produktif” dari komandan angkatan bersenjata Ukraina, Oleksandr Syrskyi.
Perbatasan Kursk dengan Ukraina mencapai 245 kilometer. Ini memungkinkan pasukan Ukraina melancarkan serangan dengan cepat dan merebut beberapa wilayah sebelum Rusia mengerahkan bala bantuan. Dengan serangan semacam ini, operasi ofensif Rusia di beberapa bagian Ukraina timur di wilayah Donetsk bisa melemah.

Namun, memecah kekuatan Rusia juga bisa berisiko melemahkan pasukan Ukraina yang kalah jumlah di sepanjang garis depan yang mencapai 1.000 kilometer.

Pasukan Ukraina masih kalah jumlah dari Rusia dan serangan di Kursk itu kemungkinan tidak akan berdampak besar dalam jangka panjang. Rusia tetap bisa unggul meski butuh waktu untuk menarik pasukan dari garis depan ke Kursk.

Namun, serangan di Kursk itu tetap penting bagi Ukraina karena setidaknya dapat meningkatkan semangat dan kepercayaan diri pasukan Ukraina yang dibombardir Rusia tanpa henti.

Sejumlah blogger Rusia mengatakan, pasukan Ukraina bergerak maju menuju Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Kursk yang terletak sekitar 60 kilometer (km) dari Sudzha. Yuri Podolyaka, blogger militer pro-Rusia kelahiran Ukraina yang terkenal, mengatakan, ada pertempuran sengit sekitar 30 km dari PLTN era Soviet yang memasok listrik ke sebagian besar wilayah selatan Rusia.

Pelemahan kekuatan

Akan terjadi penurunan dukungan Amerika  sehingga Ukraina khawatir dukungan dari Amerika Serikat akan melemah jika Donald Trump yang terpilih menjadi presiden AS.  Serangan di Kursk terjadi pada titik krusial dalam konflik Ukraina-Rusia.

Trump, calon presiden dari Partai Republik, telah mengatakan akan mengakhiri perang Rusia-Ukraina.

Ukraina ingin menekan pasukan Rusia yang kini menguasai 18 persen wilayahnya meski seberapa signifikan serangan perbatasan itu belum jelas.

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menilai serangan Ukraina itu upaya untuk memaksa Rusia mengalihkan sumber daya dari garis depan. Itu juga upaya menunjukkan kepada dunia bahwa Ukraina masih mampu berperang.

Dampak  dari serangan di Kursk, Medvedev mengatakan, Rusia harus  merubah strategi  untuk memperluas tujuan perangnya mencakup perebutan seluruh wilayah Ukraina.

Dia mengatakan, ”operasi militer khusus” Rusia harus memperoleh ”karakter ekstrateritorial yang terbuka”, dengan pasukan Rusia bergerak menuju Odesa, Kharkiv, Dnipro, Mykolayiv, Kyiv, dan wilayah sekitarnya.

 

”Jika perang tidak berjalan sesuai dengan skenario mereka, barulah kita bisa berunding dan mendorong atau mendapatkan sesuatu dari mereka,” ujarnya.

Lembaga Studi Perang yang berbasis di Washington AS mengatakan, Ukraina telah memperoleh keuntungan teritorial yang signifikan dalam dua hari pertama serangan di Kursk. Pasukan Ukraina membuat kemajuan hingga 10 kilometer di Oblast Kursi Rusia.

Ini menunjukkan pasukan Ukraina sudah menembus setidaknya dua garis pertahanan Rusia dan satu benteng pertahanan. Banyak laporan menyebutkan pasukan Ukraina telah maju ke kota Korenevo, sekitar 25 km dari perbatasan Ukraina.

Bloomberg, Kamis, menyebutkan, serangan Kursk itu menunjukkan kerapuhan pertahanan perbatasan Rusia. Serangan itu juga sekaligus menghancurkan citra Putin yang selama ini digambarkan sebagai pelindung rakyat Rusia.

Bagi Ukraina, serangan ini memperkuat argumen bahwa sekutu AS dan Eropa tidak perlu takut akan ancaman eskalasi oleh Kremlin.

 

 

Namun, menurut majalah Foreign Affairs edisiKamis, pasukan Rusia juga sebenarnya sudah kewalahan. Bahkan, militer Rusia yang terbesar dan terkuat pun tidak akan mampu berperang selamanya, apalagi setelah kehilangan banyak tentara. Sejak Januari 2024, secara keseluruhan jumlah wilayah Ukraina yang direbut Rusia hanya sekitar 579 km persegi.

Ini belum bisa digambarkan sebagai keberhasilan karena mengorbankan lebih dari 180.000 orang Rusia. Selain tentara, peralatan perang Rusia juga perlahan-lahan menipis. Rusia pada akhirnya nanti tidak punya pilihan selain menghentikan serangan dan menyusun kembali kekuatan.

Dia memperkirakan Rusia kemungkinan masih bisa mempertahankan tempo serangan saat ini selama satu atau dua bulan lagi.

Militer Rusia kemungkinan masih bisa menyerang dari darat dan udara beberapa kali tetapi dengan kecepatan jauh lebih rendah.

 

 

(Patia\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar