Usai Lebaran? Lakukan Apa Saja Sebelum Berhemat

Minggu, 14/04/2024 08:35 WIB
Ilustrasi: Penukaran uang pecahan kecil layak edar marak jelang lebaran. (Kontan)

Ilustrasi: Penukaran uang pecahan kecil layak edar marak jelang lebaran. (Kontan)

law-justice.co -
Saat ini paska Lebaran usai terjadi namanya Krisi isi dompet. Tidak sedikit dari Anda yang mengalami pembengkakan pengeluaran menjelang atau saat Hari Raya Idul Fitri. Walaupun Anda sendiri mendapat uang tunjangan hari raya (THR) dari perusahaan tempat Anda bekerja, bisa jadi karena Anda harus membayar THR asisten rumah tangga, mudik, dan lain sebagainya, Anda menguras tabungan.

Ketika Anda harus melakukan hal tersebut, besar kemungkinan keuangan Anda sedang tidak sehat alias babak belur.

Apakah ini saatnya untuk berhemat memotong anggaran pengeluaran rumah tangga? Jangan terburu-buru, lakukan pemeriksaan kesehatan dengan mengikuti langkah di bawah ini.

Kesehatan arus kas
Langkah pertama adalah mengevaluasi pemasukan dan pengeluaran Anda dalam sebulan, terhitung dari saat Anda menerima gaji di awal tahun hingga sekarang ini.

Cari tahu, pengeluaran apa yang nilainya paling besar dan cobalah untuk mencari tahu, apakah dalam rentang waktu tersebut pengeluaran Anda melebihi pemasukan.

Jika pengeluaran Anda melebihi pemasukan, maka konsekuensi yang harus Anda hadapi adalah berkurangnya total tabungan di rekening Anda.

Arus kas yang sehat ditandai dengan adanya surplus dari hasil pengurangan total pemasukan dan pengeluaran, yang jumlahnya sebesar 10% dari pemasukan.

Periksa kembali Jumlah cicilan utang
Semakin besar cicilan utang, maka semakin berat beban pengeluaran Anda setiap bulannya. Dan hal itu bisa membuat Anda kesulitan dalam menabung atau investasi.

Alangkah lebih baik untuk menjaga jumlah cicilan agar tidak melebihi 30% dari pemasukan.

Jumlah utang yang belum terbayar
Bukan cuma cicilan, jumlah utang pun harus dijaga dengan baik. Lakukanlah perhitungan secara seksama terhadap total utang yang belum terbayar hingga saat ini.

Jika nilai dari total utang tersebut masih di bawah 50% dari total aset, maka besaran itu masih bisa dianggap wajar. Namun jika malah di atasnya, Anda harus waspada.

Berapa Kekayaan bersih
Kekayaan bersih adalah kekayaan riil atau kekayaan Anda yang sebenarnya. Nilai kekayaan bersih didapat dari hasil pengurangan antara aset dan utang.

Selama nilai kekayaan bersih Anda positif, maka sebesar apapun jumlahnya maka kekayaan bersih Anda dinyatakan sehat. Namun jika negatif, hal itu menandakan terlalu banyak utang konsumtif yang Anda ambil, Anda pun dinyatakan sudah berada di ambang kebangkrutan.

Jumlah aset lancar
Aset lancar yaitu kas dan setara kas menunjukkan besaran nilai tabungan yang Anda miliki saat ini. Untuk menentukan sehat atau tidaknya jumlah aset lancar Anda, Anda bisa menjumlahkan semua uang yang ada dan membaginya dengan kekayaan bersih.

Adapun aset lancar ideal adalah berkisar di 15-20% dari kekayaan bersih. Terlalu banyak menyimpan aset lancar tentu tidak baik, lantaran nilai uang akan tergerus dengan inflasi.

Ketika ada arus kas negatif, maka jumlah aset lancar Anda akan berkurang.

Jumlah dana darurat
Nilai dana darurat didapat dari aset lancar berupa kas dan tabungan dibagi dengan total pengeluaran dalam sebulan.

Hasil bagi itu menandakan berapa bulan lamanya Anda bisa bertahan hidup jika pemasukan Anda hilang.

Bagi karyawan lajang, nilai tiga adalah nilai ideal. Namun bagi mereka yang sudah punya tanggungan, nilai minimalnya adalah enam.

Berapa Jumlah aset investasi
Apakah ada investasi yang Anda cairkan selama ini? Atau Anda malah membeli beberapa aset investasi baru?

Sebagai informasi  minimal aset investasi adalah 50% dari total aset, semakin tinggi menandakan bahwa semakin baik Anda dalam menggandakan kekayaan.

Untuk mengetahui keidealan jumlah investasi Anda, maka Anda bisa menjumlahkan seluruh aset investasi yang dimiliki seperti emas, reksa dana, saham, obligasi, aset properti dan lainnya. Setelah itu, total nilai dari aset investasi bisa dibagi langsung dengan total nilai aset.

 

(Patia\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar