AI sebagai Asisten Guru, Inovasi Pendidikan untuk Gen Z Bukan Ancaman

Minggu, 07/04/2024 08:06 WIB
AI sebagai Asisten Guru, Inovasi Pendidikan untuk Gen Z Bukan Ancaman ilustrasi artificial intelligence (AI).(iStockphoto/David Gyung)

AI sebagai Asisten Guru, Inovasi Pendidikan untuk Gen Z Bukan Ancaman ilustrasi artificial intelligence (AI).(iStockphoto/David Gyung)

law-justice.co - Meskipun AI ditakuti dimasa depan,  Kemajuan Teknologi: Teknologi AI semakin maju dengan cepat, terutama dalam hal kecerdasan umum (AGI) atau kecerdasan buatan yang setara dengan atau melebihi kecerdasan manusia. Jika kontrol tidak diterapkan dengan bijak, ini bisa mengarah pada situasi di mana AI memiliki kekuatan yang tidak dapat dijelaskan dan mengambil keputusan yang berdampak besar, bahkan tanpa pemahaman atau kendali manusia.

Tetapi perkembangan `artificial intelligence` (AI) atau kecerdasan buatan telah mencapai titik yang sangat maju dalam beberapa tahun terakhir. Secara keseluruhan, AI terus berkembang dengan kecepatan yang luar biasa, memengaruhi berbagai bidang. Dipastikan lebih banyak inovasi dan aplikasi AI yang akan muncul di masa depan. Demikian juga dalam dunia pendidikan.

The American Heritage Dictionary mendefinisikan AI sebagai kemampuan komputer atau mesin lain untuk melakukan aktivitas yang biasanya dianggap memerlukan kecerdasan. KBBI mendefinisikan kecerdasan buatan sebagai program komputer dalam meniru kecerdasan manusia, seperti mengambil keputusan, menyediakan dasar penalaran, dan karakteristik manusia lainnya.


Dalam dunia pendidikan, AI digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, memberikan dukungan individual bagi siswa generasi Z atau Gen Z, dan membantu guru dalam memberikan pembelajaran yang lebih personal dan menarik. Teknologi ini terus berkembang dan memiliki potensi besar untuk mengubah landskap pendidikan di masa depan. Guru dapat memanfaatkan AI sebagai asisten yang sangat membantu dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.

Beberapa manfaat AI dalam dunia pendidikan di antaranya, pertama, personalisasi pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan AI untuk menganalisis kebutuhan pembelajaran individu dan memungkinkan pendidik menyesuaikan pembelajaran dan materi untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa. Kedua, pelibatan siswa. AI memberikan pengalaman interaktif dan umpan balik langsung kepada siswa, membantu mereka memulai proses kreatif dan meningkatkan hasil pembelajaran.

Ketiga, analisis data secara efisien. AI memungkinkan untuk membantu guru dalam memberikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti berdasarkan data berbagai tempat. AI membantu guru untuk mengidentifikasi dengan cepat pola belajar siswa, menyesuaikan materi ajar, dan memberikan umpan balik yang relevan. Kemampuan untuk memproses dan menganalisis volume data yang besar, AI membantu dalam membuat keputusan yang berbasis data, memprediksi hasil belajar siswa, dan mengoptimalkan strategi pembelajaran.

Keempat, meningkatkan aksesibilitas. Guru dapat membangun lingkungan belajar yang lebih adil dengan `tool` seperti membaca dengan lantang (read aloud), dikte, terjemahan, dan pemberian teks. Kelima, kreasi konten khusus. AI dapat membantu guru untuk membuat konten khusus seperti rencana pembelajaran, kuis, rubrik, dan sumber daya kelas lainnya dalam bahasa apa pun dan untuk tingkat siswa apa pun.

Teknologi AI dalam bentuk Copilot membantu guru menyiapkan bahan ajar, `learning pads`, dan lain-lain secara cepat dan efisien. Copilot juga mampu membangun `learning pads` dan bahan ajar serta `generate image`. Misalnya guru mengajar tentang Efek Dopler, maka Copilot dapat membantu menyiapkan silabus, RPP, dan juga ilustrasi sehingga waktu penyiapan sangat cepat dan meningkatkan produktivitas guru.

PRC untuk literasi Al-Qur’an

Sebagai salah seorang Microsoft Innovative Educator Expert (MIEE), penulis sering mengikuti program MIEE Monthly Call, termasuk edisi Maret 2024. Terdapat beberapa pengembangan fitur berbasis AI yang dapat digunakan guru untuk pembelajaran. Hal itu disampaikan oleh Education Lead PT Microsoft Indonesia, Arief Suseno. Salah satunya adalah program `Larning Acceleration`, di dalamnya terdapat beberapa produk, seperti Progress and Reading Coach (PRC) yang sangat berguna untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa.

Misalnya program mengaji yang dapat dilakukan secara online. Siswa membaca ayat Al-Qur’an yang ditugaskan guru melalui PRC, selanjutnya PRC menganalisis secara otomatis kelancaran mengaji siswa. Hasil analisis, misalnya keluar kata-kata sulit sehingga PRC akan membantu memperlancar kata-kata sulit tersebut.

Bukan hanya program literasi Al-Qur’an, PRC juga sangat berguna untuk melatih kemampuan berbahasa siswa dengan 116 bahasa dunia, termasuk beberapa bahasa daerah. Dengan demikian, PRC sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan literasi siswa.

Selain literasi, guru dapat meningkatkan kemampuan numerasi siswa melalui Progress and Match Coach (PMC). Konsepnya sama dengan PRC, tetapi PMC menganalisis bagian numerasi saja. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan AI sudah sedemikian jauh dalam membantu tugas guru.

Keterampilan yang dibutuhkan era AI

Dunia pendidikan kita selama ini mendewakan keterampilan abad 21 yang harus dikuasai siswa. Keterampilan tersebut sering disebut keterampilan 4C (critical thinking, creativity, collaboration, and communication). Meskipun masih relevan dengan perkembangan teknologi AI, tetapi guru harus mengetahui dan memahami keterampilan yang dibutuhkan era AI. Jangan sampai keterampilan yang disiapkan kepada siswa berbeda dengan kebutuhan di dunia profesional. Sehingga menimbulkan `gap skills` ketika siswa lulus dari sekolah.

Hasil survei yang dilakukan Microsoft di seluruh dunia menunjukkan beberapa keterampilan yang dibutuhkan di dunia profesional dalam era AI. Keterampilan tersebut adalah pertama, `analitycal judgement`, yaitu kemampuan untuk mengevaluasi informasi dan argumen secara logis dan kritis guna membuat keputusan atau penilaian. Jika selama ini pengambilan keputusan berdasarkan data, maka AI mempercepat proses dengan keterampilan `analitycal judgement`. Kedua, `flexibility` (fleksibilitas), kemampuan untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan perubahan yang cepat dan tidak terduga, khususnya yang berkaitan dengan perkembangan teknologi AI.

Ketiga, `emotional intelligence`, kemampuan untuk mengenali, memahami, mengendalikan, dan menggunakan emosi secara efektif dalam interaksi sosial dan pengambilan keputusan. Kecerdasan emosional menjadi lebih penting karena AI mengambil alih tugas-tugas rutin dan analitis, sehingga `soft skills` seperti empati, komunikasi, dan motivasi menjadi krusial. Keempat, `creative evaluation`, proses penilaian yang memanfaatkan AI untuk meningkatkan atau menilai kreativitas. Proses ini tidak hanya mengevaluasi hasil akhir, tetapi juga proses kreatif itu sendiri, membuat kreativitas lebih mudah diakses dan inklusif.

Kelima, `intellectual curiosity`, keinginan untuk terus belajar dan memahami lebih dalam tentang teknologi AI dan potensinya. Keingintahuan ini sangat penting karena AI terus berkembang dan memiliki dampak yang signifikan pada cara kita bekerja, belajar, dan berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu, memiliki rasa ingin tahu yang kuat terhadap AI dan kemampuannya menjadi kunci untuk sukses di era digital ini.

Keenam, bias `detection and handling`, kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengelola bias dalam sistem AI. Bias dalam AI dapat menyebabkan hasil yang bias dan memperkuat efek negatif dari bias tersebut pada skala yang lebih besar, mengurangi potensi AI dan menciptakan ketidakpercayaan. Oleh karena itu, pendeteksian dan penanganan bias menjadi salah satu tantangan terbesar dan paling sosial dalam penggunaan AI saat ini. Ketujuh, `AI delegation`,

kemampuan untuk menyerahkan atau mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada sistem AI. Hal ini dapat ditingkatkan siswa dengan menguasai keterampilan pembuatan prompt AI. Keterampilan-keterampilan tersebut perlu dibekali kepada siswa agar mereka sukses bersaing di era AI. Membekali mereka dengan keterampilan tersebut di saat AI belum terlalu jauh menguasai dunia sangat penting sehingga mereka siap menghadapi masa depan yang semakin canggih dengan daya saing sangat ketat. Oleh karena itu, guru harus menguasai AI agar dapat membekali siswa dengan keterampilan masa depan tersebut. Semoga.

 JON DARMAWAN, S.Pd., M.Pd., Guru SMAN 7 Lhokseumawe, Anggota Tim Pengembang IT GTK Disdik, Pengurus IGI Aceh, dan Microsoft Innovative Educator Expert (MIEE), serta kandidat Doktor Teknologi Pendidikan Unimed, melaporkan dari Kota Lhokseumawe Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com

(Patia\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar