Prof. Dr. K.H. Al-Habib Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A

Hikmat Berpuasa, Keterkaitan Politik dan Agama, Cerminan Pemimpin

Senin, 01/04/2024 13:45 WIB
Cendekiawan muslim Quraish Shihab (Muslim Obsession)

Cendekiawan muslim Quraish Shihab (Muslim Obsession)

[INTRO]
Al-Habib Muhammad Quraish Shihab biasa dipanggil Ustad Quraish Shihab, lahir di Rappang, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, pada 6 Februari 1944 dari pasangan Abdurrahman Shihab dan Asma Aburisyi.
 
Selama ini Quraish lebih dikenal sebagai ulama dan pendakwah, selain itu ia juga dikenal sebagai cendekiawan ilmu Al Quran dan sebagai ahli tafsir Quran.
 
Quraish menikah dengan Fatmawaty Assegaf dan dari pernikahannya tersebut ia dikarunia lima orang anak salah satunya adalah Jurnalis Senior Indonesia Najwa Shihab.
 
Ayahnya, Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha, dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan.
 
Sebagai putra dari seorang guru besar, Quraish Shihab mendapatkan motivasi awal dan benih kecintaan terhadap bidang studi tafsir dari ayahnya yang sering mengajak anak-anaknya duduk bersama setelah magrib. 
 
Pada saat-saat seperti inilah sang ayah menyampaikan nasihatnya yang kebanyakan berupa ayat-ayat Al-Qur`an. Quraish kecil telah menjalani pergumulan dan kecintaan terhadap al-Qur`an sejak umur 6-7 tahun.
 
Sebelum itu, Quraish merupakan Menteri Agama tahun 1998 pada Kabinet Pembangunan VII, selain itu ia juga aktif sebagai akademisi dan pernah menjadi Rektor di di IAIN Jakarta pada tahun 1992 hingga 1998.
 
Ia Pun menyatakan bila ia memang punya kedekatan dengan Presiden ke-2 Indonesia Soeharto, bahkan ia beberapa kali pernah diskusi soal keagamaan dengan Soeharto.
 
Bahkan Quraish Pun pernah dapat tudingan bahwa ia merupakan antek-antek dari Soeharto. Meski begitu ia tidak peduli karena menurutnya tidak etis dalam sisi agama bila memutus hubungan.
 
"Dulu, saya sering datang dan bicara tentang keagamaan kepada Pak Harto dan keluarganya. Saya tidak peduli orang akan mencap saya Soehartois," kata Quraish Shihab melalui keteranganya kepada Law-Justice.
 
Ia juga menyebut bila ia mungkin menjadi salah seorang yang masih tetap setia mendampingi Pak Harto hingga dalam posisi sulit sekali pun. Bahkan hubungannya dengan Pak Harto makin dekat.
 
Seperti diketahui, Soeharto benar-benar menjadi pesakitan setelah meletakkan jabatan Presiden. Hujatan untuk menyeretnya ke pengadilan makin menggema.
 
Quraish mengaku bila dirinya tak berharap keuntungan materi dari kedekatannya dengan keluarga Cendana. Ia yakin semua orang tahu keluarga ini mendapat anugerah Ilahi, berkecukupan materi.
 
"Saya ingin mereka menjadikan materi yang berlimpah itu diarahkan sesuai dengan tuntunan agama. Kalau mereka keliru menerapkan ajaran agama, saya katakan keliru. Kalau benar, saya benarkan. Saya tak mendapatkan keuntungan materi sedikit pun," imbuhnya.
 
 
Bulan Ramadhan akan segera berakhir, kini puasa sudah masuk ke hari 10 terakhir bulan Ramadhan di tahun 2024. Quraish menjelaskan konsep luas mengenai ibadah terutama dalam berpuasa. Menurutnya banyak aspek ibadah yang bisa dilakukan dengan mudah. 
 
“Ibadah itu bukan cuma mengaji, tidak makan, tidak minum, banyak aspeknya ibadah itu, yang bisa kita lakukan dengan mudah,” katanya.
 
Kemudian ia menekankan, bahwa sebagai khalifah, tugas manusia membangun dunia ini dengan berbagai aktivitas yang dapat kita lakukan, maka itu sudah termasuk ibadah. 
 
"Setiap aktivitas anda yang dapat anda lakukan, apakah itu aktivitas pikir atau aktivitas hati atau itu aktivitas badaniyah (fisik) semua itu bisa menjadi ibadah kepada Allah," jelasnya.   
 
Pada bulan Ramadhan ini, ketika umat Islam berpuasa, hendaknya melakukan kegiatan positif yang banyak karena semua itu dihitung sebagai ibadah. "Jadi kalau puasa jangan terbatas dong pada ini, ini, ini, karena terbuka lapangan yang sangat luas untuk beribadah kita,” tandasnya.
 
Ia juga menjelaskan konsep puasa jasmani dan rohani. Menurutnya puasa sebagai bentuk pelatihan bukan hanya untuk jasmani tetapi juga untuk rohani. 
 
"Puasa mengingat manusia bahwa dia punya jasmani dan punya rohani. Karena itu, melalui puasa, dia mendidik jasmaninya supaya tidak memperturutkannya; dan melalui puasa, dia membina rohaninya," tuturnya.
 
Ia mengungkapkan bahwa puasa bukan hanya sekadar melakukan kegiatan jasmani, seperti tidak makan dan minum; puasa juga dilakukan untuk kebutuhan rohani. 
 
"Ada orang yang tidak makan tidak minum, tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan puasa. Tetapi sekedar tidak makan tidak minum, dia masih tetap bohong, masih tetap ngerumpi, itu puasanya kurang,” ujarnya.   
 
Quraish menambahkan bahwa bukan hanya jasmani saja yang harus dibenahi, rohani juga perlu dibenahi ketika berpuasa. "Jadi kalau ada yang ganggu, ingat saya lagi puasa. Kalau saya membalas gangguannya saya gagal dalam mengendalikan rohani saya dan mendidik diri saya," tuturnya. 
 
Selain itu, Mantan Duta Besar Mesir tersebut menyatakan bila setelah Bulan Ramadhan akan masuk pada Idul Fitri atau lebaran. Untuk itu Ia menekankan pentingnya dalam bermaaf-maafan kepada sesama manusia.
 
"Dalam Alquran, yang ditemukan adalah perintah atau anjuran memberi maaf. Adapun perintah meminta maaf tidak ditemukan karena apa? Karena kalau orang diperintah meminta maaf itu artinya ada tekanan," imbuhnya.
 
Untuk itu, Quraish menyatakan jangan sampai meminta maaf tanpa kesadaran. Jangan sampai minta maaf tidak dilandasi kesadaran, hanya karena disuruh atau ada tekanan.

Menurutnya, minta maaf itu jadi keharusan dan agar lahir dari kesadaran. Maka dalam Alqur’an tidak ditemukan perintah untuk minta maaf. "Meminta maaf itu tidak harus dilakukan secara puitis yang terpenting adalah tulus," tegasnya.
 
Keterkaitan Politik dan Agama
 
Ia juga menjelaskan perihal keterikatan politik dan agama. Menurtnya, jika politik dicampur dengan agama maka dapat merusak agama itu sendiri. “Begitupun sebaliknya. Dimana politik dan agama pasti digambarkan seakan-akan bertolak belakang,” ujarnya.
 
Ayah dari Jurnalis Najwa Shihab  itu mengatakan karena keduanya jelas berbeda. Pasalnya, Agama itu mengajak kebaikan, mengajak kepada kemaslahatan dan sebagainya. 
 
Hal tersebut menurutnya, harus menjadi pengingat untuk semua manusia tentu saja termasuk dengan politisi itu sendiri. "Sedang sebagian politisi dalam kenyataan bertolak belakang dengan itu,” tukasnya.
 
Quraish mengatakan seseorang atau kelompok yang menggunakan agama untuk meraih tujuan politik, meraih kekuasaan itu adalah tindakan yang tidak benar. Ia menyatakan bila seharusnya politik dan agama bisa berjalan seiring seirama maka negara tersebut akan mendapatkan hikmah. 
 
“Islam itu tidak bertentangan dengan politik, bahkan dalam ajaran islam ada politik, Tapi politik dalam pengertian paling tidak seperti apa yang kita katakan tadi yakni hikmah,” ujarnya.
 
Pendakwah Senior itu kemudian mengatakan bahwa di sisi lain politik dalam kenyataannya itu seringkali bertentangan langkah-langkahnya yang mana membuat orang berpikir politik itu bertentangan dengan agama. Hal inilah yang membuat kita harus memahami dulu apa itu politik.  
 
“Tapi ada lagi yang melihat politik dengan pandangan negatif sesuai dengan kenyataan, dia katakan ‘jangan campur (agama dan politik) agama itu terlalu suci’,” ungkapnya. 
 
“Saya kira kita harus dudukan dulu, politik hikmah, politik upaya untuk meraih kemaslahatan bersama, politik adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk kemaslahatan bersama, itu agama pasti mendukung,” sambungnya.
 
Pemimpin Cerminan Rakyatnya
 
Indonesia baru saja melaksanakan Pemilu 2024, dan publik juga sempat diramaikan dengan dinamika politik yang terjadi belakangan ini terutama tentang Pilpres. Pendakwah asal Sulawesi Selatan itu memberikan nasihat terkait hasil Pemilihan Umum (Pemilu) yang baru saja digelar di Indonesia.

Dalam pandangannya, Quraish Shihab menyampaikan bahwa menurut keyakinannya, Tuhanlah yang menetapkan pimpinan di antara manusia. "Sebagaimana keadaan kalian, demikianlah Tuhan menetapkan pimpinan kalian," ujarnya.

Namun, jika hasil kepemimpinan tersebut buruk, itu disebabkan oleh manusianya yang buruk, mayoritasnya buruk. "Kalau hasil pimpinan itu buruk, maka itu karena kita yang buruk. Mayoritas kita buruk," tuturnya.

Sebaliknya, jika hasil kepemimpinan itu baik, itu karena manusianya baik. Kalau hasil pimpinan itu baik, maka itu karena kita baik. Dalam konteks ini, Quraish Shihab mengajak semua pihak untuk bersama-sama memperbanyak orang-orang yang memilih yang terbaik.

"Maka dari itu kita bersama-sama memperbanyak orang-orang yang memilih yang terbaik," tukasnya. Hal ini mengandung makna bahwa dalam memilih pemimpin, kita harus memilih yang terbaik dari segi moralitas, integritas, dan kompetensi.

Dengan nasihat tersebut, Ia memberikan pengingat akan pentingnya peran setiap individu dalam menentukan arah kepemimpinan negara. Menurutnya, pemilihan yang bijak dan bertanggung jawab akan membawa dampak positif bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

"Karena itulah cara yang ditetapkan Tuhan, dan itu juga cara menjadi petunjuk buat pemimpin, bahwa wahai pemimpin hendaklah kalian melaksanakan dan mewujudkan apa yang diharapkan oleh masyarakat," imbuhnya.

"Jadi kita semua terima tanpa harus melakukan hal-hal yang bisa menimbulkan kekacauan dan ketidakadilan," tambahnya.
 

(Givary Apriman Z\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar