Emas 57 Ton Milik Soekarno di Swiss Diambil Siapa?

Minggu, 24/03/2024 00:07 WIB
foto :dialeksis.com

foto :dialeksis.com

law-justice.co -  

 

Presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno, sering dikaitkan dengan klaim memiliki 57 ton emas yang disimpan di luar negeri, khususnya di Bank Swiss. Dalam beberapa sumber, bahkan disebutkan bahwa seluruh emas tersebut dipinjam oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, John F. Kennedy, pada tahun 1963 untuk pembangunan di AS.

Namun, perlu dicatat bahwa klaim tersebut tidak sepenuhnya didukung oleh fakta sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan. Tidak ada bukti yang kuat atau dokumentasi resmi yang menyokong klaim bahwa Sukarno benar-benar memiliki jumlah emas yang sebesar itu di Bank Swiss atau bahwa emas tersebut dipinjam oleh Presiden Kennedy.

Sebagai gantinya, klaim semacam ini sering kali merupakan bagian dari legenda atau rumor yang berkembang seiring waktu. Meskipun Sukarno dikenal sebagai seorang pemimpin yang karismatik dan memiliki hubungan internasional yang luas, klaim mengenai jumlah emas yang dimilikinya dan penggunaannya oleh Presiden AS perlu ditinjau kembali dengan hati-hati dan diselidiki lebih lanjut.

Oleh karena itu, penting untuk mengambil klaim semacam ini dengan skeptisisme dan melakukan penelitian yang cermat untuk memastikan kebenaran informasi sebelum menyebarkannya lebih lanjut. Menelusuri sumber-sumber yang akurat dan resmi serta memeriksa catatan sejarah yang sahih dapat membantu mengklarifikasi kebenaran klaim semacam ini.

 
 Bila mengacu pada data sejarah, Sukarno tidak memiliki harta sebanyak itu. Sebab, fakta sejarah menunjukkan bahwa Sukarno mengalami hidup yang sulit selama menjabat sebagai Presiden RI.


Dalam wawancara dengan jurnalis AS, Cindy Adams, Sukarno mengaku bahwa gajinya selama jadi presiden hanya US$220 atau setara dengan Rp3,41 juta dengan acuan asumsi kurs hari ini, yakni Rp15.541/US$. Selain itu, Sukarno menyebut bahwa ia tidak memiliki rumah dan tanah.

Maka dari itu, wajar jika proklamator itu hidup dari istana ke istana yang dimiliki oleh negara. Bahkan, Sukarno mengaku pernah dibelikan piyama oleh duta besar saat kunjungan ke luar negeri karena ia menggunakan baju tidur yang sudah robek.

"Adakah Kepala Negara yang melarat seperti aku dan sering meminjam-minjam dari ajudannya?" kata Sukarno kepada Cindy Adams, dikutip dari Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1964), Sabtu (9/3/2024).

Lebih lanjut, Sukarno menyebut bahwa ia pernah hampir diberi gedung secara patungan oleh rakyat. Namun, sosok kelahiran 6 Juni 1901 itu menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan.

Putra pertama Sukarno, Guntur Sukarnoputra, membenarkan pernyataan ayahnya itu. Dalam kolom opini di Media Indonesia yang diterbitkan pada 26 September 2020, Guntur menyebut bahwa kantong Sukarno "selalu tipis" bahkan sejak sebelum jadi presiden.

Ia juga menyebut tak heran kalau ayahnya kerap meminjam uang kepada sahabatnya sejak zaman pergerakan, salah satunya Agoes Moesin Dasaad.

"Sebagai presiden, Bung Karno adalah presiden yang paling miskin di dunia ini. Ia tidak punya tanah, tidak punya rumah, apalagi logam-logam mulia seperti yang digembar-gemborkan orang selama ini," kata Guntur.

Sejarawan Indonesia, Ong Hok Ham, juga membantah rumor harta segunung Sukarno. Melalui tulisan Kuasa dan Negara (1983), Ong membantah cerita itu dan mengungkapkan fakta sejarah yang sesungguhnya.

Salah satu cerita yang disanggah adalah Sukarno yang mewarisi kekayaan kerajaan Mataram Islam.

Ong mengatakan, tidak mungkin ada seseorang mewarisi harta dari kerajaan kuno, apalagi mewariskan batangan emas. Masalahnya, harta kerajaan kuno tidak sebesar yang dibayangkan. Apalagi, saat itu Mataram Islam disebut masih punya utang kepada VOC.

Ong juga menyebut kalau kisah harta Sukarno sebenarnya bisa dipatahkan dengan argumen sederhana: jika punya emas, seharusnya Sukarno tidak melarat hingga akhir hayatnya.

Dari berbagai informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa cerita harta karun emas 57 ton Sukarno yang selama ini beredar di masyarakat adalah informasi yang tidak akurat.

 

(Patia\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar