Deretan Fakta Terbaru Kasus Bunuh Diri Satu Keluarga di Jakarta Utara

Selasa, 19/03/2024 12:05 WIB
Ternyata 4 Orang Tewas Lompat dari Apartemen di Penjaringan Sekeluarga. (Istimewa).

Ternyata 4 Orang Tewas Lompat dari Apartemen di Penjaringan Sekeluarga. (Istimewa).

Jakarta, law-justice.co - Hingga saat ini kepolisian masih terus menyelidiki kasus empat orang yang merupakan satu keluarga meninggal dunia diduga karena melakukan aksi bunuh diri dengan melompat di Apartemen Teluk Intan Tower Topaz, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3). Termasuk, untuk mengungkap motif di balik peristiwa itu.

Sebagai informasi, keempatnya yakni pria berinisial EA (50), perempuan AIL, laki-laki JWA (13) dan perempuan JL (16).

Berikut ini adalah sejumlah fakta terbaru terkait kasus dugaan bunuh diri satu keluarga itu seperti melansir cnnindonesia.com:

A. Dua anak putus sekolah

Polisi membeberkan fakta bahwa dua anak yang ikut tewas dalam peristiwa tersebut yakni JWA (13) dan JL (16), sudah satu tahun tak bersekolah.

"Si anak kan sudah tidak terdaftar di sekolah dan juga sudah tidak melanjutkan," ucap Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan kepada wartawan, Senin (18/3).

"Satu tahun enggak sekolah, dua-duanya," imbuh dia.

Kendati demikian, Gidion menyebut pihaknya belum mengetahui alasan kedua anak tersebut tidak lagi menempuh bangku pendidikan.

B. Punya bisnis kapal ikan

Dari hasil penyelidikan sementara, terungkap keluarga tersebut ternyata pernah mempunyai bisnis kapal ikan. Namun, bisnis tersebut bangkrut saat pandemi Covid-19 lalu.

"Dulu yang bersangkutan ini punya kapal ikan, saya kurang paham pemilik atau apanya. Tapi pas Covid usahanya ini bangkrut," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hady Siagian kepada wartawan, Senin.

Disampaikan Hady, setelah bisnis itu, kondisi perekonomian keluarga itu pun mulai berantakan. Namun, lanjut dia, pihaknya masih mendalami aksi bunuh diri ini dipicu motif ekonomi atau bukan.

Hady menuturkan hingga saat ini pihaknya juga masih mendalami soal dugaan bahwa satu keluarga itu terjerat utang pinjaman online (pinjol).

"Itu belum bisa saya jawab, pinjolnya pinjol apa. Handphonenya saja enggak bisa dibuka," ucap dia.

C. Tak Komunikasi dengan keluarga besar

Dalam kasus ini, polisi diketahui telah meminta keterangan dari 12 saksi. Belasan saksi yang diperiksa itu merupakan keluarga dari keempat korban.

Berdasarkan keterangan para saksi terungkap fakta keempat korban ini cenderung tertutup dengan keluarga besarnya. Bahkan, mereka sudah lama tak berkomunikasi dengan keluarga besar.

"Ini sudah enggak komunikasi ya. Enggak komunikasi lama sudah ada dua tahun enggak komunikasi dengan keluarganya," tutur Gidion.

D. Sempat diantar ke tempat makan

Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan kepolisian terungkap bahwa satu keluarga ini sempat minta untuk diantar ke tempat makan oleh sopir taksi online.

"Ya (sempat diantar ke tempat lain) sebelum ke apartemen itu kan dia sempat makan dulu," kata Hady.

Diungkap Hady, dari hasil penyelidikan keluarga itu juga tak menunjukkan gelagat akan mengakhiri hidupnya saat diantar oleh taksi online tersebut.

Bahkan, Hady menyebut percakapan antara keluarga tersebut dengan sopir taksi online itu pun tak ada yang aneh dan wajar. Hanya selayaknya penumpang dengan sopir.

"(Percakapan soal) arah tujuan biasa, patokan map. Maksudnya enggak ada bahasa yang menunjukkan dia kalau mau bunuh diri gitu. Bahasanya cuma, antar saya ke sini, antar saya ke apartemen ini," tuturnya.

E. Tes DNA

Sebagai bagian dari proses penyelidikan, kepolisian berencana melakukan tes DNA pada tali yang mengikat korban satu sama lain. Ini dilakukan untuk memastikan apakah ada orang lain yang terlibat dalam peristiwa tersebut.

"Peristiwa pertanyaan besar apakah bunuh diri atau kah ada pihak lain ya kan. Nah itu yang kemudian nanti harus kita jawab menggunakan scientific investigation-nya menunggu hasil pemeriksaan dari labfor tentang DNA," kata Gidion.

"DNA yang di mana? DNA yang ada di tali ya yang ditemukan di TKP satu melekat pada korban dan satu masih satunya terlepas dari korban," lanjutnya.

Kepolisian juga tengah mendalami soal alasan penggunaan tali untuk saling mengikat satu sama lain dalam aksi bunuh diri tersebut.

Termasuk, soal apakah ada anggota keluarga yang menolak melakukan aksi bunuh diri sehingga diputuskan untuk mengikat tali satu sama lainnya.

"Nah ini pertanyaan penyelidikan ya, siapa sih yang menentukan si ibu berpasangan dengan anak laki-laki, kemudian si bapak berpasangan dengan anak perempuan, pasti kan ada aktor iya kan tapi apakah aktor ini ada orang lain atau dari empat itu, dari empat orang yang mengalami yang kemudian meninggal itu ya kan," tutur Gidion.

Lebih lanjut, Gidion menduga aksi bunuh diri ini memang sudah direncanakan. Namun, hal ini perlu diselidiki lebih dalam apakah direncanakan oleh salah satu dari korban, atau justru orang lain.

"Direncanakan pasti karena sudah menyiapkan tali. Namun yang jadi pertanyaan siapa yang menginisiasi," ucap dia.

"Pembuktiannya dari tali tadi, ada enggak campur tangan orang lain dalam melakukan persiapan terakhir itu," lanjutnya.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar