`Mata-mata` Rusia Sadap Percakapan Perwira Tinggi Jerman di Singapura

Jum'at, 15/03/2024 10:15 WIB
Kasus Covid-19 melonjak lagi, Singapura lockdown (kompas)

Kasus Covid-19 melonjak lagi, Singapura lockdown (kompas)

Jakarta, law-justice.co - Belum lama ini, perbincangan lewat pesawat telepon antara pejabat militer Jerman yang rahasia dan sensitif telah disadap dan bocor ke publik.

Seorang perwira senior dari Angkatan Udara Jerman (dikenal dengan sebutan Luftwaffe) tengah berada di kamar hotelnya.

Brigadir Jenderal Frank Gräfe mengunjungi negara itu untuk bertemu dengan para pemain industri pertahanan di Singapore Airshow, pertunjukan udara terbesar di Asia. Dia telah menjalani hari yang melelahkan - tapi belum juga bisa tidur.

Seperti melansir bbcindonesia.com, Frank Gräfe masih harus melakukan panggilan kerja ke atasannya, yaitu Kepala Staf Angkatan Udara Jerman, Letnan Jenderal Ingo Gerhartz.

Suara Frank Gräfe terdengar santai saat mengobrol dengan dua rekannya tentang pemandangan dari kamarnya.

Kepala Operasi Angkatan Udara Jerman itu juga menceritakan pengalamannya baru kembali minum dari hotel terdekat yang memiliki kolam renang nan menakjubkan.

"Tidak terlalu buruk," salah satu dari mereka berkomentar.

Akhirnya, bos Gräfe, Letnan Jenderal Ingo Gerhartz, bergabung dalam percakapan telepon tersebut.

Selama 40 menit berikutnya, para pejabat tinggi militer Jerman itu membahas isu-isu militer yang sangat sensitif.

Salah satunya adalah perdebatan yang kini sedang memanas, yaitu apakah Jerman harus mengirim rudal jelajah Taurus ke Ukraina atau tidak.

Yang tidak diketahui oleh para pejabat Jerman itu adalah bahwa mereka sedang disadap dan pembicaraan tersebut direkam.

Dua minggu setelah percakapan telepon dilakukan, rekaman audio perbincangan tersebut oleh saluran media RT milik pemerintah Rusia.

Pemerintah Jerman belum memberikan pernyataan apakah rekaman itu hasil rekayasa atau tidak.

Namun, mereka telah mengonfirmasi bahwa percakapan itu memang terjadi. Pemerintah Jerman juga meyakini mata-mata Rusia di Singapura telah melakukan penyadapan dan menyebabkan "kebocoran data".

Meskipun nama mata-mata itu tidak disebutkan, tersirat bahwa Frank Gräfe-lah yang secara tidak sengaja membiarkan mata-mata menyusup ke percakapan dengan para petinggi militer Jerman.

Tak lama kemudian, diskusi yang dianggap sangat rahasia itu menyebar melalui media pemerintah Rusia dan bergema di seluruh dunia.

Isi pembicaraan tersebut kini sudah didengar banyak orang.

Penggunaan rudal Taurus oleh Ukraina

Keempat orang dalam rekaman itu mendiskusikan apakah militer Ukraina bisa menggunakan rudal Taurus buatan Jerman jika Kanselir Olaf Scholz mengizinkan senjata itu dikirim ke Kyiv–sebuah isu yang kontroversial di Jerman.

Pengiriman senjata dari Prancis dan Inggris juga diangkat. Termasuk juga dugaan yang sangat sensitif bahwa "beberapa" personel Inggris diduga berada di zona perang Ukraina.

Muncul pertanyaan, bagaimana mata-mata bisa menguping pembicaraan yang seharusnya rahasia dan penuh proteksi?

Jawaban yang diberikan kepada kami sejauh ini bermuara pada kesalahan manusia.

Menurut pihak berwenang Jerman, "kebocoran data" itu terjadi karena diduga ada satu peserta melakukan panggilan melalui jalur yang tidak aman, baik dari jaringan ponselnya atau wi-fi hotel.

Cara pasti untuk melakukan panggilan masuk itu "masih diklarifikasi", kata Jerman.

“Saya pikir ini adalah pelajaran yang baik bagi semua orang: jangan pernah menggunakan internet hotel jika Anda ingin melakukan panggilan aman,” kata Duta Besar Jerman untuk Inggris, Miguel Berger, kepada BBC pekan ini.

Beberapa orang mungkin merasa nasihat itu datangnya agak terlambat.

Banyak orang terkejut ketika mengetahui bahwa panggilan itu terjadi pada platform WebEx (aplikasi panggilan online) yang banyak digunakan.

Berlin berkeras bahwa para pejabat tersebut menggunakan versi yang sangat aman dan tersertifikasi.

Profesor Alan Woodward dari Surrey Center for Cyber Security mengatakan bahwa WebEx menyediakan enkripsi end-to-end "jika Anda menggunakan aplikasi itu sendiri".

Namun penggunaan telepon rumah, ponsel, atau wi-fi hotel yang terbuka bisa berarti keamanan tidak lagi terjamin - dan mata-mata Rusia, diperkirakan, sudah `siap menerobos`.

Profesor Woodward mengatakan bahwa mata-mata "mungkin berada di pinggir Singapore Airshow".

Acara dua tahunan tersebut, yang tahun ini berlangsung pada tanggal 20-25 Februari, kerap menarik tokoh-tokoh pemerintah tingkat tinggi, militer, dan industri dunia.

Jika Anda seorang mata-mata, “saat Anda mengadakan pertemuan seperti itu, menjadi penting untuk duduk di tempat parkir atau mendapatkan sebuah kamar hotel”, kata Profesor Woodward.

Secara teoritis, Rusia bisa saja menggunakan antena jarak jauh yang dikombinasikan dengan pemrograman komputer yang mampu menangkap lalu lintas jaringan lokal.

“Pada dasarnya penyadapan ini seperti mencoba membuka gagang pintu dan melihat apa yang bisa ditemukan,” kata Profesor Woodward. "Akhirnya Anda menemukan satu yang tidak terkunci."

Peneliti kriptografi di Berlin, Henning Seidler, mengatakan teori yang paling mungkin adalah petugas militer Jerman itu menelepon melalui telepon selulernya.

Lalu, tambahnya, panggilan tersebut ditangkap oleh antena mata-mata yang juga dapat "meneruskan" lalu lintas itu ke antena utama dan resmi.

Namun selama ini, "mereka hanya mendengarkan dan menuliskan segala sesuatu yang sedang disiarkan".

“Ini seperti memancing dengan dinamit. Anda cukup melempar dinamit ke dalam kolam dan melihat ikan mana yang mengapung setelahnya.”

"Ini adalah hasil tangkapan mereka yang paling menarik."

Berlin kini sangat cemas untuk mengesampingkan satu teori yang beredar saat ini - bahwa ternyata mata-mata Rusia itu sebenarnya masuk dan bergabung dalam panggilan, tanpa ada yang menyadarinya.

Pemerintah Jerman berkeras bahwa semua ini pada dasarnya disebabkan oleh kesalahan satu orang.

Panggilan itu terjaring oleh sebuah upaya `penangkapan ikan yang luas`, menurut mereka. Mata-mata itu beruntung, sedangkan Jerman tidak.

Mantan perwira senior militer dan anggota Bundestag, Roderich Kiesewetter, termasuk di antara mereka yang tidak begitu percaya dengan garis pertahanan yang menyatakan bahwa "hal ini bisa terjadi pada siapa pun".

“Anda harus memilih jenis penyamaran tertentu untuk menghadapi bencana ini,” kata Kiesewetter, yang juga bekerja di aliansi militer NATO dan merupakan anggota partai konservatif oposisi Jerman, CDU.

`Target yang mudah`

Dia percaya bahwa pola pikir “masa damai” telah memungkinkan munculnya rasa berpuas diri.

“Ini mungkin kesalahan pribadi,” kata Kiesewetter. Namun, ini merupakan sinyal kegagalan sistem.

Dia juga yakin Jerman adalah "sasaran empuk" karena "romantisisme Rusia yang meluas" sejak Perang Dunia Kedua.

Namun pemerintah Jerman merasa anggapan bahwa mereka bersikap lunak terhadap Rusia semakin menjengkelkan, terutama karena Berlin telah menyumbangkan lebih banyak bantuan senjata ke Ukraina dibandingkan negara lain di Eropa.

Para menteri juga percaya bahwa Moskow dengan sengaja merilis rekaman yang bocor pada hari pemakaman pemimpin oposisi Alexei Navalny, dalam upaya yang disengaja untuk mengalihkan perhatian di dalam negeri dan memecah belah di luar negeri.

Presiden Rusia Vladimir Putin memainkan permainan "pengkhianatan" sehingga "kita tidak boleh tertipu", kata Menteri Pertahanan Boris Pistorius pekan ini.

Rusia tidak mengonfirmasi atau menyangkal bahwa dinas intelijennya berada di balik peretasan tersebut.

Namun siapa pun yang telah mengambil jalur tidak aman dari sebuah kamar hotel di Singapura pada suatu malam di bulan Februari, kebocoran Luftwaffe ini telah berdampak buruk bagi Jerman.

Hal ini semakin mengungkap perpecahan dalam negeri di Jerman mengenai apakah pemerintah akan mengirim rudal Taurus ke Ukraina serta diskusi yang lebih luas mengenai kelemahan pertahanan dan keamanan Jerman.

Di Berlin, mereka berharap kebocoran itu memang hanya terjadi sekali saja – bukan merupakan puncak gunung es.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar