Beras Mahal, PKS: Bukti Pemerintah Gagal Swasembada

Minggu, 03/03/2024 21:50 WIB
Ilustrasi: Ratusan warga di Kota Pasuruan rela antre berjam-jam untuk membeli beras murah di GOR Untung Suropati, Rabu (7/2/2024). (Wartabromo)

Ilustrasi: Ratusan warga di Kota Pasuruan rela antre berjam-jam untuk membeli beras murah di GOR Untung Suropati, Rabu (7/2/2024). (Wartabromo)

law-justice.co - Harga beras yang terus melambung, semakin tak terkendali. Ketersediaan beras dalam negeri yang bergantung pada impor, mempengaruhi permintaan dan penawarannya. Hal ini disebut merupakan bukti kegagalan Pemerintah dalam menghadirkan swasembada beras.

Anggota Komisi XI DPR RI Hidayatullah mengatakan, Sabtu (2/3/2024), persoalan melambungnya harga beras itu karena ada persoalan dari sisi produksi, barangnya, dan ini kan dimulai dari kegagalan Pemerintah melakukan swasembada beras. “Karena gagal (swasembada beras lalu) bergantung kepada impor. Bergantung kepada impor ini menyangkut masalah harga, masalah ketersediaan berasnya dari negara-negara itu. Di situ yang akhirnya bisa menyebabkan tidak seimbangnya antara permintaan dan penawaran," kata Hidayatullah sebagaimana dikutip Parlementaria.

Hidayatullah menilai upaya Bank Indonesia untuk intervensi menekan harga sudah maksimal. Namun, persoalan kenaikan harga beras ini merupakan persoalan stok, di mana adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Meskipun saat ini berdasarkan informasi, menurutnya, seolah-olah stok tetap ada, namun hal ini tak sesuai dengan kenyataan di lapangan.

"Kalau stok ada gak mungkin harga naik, kan hukum alam tidak bisa diakalin. Artinya, kalau memang barang gak ada pasti otomatis harganya akan naik, kecuali spekulan-spekulan bermain. Kalau spekulan bermain kan Pemerintah yang berkuasa gampang saja menurut saya. Jadi, saya lebih cenderung ini masalah ketersediaan stok," ungkapnya.

Politisi PKS ini meminta Pemerintah harus bersungguh-sungguh menyiapkan persediaan pangan. Jangan hanya untuk 4 sampai 5 bulan saja, melainkan untuk setahun. Sehinggac persoalan klasik di mana terjadi kenaikan harga pangan jelang hari-hari besar tidak terjadi setiap tahun.

"Asal ada hari besar otomatis harga naik, otomatis harga naik begitu. Jadi, saya kira ini masalah mudah, uang ada, tingkatkan produksi kekurangannya baru dari impor. Saya kira beberapa tahun kalau fokus untuk sektor pangan ini itu bisa (swasembada pangan). Untuk Indonesia yang semuanya tersedia, lahannya subur, dan APBN nya mendukung, tinggal kesungguhannya saja," tandasnya.

Di sisi lain, selain gagal menghadirkan swasembada beras, Pemerintah juga telah salah langkah melakukan penyaluran bansos besar-besaran. Sebab, menurutnya, bansos yang jor-joran ini juga menjadi penyebab stok beras semakin tidak ada.

"Karena stoknya gak ada, saya yakin spekulan juga pasti bermain cari untung di skni. Semua sisi akhirnya menyebabkan harga itu naik dan kuncinya semua harusnya penanggungjawabnya tetap harus Pemerintah lah, sebenarnya ini bisa diakali. Karena sekali lagi ini problem tiap tahun, problem ini setiap tahun, ya kalau jor-joran bansos mungkin itu 5 tahun sekali ya, tapi kalau soal hari besar itu seharusnya sudah bisa diatasi dengan baik," tutupnya.

(Bandot DM\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar