Israel Bombardir Warga Gaza Lagi Antre Makan, Raja Salman Ngamuk!

Sabtu, 02/03/2024 07:15 WIB
Cuplikan gambar saat pengungsi di Jalur Gaza dibombardir saat sedang antre makanan bantuan ((Aline MANOUKIAN / Israeli Army / AFP)

Cuplikan gambar saat pengungsi di Jalur Gaza dibombardir saat sedang antre makanan bantuan ((Aline MANOUKIAN / Israeli Army / AFP)

Jakarta, law-justice.co - Pemerintah Arab Saudi buka suara soal kejadian militer Israel yang membombardir kerumunan warga sipil Gaza Palestina saat mengantre makanan. Hal ini disampaikan Kementerian Luar Negeri Riyadh, Jumat 1 Maret 2024.

Dalam keterangannya, Negeri Raja Salman itu menyampaikan bahwa langkah Tel Aviv itu adalah pelanggaran kemanusiaan. Saudi juga menyerukan komunitas internasional untuk memaksa Israel membuka koridor kemanusiaan yang aman ke Gaza.

"Kami menentang pelanggaran hukum humaniter internasional dari pihak mana pun dan dalam keadaan apa pun," tulis pernyataan itu dikutip Al Jazeera.

Sebelumnya, Pasukan Israel dilaporkan menembaki warga Gaza, kantong Palestina, yang menyerbu truk makanan saat bantuan diberikan, Kamis waktu setempat. Hal ini menyebabkan lebih dari 100 orang tewas.

Menurut AFP, militer Israel (IDF) memberondong warga dengan senjata saat ribuan orang putus asa dan lapar mengepung konvoi 38 truk bantuan. Ini menyebabkan pulan terluka, termasuk beberapa orang tertabrak truk.

Dalam update Kementerian Kesehatan Jumat 1 Maret 2024, setidaknya 112 orang tewas dan 750 luka-luka. Insiden ini menambah jumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel, setelah sebelumnya kemarin resmi mencapai 30.000 jiwa.

"Kekerasan terjadi ketika ribuan orang bergegas menuju truk bantuan di bundaran Nabulsi barat kota," kata seorang saksi, menolak menyebut nama karena alasan keamanan.

"Tentara menembaki kerumunan saat orang-orang terlalu berdekatan," tambahnya.

Sumber di Israel mengakui bahwa tentara telah melepaskan tembakan ke arah kerumunan. Namun mereka mengklaim IDF percaya bahwa hal itu "menimbulkan ancaman".

"Militer telah melepaskan beberapa tembakan peringatan untuk mencoba membubarkan massa yang menyergap truk bantuan," muat AFP mengutip juru bicara Israel, Daniel Hagari.

Sementara itu, selain Saudi, sejumlah negara dunia murka dengan tindakan Israel, termasuk negara Barat. Prancis mengutuk "penembakan Israel" menyebutnya "tidak dapat dibenarkan terhadap warga sipil".

Menteri Luar Negeri Spanyol menggambarkan peristiwa tersebut sebagai hal yang "tidak dapat diterima". Sementara itu Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell juga mengecam serangan dan menyebutnya "pembantaian".

Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan Washington sedang memeriksa "dua versi yang saling bertentangan" mengenai insiden tersebut. Ia merujuk kesaksian warga versus kesaksian Israel.

Tak hanya Biden, Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan telah menghubungi Israel. Lembaga itu mendesak untuk mendapatkan "jawaban atas apa yang terjadi".

"Insiden penembakan itu akan mempersulit upaya untuk menengahi gencatan senjata," kata Biden seraya menyebut kesepakatan apa pun kemungkinan besar tidak akan terjadi pada hari Senin ini, jadwal yang telah diprediksi sebelumnya.

Laporan Gedung Putih menyebut Biden telah menghubungi pemimpin Qatar dan Mesir melalui panggilan telepon terpisah. Ia membahas gencatan senjata dan insiden bantuan yang "tragis dan mengkhawatirkan".

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar