Israel Abaikan Kritik AS, Serang Lagi Gaza Bunuh 9 Orang

Sabtu, 10/02/2024 12:30 WIB
Jalur Gaza, Palestina

Jalur Gaza, Palestina

Jakarta, law-justice.co - Israel kembali menyerang Jalur Gaza dan kota Rafah di perbatasan Mesir pada Jumat 9 Februari 2024. Dalam serangan ini setidaknya 9 orang tewas, termasuk anak-anak dan wanita.

Melansir South China Morning Post, serangan itu terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden AS Joe Biden mengkritik bahwa perilaku Israel di Jalur Gaza "berlebihan."

Serangan Israel kali ini menghantam warga di Rafah dan sebuah taman kanak-kanak yang digunakan sebagai tempat pengungsian. Korban tewas dan terluka dibawa ke rumah sakit terdekat.

Israel belakangan rutin melancarkan serangan udara ke daerah pengungsian di Rafah. Israel mengklaim wilayah tersebut adalah tempat Hamas.

Mereka menganggap Hamas bertanggung jawab atas jatuhnya korban sipil karena beroperasi dari wilayah sipil.

Pasukan darat Israel memang masih fokus pada kota Khan Younis, tepat di utara Rafah. Namun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berulang kali memperingatkan bahwa Rafah akan menjadi sasaran berikutnya.

Hal ini pun sontak menimbulkan kepanikan di antara ratusan ribu pengungsi.

Di sisi lain, pernyataan Netanyahu juga membuat khawatir Mesir. Negeri Piramida itu mengatakan operasi darat apa pun di wilayah Rafah atau perpindahan massal melintasi perbatasan akan merusak perjanjian perdamaian yang telah berusia 40 tahun dengan Israel.

Selain itu, perbatasan Gaza-Mesir yang sebagian besar tertutup juga merupakan pintu masuk utama bantuan kemanusiaan.

Kementerian Kesehatan Gaza mencatat korban tewas warga Palestina akibat perang telah melampaui 27.840 orang. Tak hanya itu, seperempat penduduk Gaza juga menderita kelaparan.

Sebelumnya, Biden menyebut respons militer Israel di Gaza berlebihan. Ia mengatakan sedang mengupayakan jeda berkelanjutan untuk membantu warga sipil Palestina yang sakit.

"Saya berpandangan tindakan respons di Jalur Gaza sudah berlebihan," kata Biden dikutip dari Reuters.

Biden mengaku mendorong kesepakatan terkait normalisasi hubungan diplomatik Arab Saudi dan Israel, meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk warga sipil Palestina, dan jeda perang untuk memungkinkan pembebasan sandera Israel di Gaza.

"Saya berusaha sangat keras sekarang untuk menangani gencatan senjata. Ada banyak orang tidak bersalah yang kelaparan, banyak orang tidak bersalah yang berada dalam kesulitan dan sekarat. Ini harus dihentikan," imbuhnya.

Ini menjadi salah satu kritik publik Biden yang paling tajam, terhadap pemerintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Padahal saat awal agresi Israel di Palestina, Biden menuai banyak kritik keras karena menyebut kematian warga Palestina yang tak bersalah sebagai harga dari peperangan.***

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar