Media Asing Ungkap Indonesia Bakal Normalisasi Hubungan dengan Israel

Jum'at, 01/03/2024 08:26 WIB
Presiden Joko Widodo berbicara dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat pertemuan bilateral di sela rangkaian kegiatan KTT G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Senin 14 November 2022. Achmad Ibrahim/Pool via REUTERS

Presiden Joko Widodo berbicara dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat pertemuan bilateral di sela rangkaian kegiatan KTT G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Senin 14 November 2022. Achmad Ibrahim/Pool via REUTERS

Jakarta, law-justice.co - Media Asing, Jewish Insider melaporkan pada Rabu, 28 Februari 2024 bawa Indonesia dan Israel dikabarkan berencana mengumumkan normalisasi hubungan diplomatik sebelum tertunda oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan perang Israel di Gaza setelahnya.

Media tersebut mengutip tiga sumber anonim yang terlibat dalam negosiasi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Eli Cohen selaku Menteri Luar Negeri Israel saat itu telah menyetujui rancangan akhir perjanjian normalisasi hubungan kedua negara sebagai langkah pertama menuju hubungan diplomatik penuh, kata para sumber.

Negara Yahudi dan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia itu berencana mengumumkan normalisasi hubungan pada Oktober 2023. Namun, mereka juga mempertimbangkan November, saat Jokowi mengunjungi Gedung Putih di Washington D.C., Amerika Serikat.

Jokowi sempat bertemu Presiden AS Joe Biden pada 13 November 2023 sebelum menghadiri rangkaian kegiatan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) 2023 di San Fransisco yang berlangsung pada 11 – 17 November 2023.

Saat itu, mereka sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral dari Kemitraan Strategis menjadi Kemitraan Strategis Komprehensif.

Sumber-sumber Jewish Insider mengatakan Indonesia saat itu memantau perkembangan normalisasi hubungan Israel dengan Arab Saudi, yang kini terhambat karena Riyadh mensyaratkan gencatan senjata di Gaza dan pembentukan negara Palestina sebelum negosiasi berlanjut.

Indonesia juga disebut berencana membuka kantor perdagangan di Ramallah pada waktu yang bersamaan.

Politikus Andi Widjajanto yang pernah menjabat Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) disebut terlibat dalam negosiasi normalisasi hubungan Israel-Indonesia sebagai penasihat senior Jokowi.

Kabarnya, Andi bertemu dengan Ronen Levy, yang saat itu menjabat sebagai direktur jenderal Kementerian Luar Negeri Israel dan merupakan salah satu pemain kunci Israel dalam Perjanjian Abraham, bertemu di Yerusalem pada September 2023.

Ia bersama dengan Dan Shapiro, yang pada saat itu merupakan penasihat senior Departemen Luar Negeri AS.

Mereka merampungkan naskah kesepakatan normalisasi hubungan Israel-Indonesia, seperti terlihat dalam foto yang diberikan oleh salah satu sumber yang terlibat dalam pembicaraan. Pengusaha asal New York Joey Allaham juga berperan penting dalam negosiasi tersebut, kata Jewish Insider.

Hingga berita ini diterbitkan, Andi belum menjawab permintaan Tempo untuk berkomentar tentang kabar keterlibatannya dalam negosiasi itu. Begitu juga stafnya di Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud Md. tempat ia berkiprah sekarang.

Kementerian Luar Negeri RI menyatakan tidak tahu-menahu soal pertemuan tersebut. “Kementerian Luar Negeri tidak mengetahui sama sekali mengenai pertemuan ini,” kata juru bicara Lalu Muhammad Iqbal lewat pesan singkat pada Kamis, 29 Februari 2024.

Isi Kesepakatan Normalisasi Hubungan Indonesia-Israel

Jewish Insider mengatakan Indonesia dan Israel mencapai nota kesepahaman pada 21 September 2023.

Naskah tersebut, yang telah dilihat oleh Jewish Insider, menyatakan bahwa kedua negara berupaya untuk “memperluas Perjanjian Abraham dan mempromosikan perdamaian, hidup berdampingan, saling pengertian, dan menghormati di antara masyarakat dari semua agama, etnis, dan kebangsaan.”

Perjanjian Abraham merupakan pernyataan bersama yang dicapai Israel, Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat pada 13 Agustus 2020 tentang normalisasi hubungan Israel-UEA dan Israel-Bahrain.

Tempo belum dapat memverifikasi isi dari nota kesepahaman antara Israel dan Indonesia tersebut.

Memorandum of Understanding (MoU) itu juga disebut menyatakan bahwa kedua pihak mendukung “perbaikan kehidupan sehari-hari rakyat Palestina” dan penyelesaian konflik secara damai.

Jakarta dan Yerusalem dikabarkan sepakat untuk membuka kantor yang berfokus pada pengembangan hubungan bilateral, dengan penekanan pada ekonomi, perdagangan, teknologi, inovasi dan budaya. Selain itu, kantor tersebut akan diberi wewenang untuk menyediakan layanan konsuler.

Dalam dokumen terpisah yang juga dilihat Jewish Insider, tertulis kesepakatan bahwa kedua belah pihak akan menyusun mekanisme pemberian visa bisnis kepada warga Indonesia dan Israel melalui kantor perdagangan.

Kedua negara juga berbicara tentang penghapusan Israel dari daftar hitam visa Indonesia. Sebab, puluhan ribu peziarah Kristen asal Indonesia mengunjungi Israel setiap tahunnya, namun sulit bagi warga Israel yang tidak memiliki paspor ganda untuk mengunjungi Indonesia.

Sumber diplomatik senior mengatakan sekitar 29 juta orang atau 10 persen populasi Indonesia yang beragama Kristen bersikap pro-Israel.

Rancangan perjanjian antara Jakarta dan Yerusalem itu muncul setelah perundingan selama kurang lebih empat bulan, kata Jewish Insider.

Warga Israel yang berbisnis di Indonesia – sebagian besar di bidang teknologi pertanian – serta warga Yahudi Amerika yang bekerja di Jakarta disebut berperan dalam menyatukan kedua negara.

Setelah perang Gaza dimulai, “pihak-pihak tersebut mengatakan kita harus menunggu, karena waktunya tidak tepat,” kata seorang sumber diplomatik senior.

Namun, sumber Jewish Insider mencatat bahwa Indonesia tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan perjanjian tersebut, “hanya saja ini bukan waktu yang tepat.”

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar