Bela Demokrasi, Kampus Diintimidasi Siapa Bermain

Sabtu, 10/02/2024 07:34 WIB
Foto metrotvnews.com

Foto metrotvnews.com

law-justice.co -  


Alasan Melencengnya demokrasi di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo memunculkan gelombang perlawanan di seluruh sudut negeri. Bukan hanya mahasiswa, kali ini guru besar kompak menyatakan kekecewaan atas penyimpangan demokrasi akibat penyalahgunaan kekuasaan demi ambisi pribadi.

Perlawanan kepada pihak yang mengkritisi kepemimpinan Presiden Joko Widodo  juga ikut membungkam masukan para akademisi yang membantunpara mahasiswa saat ini yang sudah bergerak lebih dahulu.

Diberitakan : Gelombang Kritik Akademisi Diyakini Tak Ditunggangi

Alih-alih merespons kritik kampus dengan bijak, orang-orang terdekat Presiden Jokowi justru menuduh civitas akademika tersebut sebagai partisan. Kontra narasi dan intimidasi pun dilakukan demi membungkam suara-suara kritik Presiden Jokowi.

Sejauh apa demokrasi Indonesia sudah melenceng? Apa yang sebenarnya diharapkan dari para civitas academika?

Tanggapan Pengamat Politik

Tim pemenangan nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) optimistis suara perguruan tinggi murni untuk mengoreksi demokrasi yang menyimpang. Gelombang kritik dari sivitas akademika untuk pemerintah itu diyakini tidak punya kepentingan tertentu.

 

"Suara mereka murni. Semata-mata untuk menyelamatkan bangsa dan negara. Tidak ditunggangi kepentingan-kepentingan politik lain," kata Executive Co-Captain Timnas Amin Sudirman Said di GOR Mahkota Graha, Kebumen, Jawa Tengah, Rabu, 7 Februari 2024.

Sudirman menilai seruan dari sivitas akademika merupakan hal lumrah. Mereka jengah dengan praktik-praktik yang mengotori demokrasi bangsa.


"Air kalau terus dibendung lama-lama akan merembes atau bocor ke mana-mana. Kalau bendungannya tidak kuat maka akan jebol," ujar dia.


Diberitakan Media : Akademisi Dapat Intimidasi, YLBHI: Jangan Takut, Ini Tantangan Kita Bersama

Sudirman berharap pemerintah menerima masukan, aspirasi, dan keprihatinan para akademisi serta guru besar. Sebab, suara mereka dalam rangka menyelamatkan bangsa dan negara.

"Ibarat mobil, peringatan para akademisi dan guru besar itu adalah spion, lampu sein, speedometer, juga rem," jelas dia. sumber Metrotv

Gerakan Mahasiswa Surabaya 

Sejumlah mahasiswa dari Gerakan Mahasiswa Surabaya (GMS) menggelar aksi memprotes pelemahan demokrasi imbas dinasti politik, di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat 9 Februari 2024.

Menurut pantauan, mereka mengenakan pakaian serba hitam, sambil menandu keranda mayat. Mereka melakukan aksi dengan melakukan teatrikal dan menaburkan bunga.

"Presiden Jokowi hari ini sudah nyata-nyata mencacatkan demokrasi. Jokowi mendorong anak kandungnya sendiri untuk jadi cawapres. Kami menolak politik dinasti," kata salah satu orator.

https://www.law-justice.co/artikel/163485/mahasiswa-surabaya-serukan-reformasi-jilid-ii-karena-reformasi-cacat/

 

(Patia\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar