Resah Demokrasi Era Jokowi, 14 Band Metal Jogja Konser di Depan Istana

Minggu, 04/02/2024 11:13 WIB
Resah Demokrasi Era Jokowi, 14 Band Metal Jogja Konser di Depan Istana. (www.krjogja.com)

Resah Demokrasi Era Jokowi, 14 Band Metal Jogja Konser di Depan Istana. (www.krjogja.com)

Jakarta, law-justice.co - Sebanyak 14 band beraliran metal tampil di acara konser `High Voltage - Save Our Democracy` yang digelar di pelataran Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 atau depan Istana Kepresidenan Yogyakarta alias Gedung Agung, Sabtu (3/2) malam.

Belasan grup band beraliran heavy, black hingga death metal serta hardcore menggetarkan panggung acara yang diselenggarakan untuk menyuarakan keresahan para musisi `underground` atas kondisi perpolitikan jelang Pilpres 2024.

Horush, LVPJR, RottenPig, Murder27, Bruthus, dan Abnormalrisk adalah sebagian dari deretan penampil pada malam hari ini. Alunan distorsi dan dentuman drum berpadu, membangkitkan mood para mosh head untuk saling sikut di tengah mosh pit.

Koordinator Acara, Nana Yushendra menyatakan bahwa jika konser ini mulanya bertujuan untuk lebih mempopulerkan musik beraliran keras ke berbagai lapisan masyarakat.

Namun, seiring berjalannya waktu para musisi merasa perlu mengekspresikan kekhawatirannya akan kondisi demokrasi di Indonesia yang mereka anggap kian mengalami kemunduran jelang Pemilu 2024.

"Kaitannya dengan musik, anak-anak metal ini kan bebas berekspresi, menentukan pilihan. Terkait dengan suasana demokrasi di negara kita, mereka juga merasakan," kata Nana.

Bagi mereka, langkah Mahkamah Konsitusi (MK) yang memutuskan uji materi batas minimal usia capres dan cawapres menjadi pemantik untuk menentang politik dinasti yang merusak dan mematikan demokrasi di Indonesia.

Belum selesai satu urusan, klaim Nana, para Metalhead atau penyuka musik metal tambah gerah dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal presiden atau pejabat pemerintahan yang boleh berkampanye dan memihak.

"Kami bukan partisan. Metalhead juga resah, apakah iya pemilu ini akan adil, jujur, menghasilkan keputusan-keputusan yang memang berpihak pada rakyat," sambungnya.

Para metalhead, klaim Nana, merasa lebih cocok menggelorakan aspirasi mereka dari atas panggung lewat aksi cadas ketimbang turun ke jalan.

Kata Nana, konser metal-metalan macam ini sebenarnya sudah beberapa kali digelar dengan maksud merespons beragam isu yang tengah jadi atensi publik, misalnya agresi Israel ke Palestina.

Konser `High Voltage - Save Our Democracy` sudah direncanakan sejak tiga pekan lalu. Menurut Nana, waktu pelaksanaan yang berbarengan dengan momen munculnya gelombang kritik oleh para civitas academica terhadap pemerintahan Jokowi jelang Pilpres 2024.

Nana berharap, raungan-raungan para metalhead yang mewakili masyarakat ini bisa sampai ke telinga pemerintahan Jokowi dengan diselenggarakannya konser tepat di depan Gedung Agung ini.

"Semoga pemerintah mendengar jeritan hati kami, jaga demokrasi dengan baik. Ya semoga aja Pak Jokowi mendengar," pungkas Nana.

Olga (24), mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta mengaku sulit menangkap lirik dalam scream dan growl para vokalis band-band metal di atas panggung. Akan tetapi kerasnya hentakan musik sudah cukup membuatnya emosional.

"Ya musiknya pas aja buat moshing ngeluapin emosi sama mereka-mereka yang bikin demokrasi tambah bobrok," kata Olga.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar