Pengungsi Rohingya Rogoh Kocek Rp14 Juta Untuk Berlayar ke Aceh

Sabtu, 09/12/2023 09:11 WIB
Pengungsi Rohingya (Foto: UNHCR)

Pengungsi Rohingya (Foto: UNHCR)

Jakarta, law-justice.co - Pengungsi Rohingya yang sudah melakukan perjalanan dari Bangladesh menuju Indonesia, khususnya ke Aceh disebut harus mengeluarkan biaya. Tak sedikit juga dari mereka harus menjual barang berharga untuk bisa berlayar meninggalkan Kamp Cox`s Bazar, Bangladesh.

Harga yang ditawarkan oleh para agen perjalanan juga bervariasi, mulai dari 20.000 - 100.000 Taka Bangladesh per orang. Jika dirupiahkan dari Rp2,8 juta - Rp 14 juta.

Namun ada juga agen yang hanya menghitung per satu keluarga. Jika tak memiliki uang, maka agen tak mengizinkan pengungsi Rohingya naik ke kapal kayu.

Hanya satu rute perjalanan yang ditawarkan yaitu ke Indonesia dan titik pendaratan di Provinsi Aceh. Mereka memilih Aceh karena mayoritas populasi Muslim di daerah ini dengan anggapan mereka bakal diterima untuk tinggal. Tidak ada arah kapal untuk tujuan Malaysia.

Seorang pengungsi Rohingya di Sabang, Muhammad Idris yang cukup mahir berbahasa Melayu mengatakan, semua pengungsi yang mendarat di Aceh sudah membayar uang perjalanan ke orang-orang Bangladesh, dengan jaminan kapal kayu yang sudah terisi bahan makanan.

"Kami satu keluarga harus bayar 20.000 Taka ke orang-orang Bangladesh untuk menuju ke sini. Semua juga harus bayar ke mereka kalau tidak bayar tidak bisa naik (kapal)," kata Idris dilansir CNNIndonesia.com saat ditemui di tempat penampungan pengungsi Rohingya di Dermaga CT I Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS), Jumat 8 Desember 2023.

Menurutnya orang-orang etnis Rohingya lebih memilih untuk melanjutkan perjalanan ke Indonesia karena situasi di kamp Bangladesh sangat memprihatinkan dengan tingkat kriminal yang tinggi yang justru dilakukan oleh orang-orang Bangladesh.

Mereka etnis Rohingya kerap dimintai uang oleh warga di sana, jika tidak diberikan maka nyawa jadi taruhannya. Opsi kedua harus berlayar atau berpindah tempat meninggalkan kamp pengungsian. Namun tidak gratis, harus membayar ke agen-agen warga Bangladesh.

Idris tak tahu persis bagaimana jaringan agen-agen di sana merekrut etnis Rohingya untuk mau melakukan perjalanan ke Indonesia. Ia hanya menyebut, sebagian dari mereka memilih meninggalkan Bangladesh karena tidak tahan dengan kondisi kehidupan di sana.

"Ada orang-orang Bangladesh sering bikin gaduh-gaduh, minta duit, kalau tidak ada duit kita mati," ujar Idris.

Ia beralasan tujuan ke Aceh hanya untuk menghindari orang-orang tersebut yang bisa saja mengancam nyawa setiap etnis Rohingya di kamp. "Tujuan ke sini karena tidak ada orang Bangladesh, di sini kita ok, aman," katanya.

Sementara itu pengungsi Rohingya lainnya Rohima Kathum, berstatus janda tiga anak ini terpaksa kabur dari Bangladesh karena suaminya dibunuh oleh orang-orang yang dinilai berbahaya di kamp pengungsian.

Ia menceritakan hal itu ke CNNIndonesia.com dengan bahasa Rohingya yang diterjemahkan oleh rekannya ke bahasa Melayu. "Suami saya dibunuh orang berbahaya, jadi saya takut dan ikut lari ke Indonesia,"

"Saya tidak mau kejadian ini juga terjadi ke anak saya. Saya orang tidak punya, untuk naik kapal ke sini dibantu oleh keluarga di sana agar saya selamat," kata Rohima.

Ia memilih Indonesia lagi-lagi karena rute kapal yang disediakan hanya menuju ke sini dan tidak ada pilihan lain dan ia menilai orang Indonesia tidak seperti di Bangladesh. "Alasan ke sini juga karena Indonesia orang baik," ucapnya.

Dikutip dari CNN Indonesia, sejak pukul 10.00-16.00 WIB, tidak ada perwakilan UNHCR maupun IOM yang hadir untuk mengawasi pengungsi Rohingya di Dermaga CT 1 BPKS. Hanya ada tiga personel kepolisian yang ikut mengawasi pembagian nasi bungkus ke pengungsi setelah Salat Jumat.

Sementara hingga pukul 18.20 WIB, situasi di depan gerbang masuk dermaga tampak lengang, hal itu berbanding terbalik dari tiga hari ke belakang dengan adanya warga yang melakukan aksi untuk mengusir warga Rohingya.***

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar