Menyoal Lobi Politik Duet Anies-Imin, Arah PKB hingga Kudeta Gus Dur

Kamis, 07/09/2023 11:00 WIB
Foto Ketum PKB Muhaimin Iskandar di muka kantor DPP PKB, Senen, Jakarta. Ia menjadi cawapres untuk Anies Baswedan. Foto dijepret reporter pada saat momen Rakornas, Senin (28/8/2023). Foto: Rohman/Law-justice.

Foto Ketum PKB Muhaimin Iskandar di muka kantor DPP PKB, Senen, Jakarta. Ia menjadi cawapres untuk Anies Baswedan. Foto dijepret reporter pada saat momen Rakornas, Senin (28/8/2023). Foto: Rohman/Law-justice.

Jakarta, law-justice.co - “PKB bercita-cita menjadi partai yang meresapi filosofi lebah, yakni bermanfaat untuk semua orang, terutama mampu menjadi obat bagi seluruh permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia."

Kalimat di atas terpampang di tembok lantai dua markas besar DPP PKB yang berlokasi di kawasan Senen, Jakarta Pusat itu. Persis di samping kalimat tersebut dimuat mural sang Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar atau beken disapa Gus Imin.

Saat itu, Senin (28/8/2023), suasana kantor DPP PKB tampak lebih sibuk dari biasanya. Kader banyak berdatangan mulai dari pengurus di tataran pusat hingga daerah untuk Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) soal pemenangan Pemilu 2024. Selain Gus Imin, datang pula jajaran pimpinan partai macam Waketum PKB Jazilul Fawaid, Sekjen Hasanuddin Wahid sampai dengan kakak kandung Gus Imin, Abdul Halim Iskandar yang menjabat Ketua DPW Jatim sekaligus Menteri PDTT.

Gus Imin yang hadir mengenakan setelan kemeja dengan outer ulos hijau, berkata Rakornas PKB fokus membahas kontestasi Pileg, alih-alih Pilpres. Dalam pidatonya, ia bilang ke seluruh kader untuk menahan diri soal diskursus Pilpres, termasuk menyoal sikap politik partai terkait dinamika pencapresan. “Ojo kesusu, ada waktunya,” kata dia.

Tak lama setelah pidato, sekira pukul setengah delapan malam, Gus Imin keluar dari ruang Rakornas. Ia meluncur maju ke mobilnya tanpa meladeni pertanyaan sejumlah awak media. “Saya tidak boleh diwawancara dulu,” singkat katanya.

Saat itu Gus Imin buru-buru untuk menghadiri perayaan hari jadi partai PAN yang ke-25 di Hotel Sultan, Jakarta. Ia datang terlambat sekira 30 menit, tapi sempat berpidato yang memuat semacam kode soal koalisi dengan Gerindra, PAN dan Golkar sedang tidak baik-baik--meski kala itu terekam momen Prabowo memeluk Imin yang baru tiba. Imin mengaku merasa was-was berkoalisi dengan PAN dan merasa tidak dilibatkan dalam perubahan nama koalisi yang semula Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya menjadi Koalisi Indonesia Maju.

Belakangan, dalam wawancaranya dengan Najwa Shihab pada program Narasi TV, Gus Imin menceritakan ada diskusi tertutup dalam Rakornas yang membicarakan soal posisi politik partai bercorak Islam itu dalam Pilpres. Para kader, kata Imin, mendesak dirinya untuk mengambil keputusan soal pencapresan, apakah tetap berada di sisi Prabowo Subianto dengan koalisinya, merapat ke PDI-P atau menjajaki peruntungan dengan koalisi Anies Baswedan.

“Ternyata berkembang di situ (Rakornas) dan keras di situ yang pada kesimpulan saya itu ibaratnya pemegang mandat ideologi PKB, pemegang mandat ajaran-ajaran PKB, NU dan islam. Lalu, PKB pemegang mandat historis sejarah. Dua mandat ini tidak boleh berhenti stuck tidak jelas ke mana arahnya,” kata Imin.

Stuck yang dia maksud adalah perkembangan arah politik PKB yang berada dalam koalisi dengan Gerindra, PAN dan Golkar. Koalisi itu sampai sekarang belum menentukan secara serius siapa bakal cawapres bagi Prabowo. Sementara, para caleg dari PKB, kata Imin, sudah tidak tahan untuk segera mengetahui siapa sosok capres-cawapres pilihan yang bisa disandingkan dengan caleg dalam baliho kampanye.

“Rakornas berkesimpulan koalisi ini (dengan Prabowo) stuck dan kalau stuck tau sendiri berbahaya--air harus mengalir. Sebuah kesimpulan yang di luar bayangan saya,” ujar dia.

Pada Selasa (29/8/2023) setelah perbincangan tertutup Rakornas dan momen ultah PAN, Imin mengaku diundang Surya Paloh untuk makan malam. Ketum partai NasDem itu seolah menangkap kode yang dilontarkan Imin dalam pidatonya di ultah PAN. Sementara itu, sejumlah kader PKB, kata Imin, menganggap pidato dirinya dan perubahan mendadak nama koalisi seolah-olah menunjukkan ada perpecahan.

Imin lantas datang memenuhi undangan Surya Paloh dengan mengemban misi hasil kesepakatan Rakornas. Dibilang Imin, ada tarik ulur sejak awal percakapan itu. “Bahkan Pak Surya Paloh memulai percakapan dengan tanya ‘kamu serius jadi cawapres?,” kata Imin. Lalu dijawab Imin, ‘Bukan serius jadi Cawapres, tapi saya serius juga jadi Capres.”

Merespons Imin, Surya Paloh berkata,”Kalau diskusi jadi Capres, jangan diskusi sama saya lagi saya punya Capres sendiri,” kata Imin yang mengingat perkataan Paloh.

Imin bilang Surya Paloh menimpah perkataannya dengan bilang, “Ok, saya minta NasDem dan PKB berkoalisi. Nasdem punya Capres, PKB punya calonnya.”

Imin yang mendengar tawaran itu terheran lantaran Ketum Demokrat Agus Yudhoyono selama ini digadang-gadang menjadi pendamping Anies Baswedan. “Dijawab Pak Surya Paloh, kami belum ada keputusan apapun dengan calon-calon lain (cawapres). Pokoknya Wakil Presiden (dari) PKB) dan Presiden (dari) NasDem,” ujar Imin.

Mengenai tawaran itu, Imin meminta waktu ke Surya Paloh untuk berpikir. Ia perlu bicarakan hal ini di forum DPP PKB. Kemudian, Ketum Nasdem itu langsung menimpal permintaan Imin, “Ya balik-balik harus bawa surat kesepakatan.”

“Saya pulang ke DPP, saya kumpulkan semua kader, saya kontak semua kiai. Sampai Pak Surya Paloh yang biasanya pulang jam 10 malem (dari markas NasDem, jadi jam set 1 (malam) waktu itu tunggu kepastian surat dari kami,” ujar Imin.

Imin yang menerima tawaran Surya Paloh berusaha menekankan ke jajaran partainya untuk merahasiakan kesepakatan politik pada malam itu. Begitu pun dengan NasDem, yang diminta Imin untuk tak membocorkan sampai waktunya tepat. Imin lantas menjalin komunikasi langsung dengan Ketum Golkar Airlangga Hartarto untuk melancarkan kode-kode politik soal kesepakatan dengan NasDem, sementara dengan Prabowo dan Zulkifili Hasan tidak sempat.

“Dengan Pak Airlangga sempat bertemu sebentar saya bilang ‘Pak Airlangga kayaknya dengan Pak Prabowo, PAN dan Golkar sudah cukup kayaknya ya’. Jadi kalau saya tidak ikut, tetap bisa berlayar,” kata Imin yang membuat kaget Airlangga.

Namun, pertemuan itu bocor ke publik seiring terbit taklimat dari Demokrat pada Kamis (31/8/2023) yang bilang ada penetapan Imin sebagai cawapres Anies secara sepihak tanpa melibatkan Demokrat dan PKS. Kemudian, partai berlambang bintang mercy itu menggelar konferensi pers yang pada intinya mengatakan bahwa Demokrat telah ditelikung oleh NasDem dan Anies.

Ditambah, partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono itu mencabut dukungannya terhadap Anies dan angkat kaki dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan pada Jumat (1/9/2023). Sehari setelahnya, justru Anies dan Imin mendeklarasikan diri sebagai pasangan capres-cawapres di salah satu hotel di Surabaya.

Anies yang juga ada dalam wawancara dengan Najwa Shihab mengklarifikasi penetapan Imin sebagai cawapresnya bukan tanpa dasar. Kata Anies, komunikasi dengan PKB sudah diusulkan sejak Juli 2023 untuk menjajaki kemungkinan PKB masuk jadi bagian koalisi. Namun, usul Anies tak pernah terealisasi.

“Kenapa perlu PKB, karena koalisi lemah di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan kita butuh partai yang perlu basis kuat,” ujar Anies.

Hingga akhirnya Anies diundang Selasa malam oleh Surya Paloh ke Nasdem Tower—tepat setelah percakapan antara Paloh dan Imin. Anies bilang kesepakatan politik Paloh dengan Imin awalnya didasari oleh dua opsi: dibicarakan dulu dengan Demokrat dan PKS atau jalani kesepakatan dan baru bicara ke koalisi. Namun, Paloh memilih opsi kedua.

Anies bercerita ada pertemuan dengan Tim 8 (terdiri dari perwakilan PKS, Demokrat dan Nasdem) yang mengurusi bacawapres saat jelang momen kesepakatan Paloh-Imin. Pertemuan itu mulai dari 27 Agustus sampai dengan 29 Agustus 2023. Pertemuan berlangsung alot karena saling debat menentukan siapa pendamping Anies. Bahkan, utusan Nasdem dan Demokrat saling gebrak meja.

Kata Anies, Demokrat dalam posisi untuk meminta koalisi segara mendeklarasikan AHY sebagai cawapres. Sedangkan, NasDem menahan untuk deklarasi karena membuka opsi-opsi lain seiring dinamika politik yang berkembang. Dan PKS memahami bahwa pilihannya adalah AHY.

“Pada Selasa sore (29 Agustus), sudah tidak terjadi kesepakatan dan pertemuan berakhir. Demokrat akan mundur,” ujar Anies.

Sementara itu, Imin tak menyangka dinamika politik bakal cepat seperti ini. Ia tak membayangkan Demokrat bakal keluar dari koalisi. Akan tetapi, ia tidak menafikan bakal juga kejadian momen kesepakatan dengan Anies. Hal itu berawal dari pengalaman spiritual Imin yang didapat dari sejumlah kiai.

Pertama, saat pertemuannya dengan Kiai Kholil As’ad (putra Kiai Syamsul Arifin pendiri NU) pada 2021 lalu. Sang kiai meminta Imin berpasangan dengan Anies untuk Pilpres mendatang. “Kiai Kholil ini memerintah berdasar keyakinan. Nah saya enggak berani menolak. Kalau beliau selalu (dapat ilham dari) langit. Maka saya cocokan dengan bumi. Buminya ini kayaknya agak sulit. Saya di koalisi pemerintah, sementera Pak Anies di koalisi oposisi,” ujarnya.

Kedua, titah berasal dari Kiai Thoifur Mawardi, seorang kiai asal Purworejo yang mendirikan Ponpes Darut Tauhid Kemiri 8. Imin dan Kiai Thoifur bertemu saat ibadah haji baru-baru ini. “Saya dipanggil ke hotelnya. Beliau bilang Muhaimin saya sudah istikarah, jodohmu itu Anies. Itu kemudian yang menuntun di dunia alam sadar yang akhirnya bertemu Pak Anies,” tutur Imin.

Dalam wawancara dengan Najwa Shihab, Imin juga bercerita soal isu dirinya mengkudeta Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada 2008, atau setahun sebelum Pemilu 2009. Ia berkata tidak melakukan kudeta terhadap Gus Dur. “Yang benar adalah bahwa saya dikudeta oleh orang-orang yang sehingga Gus Dur memberhentikan saya,” ujar dia.

Orang-orang yang ia maksud adalah putri Gus Dur, Yenny Wahid dan kader PKB, Ali Masykur. Yenny menggantikan Lukman Edy sebagai Sekjen partai dan Ketum PKB beralih tangan dari Imin ke Ali melalui Muktamar Luar Biasa bentukan pihak Gus Dur di Bogor.

Yenny dan Ali tampil di pucuk kepemimpinan PKB setelah berembus kabar bahwa Gus Dur yang saat itu sebagai Ketua Dewan Syura partai akan dilengserkan oleh pihak Imin. Sehingga, di permukaan seolah terjadi dualisme antara pihak Gus Dur dan Imin.  

“Bahkan saya dengan ikhlas berhenti jadi Ketum PKB. Saya nyatakan saya terima atas pemberhentian oleh Gus Dur. Bahkan saya melakukan hal langka--semua orang yang dipecat Gus Dur itu melawan. Satu-satunya ketum yang dipecat Gus Dur yang tidak melawan adalah saya,” kata dia.

Namun, di sisi Yenny, Imin disebut memang mengkudeta Gus Dur karena membikin muktamar tandingan di Ancol yang pada intinya menolak hasil MLB bentukan Gus Dur. Hingga akhirnya Imin diangkat jadi ketum versi Muktamar Ancol. Lalu, puncaknya ada gugatan soal kepemilikan PKB antara pihak Gus Dur dan Imin yang berujung pada putusan MA, sebelum akhirnya Imin keluar sebagai pemenang.  

Imin mengklaim adanya MLB dan gugatan ke MA itu merupakan cara untuk menyelamatkan posisi PKB dalam Pemilu. Katanya, posisi Yenny dan Ali tidak memiliki legitimasi sehingga tidak bisa diakomodir KPU untuk legalistas pendaftaran parpol dalam Pemilu.

Kubu Yenny dan Imin berkomunikasi untuk hal itu, akan tetapi tidak menemukan titik temu. Yenny dianggap tidak sah menjadi Sekjen partai sehingga tanda tangannya tidak bisa digunakan. Kata Imin, Yenny menjadi Sekjen bukan hasil kesepakatan Muktamar, tapi secara sepihak sehingga tidak sah.

“Dari situlah penggantian Yenny ke sekjen asal Lukman Edy. Akhirnya KPU menerima dan bisa ikut Pemilu,” katanya.

Imin bercerita ada pertemuan empat mata antara dirinya dan Gus Dur saat terjadi konflik internal partai. Imin diperintahkan untuk membuat surat pemberhentian dari ketum partai oleh Gus Dur. Imin tak keberatan. Ketika surat diterima oleh Gus Dur, Imin diminta menyimpan surat itu hingga surat itu dibutuhkan.

“Tapi sampai sekarang tidak pernah dikeluarkan dan diminta Gus Dur. Ini behind the scene sesungguhnya,” klaimnya.

(Rohman Wibowo\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar