Cak Imin Blak-blakan Soal Intrik Kudeta PKB usai Gus Dur

Selasa, 05/09/2023 18:05 WIB
PBNU respons tegas pernyataan Cak Imin (kompas)

PBNU respons tegas pernyataan Cak Imin (kompas)

Jakarta, law-justice.co - Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin membeberkan intrik di tubuh partainya usai Abdurrahman Wahid alias Gus Dur lengser.

Cak Imin menilai salah satu hasil dari intrik tersebut adalah tudingan yang rutin muncul dan menyebut bahwa dirinya menjadi sosok yang melengserkan Gus Dur melalui kudeta.

Ia pun membantah tudingan tersebut. Imin bahkan menyebut bahwa dirinya yang dikudeta dengan diberhentikan dari Ketua Umum PKB.

"Selalu muncul, setiap pemilu selalu dimunculkan, dibesarkan, tentu musiman lah saya bilang. Tetapi tuduhan saya berkhianat itu sama sekali tidak beralasan," kata Cak Imin dalam tayangan wawancara eksklusif di Youtube Mata Najwa, Senin 4 September 2023.

"Bahkan ada yang bilang saya kudeta, yang benar adalah justru saya dikudeta, dikudeta oleh orang-orang yang kemudian Gus Dur memberhentikan saya," imbuhnya.

Hasil muktamar PKB pada 2005 di Semarang menetapkan Cak Imin menjadi Ketua Umum PKB dan menjadikan Gus Dur sebagai Ketua Dewan Syura.

Kekuasaan Imin tak bertahan lama. Dalam Muktamar Luar Biasa PKB 2008 di Parung, Bogor, Ali Masykur ditetapkan sebagai Ketua Umum DPP PKB. Penetapan itu berdasarkan hasil rapat antara Gus Dur selaku Ketua Dewan Syura PKB bersama tim asistensi.

Saat itu, putri Gus Dur Yenny Wahid sedang mengemban amanah Sekretaris Jenderal.

"Satu-satunya ketua umum yang dipecat Gus Dur tidak melawan hanya saya, bahkan setelah saya serahkan, kemudian kepemimpinan diambilalih oleh Ali Masykur sebagai Wakil Ketua Umum dan Yenny sebagai Sekjen," tutur Imin.

Imin pun mengklaim dirinya ikhlas ketika tak lagi menduduki kursi ketum. Tak hanya itu, ia pun mengaku tak ambil andil saat PKB dibawah kepemimpinan Ali dan Yenny.

"Terjadi kepemimpinan lebih kurang satu tahun, dan saya tidak ikut-ikut, saya kembali jadi salah satu ketua. Dalam proses kepemimpinan Ali Masykur dan Yenny inilah hasil kudeta terhadap saya," jelas Imin.

Imin kemudian menyebut PKB dengan Ketua Umum Ali dan Yenny sebagai Sekjen tak dianggap sah oleh KPU lantaran Ali dianggap bukan ketua umum resmi.

Akibat hal tersebut, menurut Imin, internal PKB kemudian mencoba mencari titik temu antara kubu Yenny dan Ali dengan dirinya demi PKB bisa mendaftar mengikuti pemilu. Namun, Imin menyebut titik temu itu tak ditemukan.

"Bukan Ketum, maka harus ganti Ketum supaya bisa daftar ke KPU, karena harus daftar ke KPU maka yang sah di KPU adalah tanda tangan saya sebagai ketum dan Yenny Sekjen," ujar Imin.

"Karena tidak bisa terjadi (titik temu), kita cari jalan, supaya PKB bisa daftar, jalan yang paling singkat itu apa? Legalitas, legalitas atas kepemimpinan, nah saya ketum tanda tangan sendiri dengan wakil sekjen tidak mungkin, Ali Masykur Wakil ketua umum tanda tangan dengan Sekjen, enggak bisa diterima KPU, dicoba gagal," imbuhnya.

Merespons cerita versi Cak Imin, Yenny Wahid menegaskan bahwa bila ayahnya dikudeta Cak Imin di Muktamar PKB Ancol tahun 2008 silam.

"Muktamar Ancol kurang apa terang benderangnya. Di situ Gus Dur diganti, di situ Gus Dur dikudeta. Kok masih klaim menyatakan sebaliknya," kata Yenny saat ditemui di Kantor PBNU, Jakarta, Selasa 5 September 2023.

"Dan itu jelas sekali dari awal menjadi problem besar bagi kami, karena Gus Dur di lengserkan dari Ketum Dewan Syuro [PKB]," tambahnya.

Yenny menegaskan proses kudeta yang dilakukan Cak Imin di Muktamar PKB Ancol bukan terjadi di belakang layar, melainkan di hadapan publik secara luas.

Ia menegaskan publik sudah dewasa ketika menyikapi soal klaim Cak Imin tersebut. Terlebih, masih banyak saksi yang menyaksikan dinamika politik kala itu yang masih hidup saat ini.

"Ya ini kan terjadi bukan cuma di belakang layar, tapi muktamar Ancol ini terjadi di depan publik. Jadi apapun terjadi dibelakang layar, layar apa? Layar tancap? Jadi klaim seolah terjadi yang berbeda di belakang layar, enggak usah lihat yang di belakang layar, di depan layar saja," kata dia.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar