Perang Saudara di Sudan, Palang Merah Kirim Bantuan Kemanusiaan

Minggu, 30/04/2023 23:31 WIB
Ilustrasi: Situasi di Sudan pasca perang saudara terjadi tiga pekan lalu. (AFP via Detik)

Ilustrasi: Situasi di Sudan pasca perang saudara terjadi tiga pekan lalu. (AFP via Detik)

law-justice.co - Telah tiga pekan perang saudara berkecamuk di Sudan. Ratusan telah terbunuh dan puluhan ribu telah melarikan diri untuk hidup mereka dalam perebutan kekuasaan antara militer dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang pecah pada 15 April 2023 dan melumpuhkan transisi yang didukung internasional menuju pemilu demokratis. Perang saudara ini juga telah membangkitkan kembali konflik yang telah berlangsung selama dua dekade di wilayah Darfur barat di mana banyak orang tewas minggu ini.

Melihat tragedi kemanusiaan yang semakin bereskalasi, Palang Merah Internasional mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Sudan pada Minggu (30/4/2023)."Kargo kemanusiaan seberat delapan ton itu termasuk bahan bedah untuk mendukung rumah sakit Sudan dan para sukarelawan dari Masyarakat Bulan Sabit Merah Sudan," kata Komite Palang Merah Internasional, dikutip dari AFP.

Konflik bersenjata di Sudan meletus sejak 15 April 2023 antara pasukan yang setia kepada dua jenderal yang berseteru. Konflik ini menyebabkan lebih dari 500 orang tewas dan ribuan lainnya terluka. Puluhan ribu warga juga mengungsi dari rumah mereka. Konflik ini menyebabkan mayat-mayat bergelimpangan di jalan-jalan di ibu kota.

Direktur regional Komite Palang Merah Internasional (ICRC) untuk Afrika Patrick Youssef mengatakan Bulan Sabit Merah Sudan berusaha untuk mengevakuasi mayat-mayat yang masih bergelimpangan di jalan-jalan.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hanya 16 persen rumah sakit yang berfungsi di Khartoum, ibu kota Sudan. Pasalnya, banyak fasilitas kesehatan yang hancur akibat pertempuran di kota tersebut.

Pengiriman bantuan sendiri diberangkatkan dari ibu kota Yordania, Amman, dan tiba di kota Port Sudan. Menurut Youssef, kota ini kini menjadi satu-satunya pintu masuk bantuan ke Sudan.

Lebih lanjut, Youssef mengatakan peralatan medis yang diangkut pesawat tersebut "cukup untuk menstabilkan 1.500 pasien." Ia dan ICRC juga berharap adanya jaminan keamanan untuk mengirimkan bantuan lebih lanjut ke Khartoum dan Darfur.
Pasalnya, Youssef mengatakan pihaknya tidak dapat mengirimkan apa pun ke Khartoum pada beberapa waktu lalu, padahal mereka sempat mengirimkan sejumlah bantuan ke Darfur.

Sebelumnya dilaporkan di daerah Khartoum, tembakan senjata berat dan ledakan mengguncang lingkungan perumahan. Gumpalan asap naik di atas Bahri. “Kami mendengar suara pesawat dan ledakan. Kami tidak tahu kapan neraka ini akan berakhir,” kata warga Bahri, Mahasin al-Awad (65), seperti dikutip Reuters, Sabtu (29/4/2023).

“Kami selalu dalam keadaan ketakutan.” Militer telah mengerahkan jet tempur maupun drone untuk menyerang pasukan RSF di lingkungan sekitar ibu kota. Banyak penduduk ditembaki oleh perang kota dengan sedikit makanan, bahan bakar, air dan listrik. Menurut data PBB, sebanyak 512 orang telah tewas dan hampir 4.200 terluka.

Namun, PBB juga meyakini bahwa jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi. Persatuan Dokter Sudan mengatakan sedikitnya 387 warga sipil tewas. RSF menuduh militer melanggar gencatan senjata yang ditengahi secara internasional dengan meluncurkan serangan udara di pangkalannya di Omdurman, kota kembar Khartoum di pertemuan sungai Nil Biru dan Putih, dan Gunung Awliya.


(Bandot DM\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar