Mantan Presiden Rusia: Volodymyr Zelensky Pakai Buku Pedoman Hitler

Jum'at, 12/08/2022 18:52 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (BBC)

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (BBC)

Jakarta, law-justice.co - Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev menyebut Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky ingin Barat mencari inspirasi dari pemimpin Nazi Jerman Adolf Hitler.

Medvedev, yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia, mengecam Zelensky atas seruannya untuk hukuman kolektif bagi Rusia.

Zelensky yang didukung NATO menyerukan agar semua orang Rusia, terlepas dari kecenderungan atau keadaan mereka, untuk dideportasi dari negara-negara Barat.

"Adolf Hitler mencoba menerapkan ide-ide seperti itu tentang seluruh rakyat," kata Medvedev pada Selasa (9/8/2022) lalu seperti melansir cnbcindonesia.com.

"Ada pertanyaan lagi tentang sifat otoritas Ukraina?" tambahnya.

Adapun, Nazi Jerman melakukan pemusnahan terhadap kelompok orang yang tidak diinginkan, termasuk Yahudi, Roma, LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender), penyandang disabilitas, dan komunis.

Ini merupakan salah satu contoh hukuman kolektif paling ekstrem dalam sejarah.

Teguran keras, yang dirilis di media sosial Medvedev, muncul sebagai tanggapan atas wawancara dengan Zelensky yang diterbitkan oleh The Washington Post pada Senin sebelumnya.

Berbicara kepada surat kabar Amerika Serikat (AS), Zelensky menyerukan negara-negara Barat untuk mengusir semua orang Rusia yang tinggal di tanah mereka dan melarangnya masuk.

Dia mengatakan pengusiran yang diusulkan harus berlaku bahkan untuk penentang pemerintah Rusia.

"Seluruh penduduk tidak bisa dimintai pertanggungjawaban, bukan?` Bisa. Penduduk memilih pemerintah ini dan mereka tidak melawannya, tidak berdebat dengannya, tidak meneriakinya," kata Zelensky dalam wawancara tersebut.

Seruan Zelensky bertujuan agar warga Rusia di luar negeri yang akan dipaksa untuk kembali ke negara asal di luar kehendak mereka dapat menekan pemerintah Rusia dan membuatnya mempertimbangkan kembali kebijakannya terhadap Ukraina.

Rusia sendiri menyerang tiba-tiba Ukraina pada 24 Februari lalu.

Presiden Rusia, Vladimir Putin menyebut serangannya dilakukan karena kegagalan Kyiv untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.

Pada waktu yang sama, Kremlin mengakui republik Donbas sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun.

 

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar