Menyebar Antar Tikus di Swedia, Diduga Ditemukan Virus Corona Baru

Senin, 06/06/2022 22:20 WIB
Ilustrasi Tikus (pixabay)

Ilustrasi Tikus (pixabay)

Swedia, law-justice.co - Kelelawar dan trenggiling bukan satu-satunya hewan liar yang menyimpan virus Corona baru. Hewan pengerat seperti tikus, mencit, dan curut juga dapat membawa virus yang terkadang mampu melompat ke spesies kita sendiri.


Di antara tikus red-backed bank voles (Myodes glareolus), para peneliti kini telah mengidentifikasi virus Corona yang tersebar luas dan umum yang mereka sebut virus Grimsö, dinamai dari lokasi penemuannya.

Belum diketahui apakah virus yang baru ditemukan ini berbahaya bagi manusia atau tidak. Meski demikian, temuan ini merupakan pengingat yang baik tentang mengapa kita perlu memantau virus satwa liar, terutama yang dibawa oleh hewan yang hidup di dekat kita.

"Kami masih belum tahu potensi ancaman apa yang mungkin ditimbulkan virus Grimsö terhadap kesehatan masyarakat. Namun, berdasarkan pengamatan kami dan virus Corona sebelumnya yang diidentifikasi di antara tikus tersebut, ada alasan bagus untuk terus memantau virus Corona di antara hewan pengerat liar," kata ahli virologi ke Lundkvist dari Uppsala University di Swedia, dikutip dari Science Alert, Senin (6/6/2022).

Tikus red-backed bank voles adalah beberapa hewan pengerat yang paling umum ditemukan di Eropa. Jalan mereka sering bersinggungan dengan spesies kita sendiri, dan mereka dikenal sebagai inang dari virus Puumala, yang menyebabkan demam berdarah yang dikenal sebagai nephropathia epidemia pada manusia.

Saat mencari perlindungan dari kondisi cuaca buruk, tikus diketahui berlindung di bangunan milik manusia, dan ini meningkatkan risiko kita tertular penyakit yang mereka bawa ke tempat tinggal kita.

Bahkan sebelum pandemi COVID-19 dimulai, Lundkvist dan rekan-rekannya telah berusaha memantau penyakit satwa liar di antara tikus, untuk mengantisipasi dengan lebih baik kapan virus mereka dapat menyebar. Mengingat laju perubahan iklim dan perusakan habitat yang tak henti-hentinya, ada kemungkinan interaksi kita dengan tikus akan meningkat di masa depan.

Penelitian tikus
Antara 2015 dan 2017, para peneliti di Uppsala meneliti 450 tikus red-backed bank voles liar dari sebuah tempat di barat Stockholm yang disebut Grimsö. Tim menemukan betacoronavirus baru yang beredar di 3,4% sampel.


Betacoronavirus biasanya ditemukan di antara kelelawar dan hewan pengerat, dan ketika mereka melompat ke manusia, mereka menyebabkan flu biasa dan virus pernapasan seperti SARS-CoV-2.

Belum ada bukti virus tikus baru mini melompat ke manusia. Tetapi COVID-19 telah mengajari kita sesuatu, bahwa kita perlu meningkatkan pengawasan terhadap penyakit yang satwa liar untuk mencegah wabah lebih lanjut.


Selama tiga tahun, para peneliti di Swedia menemukan beberapa jenis virus berbeda dari virus Grimsö yang beredar di antara populasi tikus red-backed bank voles.

Terlebih lagi, coronavirus terkait erat lainnya didistribusikan secara luas di antara tikus di bagian lain Eropa, seperti Prancis, Jerman, dan Polandia. Ini menunjukkan bahwa makhluk tersebut adalah reservoir alami untuk penyakit ini.

Sifat virus Grimsö yang sangat berbeda adalah pertanda buruk. Ini menunjukkan virus mudah beradaptasi dengan inang dan habitat baru. Berbagai galur yang ditemukan beredar bisa saja berasal dari tikus red-backed bank voles, atau mereka bisa saja melompat dari spesies lain.

"Mengingat bahwa red-backed bank voles adalah salah satu spesies hewan pengerat yang paling umum di Swedia dan Eropa, temuan kami menunjukkan bahwa virus Grimsö mungkin beredar luas di bank voles dan lebih jauh menunjukkan pentingnya pengawasan sentinel coronavirus pada hewan mamalia kecil liar, terutama di hewan pengerat liar," tulis para peneliti.

Studi lain baru-baru ini memperingatkan bahwa eksploitasi manusia terhadap ruang liar secara langsung meningkatkan risiko penyakit hewan menular ke manusia. Risiko ini terutama menonjol di antara hewan seperti kelelawar, tikus dan primata, yang memiliki populasi berlimpah dan telah siap beradaptasi dengan lingkungan manusia.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar