Pesawat Komersial RI Makin Sedikit, Harga Tiket Makin Mahal?

Sabtu, 28/05/2022 21:20 WIB
Ilustrasi pesawt komersial (detik)

Ilustrasi pesawt komersial (detik)

Jakarta, law-justice.co - Indonesia terancam mengalami defisit ketersediaan pesawat komersial. Saat ini pesawat yang tengah beroperasi kian menipis karena pandemi yang berlangsung selama dua tahun. Sementara pengguna pesawat terbang mulai meningkat imbas pelonggaran aturan perjalanan.


Krisis jumlah pesawat ini terjadi karena banyak maskapai yang mengembalikan pesawatnya kepada lessor imbas masalah finansial. Selain itu demand transportasi pesawat juga tidak besar karena pandemi yang berkepanjangan.

Di mana saat jumlah penularan harian mencapai puluhan ribu setiap harinya, membuat pemerintah mengambil kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat yang ketat.

Operasi yang menurun ini membuat maskapai mengambil keputusan untuk mengurangi jumlah pesawat yang beroperasi. Seperti Garuda Indonesia, Lion Air cs beberapa kali dilaporkan melakukan pengembalian pesawat kepada lessor.

Sehingga total pesawat kini yang beroperasi hanya sekitar 350 pesawat dari total 550 pesawat, menurut data dari Kementerian Perhubungan.

Hal ini akan menjadi tantangan melihat pulihnya jumlah penumpang penerbangan yang diprediksi mencapai 78 juta orang hingga akhir tahun.

Sebelumnya Pengamat Penerbangan Arista Atmadjati mengatakan masalah kekurangan pesawat ini berpotensi terjadi ketika permintaan mulai kembali pulih. Meski ada tambahan supply seat dari Super Air Jet, Pelita Air yang sudah mengudara pada tahun ini.

"Moga-moga bisa menutup kekurangan jumlah supply seat karena jika kekurangan berebut, maka tiket makin mahal," katanya pada awal tahun.

Saat ini maskapai juga berencana untuk menambah jumlah pesawat. Seperti yang akan dilakukan oleh Garuda Indonesia. Meski dia belum bisa memproyeksikan berapa kebutuhan tambahan pesawat di Garuda.

"Kita tentu akan menambah jumlah pesawat yang operasional menunggu penyelesaian PKPU," kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra kepada CNBC Indonesia.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga sudah melakukan komunikasi dengan produsen pesawat seperti Boeing mengenai masalah ini dalam lawatannya ke Singapura. Dia juga meminta Boeing berkomunikasi dengan maskapai untuk pemenuhan kebutuhan pesawat.

"Untuk itu kita minta pihak Boeing untuk berkomunikasi dengan sejumlah maskapai terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan pesawat," kata Menhub dikutip dari keterangan, (18/5/2022).

Sehingga upaya lanjutan harus dilakukan, karena kebutuhan pesawat itu tergantung dari tiap maskapai masing-masing.

Tidak Perlu Banyak Pesawat

Hanya saja dalam rapat terbatas yang dilakukan dengan Presiden di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (24/5/2022), Menhub menilai jumlah pesawat yang beroperasi tidak perlu sebanyak sebelumnya.

Di mana terbukti saat demand meningkat waktu periode mudik Lebaran, jumlah pesawat yang beroperasi saat ini masih bisa menutupi permintaan. Dengan cara menambah waktu operasi bandara maupun pesawat.

"Bahwa kita pada dasarnya tidak perlu terlalu banyak memiliki pesawat sejauh jumlah okupansi itu dipertahankan dalam keterisian yang tinggi. Sehingga operator akan kita atur untuk melaksanakan secara bersama," ujar Budi Karya dalam siaran YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (24/5/2022).

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar