Larangan Aborsi Justru Dianggap Merusak Perekonomian AS, Kok Bisa?

Minggu, 15/05/2022 15:00 WIB
Protes larangan aborsi di AS (USAToday)

Protes larangan aborsi di AS (USAToday)

law-justice.co - Ekonom AS meyakini membatasi kebebasan reproduksi, seperti larangan aborsi, menimbulkan kerugian ekonomi.


Diketahui, Mahkamah Agung AS siap membatalkan keputusan penting terkait hak kebebasan reproduksi. Jika benar, maka larangan aborsi resmi berlaku di AS.

Sebagian percaya keputusan tersebut lebih bermotivasi ideologis dan politis ketimbang upaya melindungi perempuan dari dampak yang lebih buruk.

Tetapi, ekonom setempat menyebut larangan aborsi mungkin akan menyebabkan kesulitan keuangan, kemampuan terbatas mencapai pendidikan tinggi dan naik kelas sosial-ekonomi.

Ekonom AS juga percaya larangan aborsi akan mempengaruhi keadaan tenaga kerja, termasuk output ekonomi.

"Konsekuensinya kemungkinan sangat luas, sehingga sulit untuk mengukurnya," ujar Profesor Ekonomi di Texas A&M, Jason Lindo, dilansir CNN Business, Minggu (15/5/2022).

Menurut dia, merampas hak kaum perempuan untuk memilih apakah ia akan memiliki anak atau tidak memiliki konsekuensi serius bagi karir dan keadaan ekonominya.

Hal itu sama persis dengan yang disampaikan Menteri Keuangan Janet Yellen pada pekan lalu. Ia beranggapan membatasi hak reproduksi wanita akan berdampak merusak ekonomi.

"Akses pada perawatan kesehatan reproduksi, termasuk aborsi, membantu meningkatkan partisipasi angkatan kerja," tutur Yellen.

"UU tersebut memungkinkan banyak wanita menyelesaikan sekolah, meningkatkan penghasilan mereka, merencanakan dan menyeimbangkan antara keluarga dan karier mereka," lanjut Yellen.

Data dari Turnaway Study University of California San Fransisco menunjukkan bahwa keuangan rumah tangga adalah pendorong utama keputusan untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan.

Analisis data oleh Biro Riset Ekonomi Nasional juga menyebut mayoritas wanita yang ingin menggugurkan kandungan memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan.

Di sisi lain, wanita yang ditolak aborsi memiliki tingkat kemiskinan lebih tinggi, pengangguran lebih tinggi, dan kebutuhan yang lebih besar terhadap bantuan pemerintah. Ini mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dan pada akhirnya berdampak pada prospek hidup anak-anak mereka.

"Ada banyak literatur yang menunjukkan efek jangka panjang dari keadaan ekonomi rumah tangga, di mana seorang anak tumbuh. Pada capaian pendidikan, pendapatan orang dewasa, penggunaan program bantuan sosial, hingga keterlibatan dalam kejahatan. Daftarnya terus bertambah panjang," imbuh Lindo.

Profesor Ekonomi di University of Kansas David Slusky menuturkan kekhawatiran lainnya, yaitu perawatan kesehatan wanita akan terganggu akibat pembatasan atau larangan aborsi. Dengan kata lain, akses mudah ke klinik untuk perawatan dan pencegahan memainkan peranan penting bagi perempuan.

"Ketika tingkat perawatan pencegahan turun, maka dapat menyebabkan hasil kesehatan yang lebih buruk. Bila wanita usia subur meninggal, maka konsekuensi terhadap ekonomi menjadi lebih besar," tutur Slusky.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar