2 Negara NATO Tak Tambah Sanksi ke Rusia, Membelot?

Rabu, 04/05/2022 11:48 WIB
Slovakia dan Hungaria tak dukung sanksi tambahan ke Rusia (kompas)

Slovakia dan Hungaria tak dukung sanksi tambahan ke Rusia (kompas)

Jakarta, law-justice.co - Dua negara NATOSlovakia dan Hungaria menyatakan tidak akan mendukung sanksi terhadap energi Rusia yang sedang dipersiapkan Uni Eropa sebagai buntut dari perang di Ukraina. Alasannya, kedua negara NATO itu terlalu bergantung pada pasokan energi dari Negeri Beruang Merah.

Slovakia hampir sepenuhnya bergantung pada minyak Rusia yang diterimanya melalui pipa Druzhba era Uni Soviet. Menteri Ekonomi Slovakia Richard Sulik mengatakan bahwa kilang minyak satu-satunya di negara itu, Slovnaft, tidak dapat segera beralih dari minyak mentah Rusia ke jenis minyak lain. Mengubah teknologi akan memakan waktu beberapa tahun.

"Jadi, kami pasti akan tegaskan soal itu (ketergantungan terhadap minyak Rusia)," kata Sulik seperti dikutip Al Jazeera, Rabu (4/5/2022).

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto mengatakan negara itu tidak akan mendukung sanksi apapun "yang akan membuat pengangkutan gas alam atau minyak dari Rusia ke Hungaria menjadi tidak mungkin".

"Intinya sederhana, bahwa pasokan energi Hungaria tidak dapat dibiarkan terancam gara-gara kami harus membayar harga perang di Ukraina," tuturnya.

Terlepas dari ketidaksepakatan di antara anggota Uni Eropa tentang sanksi energi baru, Presiden Dewan Eropa Charles Michel berjanji untuk "mematahkan mesin perang Rusia" dengan mengarahkan negara-negara di benua itu untuk menjauh dari pasokan gas alam Rusia.

Sebagai antisipasi, Benua Biru tengah berlomba untuk mengamankan pasokan alternatif dengan memprioritaskan impor gas alam cair (LNG) global dari negara-negara yang mencakup produsen utama seperti Aljazair, Qatar, dan Amerika Serikat.

Hal itu termasuk fasilitas LNG yang sedang dibangun di Yunani Utara, yang dikunjungi Michel dan para pemimpin empat negara Balkan pada hari Selasa.

"Kami juga memberi sanksi kepada Rusia untuk memberikan tekanan finansial, ekonomi, dan politik karena tujuan kami sederhana: Kami harus menghancurkan mesin perang Rusia," kata Michel.

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar