Ada Gimik Silat di The Batman, Gaya Hollywood Sentuh Budaya Lokal

Minggu, 06/03/2022 18:00 WIB
The Batman (Net)

The Batman (Net)

Jakarta, law-justice.co - The Batman resmi tayang di Indonesia setelah sebelumnya menarik perhatian berkat ucapan Robert Pattinson, bahwa mereka menggunakan "gaya bertarung" juga "silat" dalam film tersebut.


Namun, tak sedikit yang menilai ucapan pemeran Bruce Wayne tersebut hanyalah gimik pemasaran belaka. Salah satunya pengamat perfilman dan budaya pop Hikmat Darmawan.

"Iya, jelas [gimik]," kata Hikmat.

Hikmat menilai gimik "silat" di The Batman adalah salah satu bentuk trik pemasaran Hollywood yang sudah biasa dilakukan.


Ia pun menjabarkan serangkaian argumen yang menyebut "gaya tarung Indonesia" kata Pattinson itu hanyalah bualan belaka, salah satunya adalah komposisi dan cara The Batman menampilkan adegan laga.

The Batman menampilkan adegan laga dengan pertarungan jarak dekat (close combat). Menurut Hikmat, gaya seperti itu juga digunakan dalam adegan bertarung di film The Raid, yang mana menggunakan koreografi khas silat.

Hikmat menilai, kesuksesan The Raid di Hollywood seolah memunculkan posisi baru bagi Indonesia sebagai "saingan" dari film Hong Kong yang selama ini dicap industri film Amerika Serikat berciri khas adegan laga.

"Kalau yang sekarang ini, Batman pas saya lihat itu silatnya di mana? Samar banget," kata Hikmat Darmawan.

"Mungkin memang dia mengacu pada beberapa hal di film The Raid yang menggunakan silat, tetapi bukan silat sebagaimana yang kita bayangkan. Tetapi lebih kepada sebuah close combat," lanjutnya.

Terlebih, The Batman tidak terlalu menonjolkan aksi laga sebagai nilai utama dari cerita yang diangkat. Hal itu memperkuat dugaan bahwa ucapan Pattinson merupakan bagian gimik.

"Dia [Batman] secara khusus mengambil close combat [The Raid], tetapi itu juga tidak terlalu banyak karena toh filmnya bukan film combat sebetulnya," kata Hikmat "Jadi, jelas itu gimik,"

Hikmat menjelaskan, kelakuan Hollywood mencatut budaya atau istilah tertentu dari suatu negara adalah hal yang sering dilakukan. Hal ini tak lepas dari penghitungan dari para pelaku rantai bisnis industri film sebesar Hollywood.

Hollywood, kata Hikmat, telah memiliki sistem pemasaran yang ajek dan kuat. Hal ini membuat proses produksi, promosi, hingga distribusi sebuah film dilakukan dalam satu rangkaian pemikiran dengan berorientasi pada pemasaran.


"Semua produk yang blockbuster itu punya pemahaman dari hulu ke hilir soal marketing sehingga range-nya banyak untuk meraih marketing yang dianggap besar," kata Hikmat.


"Nah, Indonesia ini sebetulnya sudah cukup sering dan dari dulu suka disebut. Itu memang dianggap punya market yang cukup antusias terhadap produk Hollywood," lanjutnya.

Praktik menyebut istilah atau budaya negara tertentu juga dinilai Hikmat wajar dilakukan. Sebab, pada akhirnya film merupakan suatu produk yang perlu dipasarkan.


Hal ini juga berlaku di medium atau karya seni lain, seperti musik hingga komik.

"Jadi memang secara kultural ada kedekatan, tetapi seringkali tidak muncul secara substansial representasinya. Jadi representasi yang ada lewat gimik-gimik itu," kata Hikmat Darmawan.

Hikmat menjelaskan, pasar Indonesia dinilai pasar internasional mendominasi dan cukup besar di wilayah Asia Tenggara meski belum punya infrastruktur dan ukuran pasarnya belum seraksasa China.

Apalagi, masyarakat Indonesia dikenal luas sangat aktif di media sosial dan dunia maya. Hal ini dianggap sebagai modal lebih Indonesia dalam hal meramaikan pemasaran produk Hollywood.

Untuk menyikapi ramainya gimik pemasaran yang ditujukan kepada Indonesia, Hikmat menilai bahwa praktik ini seharusnya juga memberi manfaat bagi industri film Indonesia.

"Sebagai pasar terus terang saya merasa belum mutual. Kita tidak harus lantas, kalau mereka menyebut silat, mereka harus ajak kita," kata Hikmat Darmawan.

"Namun, setidaknya ada transfer teknologi, ada sharing market, yang lebih strategis. Bisa tidak, film kita di-pitching di sana secara lebih serius dan dapat slot juga di Amerika," lanjutnya.

Hollywood juga dianggap sepatutnya mulai melirik talenta perfilman dari Indonesia. Dalam hal ini, beberapa talenta Indonesia sudah bekerja sama dengan produser Hollywood, mulai dari Mouly Surya sampai dengan Timo Tjahjanto.

"Kita masih ingin melihat wajah kita sendiri di layar, cerita kita sendiri di layar, dan sesekali hiburan film besar." kata Hikmat Darmawan.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar