Terbang Sanggup Minimal 11 Pesawat Pertamina Mulai Keras Ada Apa

Sabtu, 18/12/2021 12:35 WIB
Sebagai bentuk kepedulian terhadap pelaksanaan Protokol Kesehatan Covid-19, moncong pesawat Garuda Indonesia dihiasi dengan gambar masker. (Foto:  Tweeter Garuda Indonesia)

Sebagai bentuk kepedulian terhadap pelaksanaan Protokol Kesehatan Covid-19, moncong pesawat Garuda Indonesia dihiasi dengan gambar masker. (Foto: Tweeter Garuda Indonesia)

law-justice.co - Garuda Indonesia pernah melayani lebih dari 90 destinasi di seluruh dunia dan berbagai lokasi eksotis di Indonesia. Dengan jumlah penerbangan mencapai 600 penerbangan per hari, Garuda Indonesia memberikan pelayanan terbaik melalui konsep “Garuda Indonesia Experience” yang mengedepankan “Indonesian Hospitality” - keramahtamahan dan kekayaan budaya Indonesia. 

Akhirnya mulai terpuruk,  Utang Garuda ke Pertamina berasal dari pemakaian bahan bakar avtur. Garuda menggunakan avtur dari Pertamina hingga tagihan utangnya sudah mencapai Rp16 triliun.

Setelah utang Garuda semakin menumpuk, Pertamina akhirnya bersikap tegas. Pertamina tidak mau lagi memasok avtur jika Garuda tidak bayar kontan.

Akibatnya, Garuda tidak bisa menerbangkan seluruh pesawatnya. Garuda hanya bisa menerbangkan 11 pesawat pesawatnya.

“Itulah hari terbang paling minimal bagi Garuda. Setidaknya selama banyak tahun terakhir. Maka tidak salah kalau ada yang tetap berkata Garuda masih baik-baik saja. Setidaknya yang 11 pesawat itu,” kata Dahlan Iskan dalam tulisannya berjudul ‘Avtur Eceran’ dikutip dari laman disway.id pada Sabtu (18/12).


Menurut Dahlan, sebenarnya Garuda masih punya 40 lebih pesawat. Masalahnya mau diterbangkan pakai bahan bakar apa?

“Pertamina sudah tidak mau lagi memasok avtur. Utang avturnya ke Pertamina sudah sekitar Rp 16 triliun. Bahkan ketegasan Pertamina itu sudah sangat telat. Pertamina sudah terlalu baik pada Garuda,” jelas mantan Dirut PLN itu.

Dahlan mengatakan 11 pesawat Garuda masih bisa menerbangkan karena membeli avtur secara eceran ke Pertamina.

Penumpang Lagi Ramai-ramainya, Miris! Garuda Hanya Bisa Terbangkan 11 Pesawat

“Sayang memang kalau Garuda tidak bisa lagi terbang. Hari-hari ini jumlah penumpang lagi ramai-ramainya,” ucap Dahlan.

Mirip Percetakan Surat Kabar

Dahlan membayangkan jalannya operasi Garuda sudah seperti penerbit surat kabar.

Sore-sore berhitung. Ada pemasukan berapa. Lalu berapa yang bisa disisihkan untuk beli BBM eceran. Untuk keperluan besok. Berapa pesawat yang akan terbang disesuaikan dengan berapa uang untuk BBM eceran hari itu.

 

“Itu mirip cara percetakan menyikapi utang penerbit surat kabar. Penerbit tidak tiap hari membayar ongkos cetak. Tunggu tagihan satu bulan. Kalau pun belum bisa bayar koran harus tetap terbit setiap hari. Utang ke percetakan pun menumpuk. Kian sulit ditagih,” jelas mantan bos Jawa Pos ini.

Dahlan menyebut langkah Pertamina dalam meniru gaya percetakan surat kabar sudah tepat.

“Tak disangka perusahaan sebesar Pertamina kini harus ikut cara percetakan kecil. Apa boleh buat. Memang harus begitu, mestinya sejak dulu-dulu. Cara itu justru akan bisa memaksa Garuda lebih sehat-kalau saja tidak terlambat,” katanya.

Dikatakan Dahlan, sebenarnya Pertamina memang bisa “membantu” menyehatkan Garuda secara tidak langsung. Dengan cara Pertamina bersikap keras seperti itu. Sejak dulu. Agar Garuda bisa sehat. Terpaksa sehat. Dan lagi, Pertamina pun tidak sampai punya tagihan segajah itu.

“Dalam kasus percetakan kecil, utang itu bisa menumpuk karena ini: percetakan itu dan koran itu berada dalam satu grup. Setiap kali manajemen percetakan berlaku keras, manajemen koran mengadu ke big boss di grup itu,” imbuhnya.

“Sang bos biasanya membela manajemen koran. Setiap kali percetakan mengancam-tidak mau mencetak selalu ditelepon sang bos: harus tetap dicetak,” tambahnya.

Dalam hal koran seperti itu yang harus bertanggung jawab jelas: si bos itu sendiri. Yang tak lain juga pemegang saham di percetakan itu.

“Saya pun mikir: siapa ya yang selalu telepon ke Pertamina agar tetap melayani permintaan BBM Garuda? Masak sih Pertamina tidak pernah mengancam Garuda?,” jelasnya.

 

Menurutnya, Garuda punya banyak bos. Tidak hanya kementerian BUMN. Garuda punya banyak pahlawan yang bisa membelanya.

“Kementerian BUMN akhirnya membiarkan Garuda digugat ke PKPU. Dengan demikian bisa jelas kapan Garuda bisa tetap baik-baik saja – atau tidak baik-baik saja,” kata Dahlan.

PKPU sudah menetapkan waktu: 45 hari. Terhitung pekan lalu. Dalam 45 hari itu harus sudah ada kesepakatan antara Garuda dan para pemilik piutangnya.

“Kalau dalam 45 hari tidak terjadi kesepakatan, PKPU yang ambil putusan: Garuda dinyatakan bangkrut. Atau putusan lainnya. Tinggal menghitung hari,” tandas Dahlan Iskan ,dalam liputan pada Disway.

(Patia\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar