Ini Deretan BUMN yang Punya Utang Jumbo dan Menumpuk

Kamis, 16/12/2021 12:56 WIB
Ilustrasi Logo Kementerian BUMN (Foto: Istimewa)

Ilustrasi Logo Kementerian BUMN (Foto: Istimewa)

Jakarta, law-justice.co - Memang hal yang lumrah apabila pendanaan dari utang untuk tambahan modal atau ekspansi BUMN.

Hanya saja, kalau sudah jadi tumpukan utang jumbo yang sulit dibayarkan hingga harus direstrukturisasi tentu jadi persoalan yang mengkhawatirkan.

Alasan lilitan utang pun beragam, dari salah urus, merugi karena titipan penugasan negara, hingga dampak pandemi covid-19.

Saat ini, berbagai BUMN itu tengah berusaha keluar dari jerat pailit dengan merestrukturisasi utang mereka.

Berikut adalah daftar BUMN yang punya utang jumbo.

1. PLN

PT PLN (Persero) Tbk menjadi salah satu BUMN dengan utang terbanyak. Perusahaan setrum negara lewat laporan keuangan menunjukkan total liabilitas sebesar Rp643,85 triliun per semester I 2021. Liabilitas itu terdiri dari jangka panjang Rp500,3 triliun dan pendek sebesar Rp143,55 triliun.

Menurut eks direktur utama PLN Zulkifli Zaini, salah satu cara untuk memperbaiki keuangan perusahaan adalah dengan menaikkan tarif listrik. Pasalnya, tarif listrik terakhir naik pada 1 Januari 2017 lalu.

Di sisi lain harga komoditas batu bara, minyak, dan gas naik. Namun, ia mengakui tidak mungkin menaikkan tarif listrik saat ini di tengah pandemi covid-19.

2. Garuda Indonesia

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sedang berusaha bangkit dari kondisi keuangan yang mengkhawatirkan lewat berbagai cara guna menghindari kepailitan.

Mengutip laporan keuangan perusahaan, Garuda Indonesia tercatat memiliki kewajiban (liabilitas) atau utang sebesar US$12,96 miliar atau Rp184,03 triliun (asumsi kurs Rp14.200 per dolar AS) per semester I 2021.

Posisi utang tersebut naik 1,8 persen dibandingkan dengan periode semester I 2020 lalu yang hanya US$12,73 miliar atau Rp180,76 triliun.

Jika dirinci, total liabilitas ini terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar US$5,05 miliar atau Rp71,71 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar US$7,9 miliar atau Rp112,18 triliun.

Selain salah urus manajemen terdahulu, beban keuangan Garuda diperberat oleh pandemi covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020 lalu.

3. BUMN Karya

Setidaknya ada 3 BUMN Karya yang sedang terlilit utang. Pertama, PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang memiliki total liabilitas sebesar Rp89,73 triliun per semester I 2021. Angkanya naik 0,8 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp89,01 triliun.

Jumlah tersebut terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp48,55 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp41,18 triliun.

Kedua, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, Wijaya Karya mencatatkan total liabilitas sebesar Rp45,8 triliun dalam 6 bulan pertama tahun ini. Angkanya turun dari posisi yang sama tahun lalu, yakni Rp51,45 triliun.

Jika dirinci, liabilitas jangka pendek tercatat sebesar Rp33,11 triliun dan jangka panjang sebesar Rp12,69 triliun.

Ketiga, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Total liabilitas Adhi Karya tercatat sebesar Rp33,34 triliun per Juni 2021. Jumlahnya naik 2,5 persen dari Juni 2020 yang sebesar Rp32,51 triliun.

Jumlah tersebut terdiri dari liabilitas jangka panjang sebesar Rp27,63 triliun dan jangka pendek sebesar Rp5,71 triliun.

4. Angkasa Pura I

PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I juga terjebak utang karena pandemi covid-19. Sepinya penumpang, terutama di bandara baru dibangun membuat perusahaan kesulitan membayar utang Rp35 triliun.

"Memang AP I sekarang tekanannya berat sekali, kondisi keuangan mereka sekarang (utang) mencapai Rp35 triliun dan kalau kita rate loss bulanan mereka Rp200 miliar dan setelah pandemi utang bisa mencapai Rp38 triliun," beber Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (2/12).

Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengatakan pihaknya menargetkan program restrukturisasi operasional dan finansial rampung pada Januari 2022 mendatang.

Beberapa upaya yang akan dilakukan, seperti asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi, serta mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru (transformasi bisnis).

5. PTPN

Bernasib sama, PT Perkebunan Nusantara (Persero) atau PTPN turut punya utang raksasa. PTPN III selaku induk holding perkebunan perusahaan plat merah tersebut memiliki utang hingga Rp43 triliun.

Menteri BUMN Erick Thohir mengendus ada unsur korupsi yang membuat perusahaan menjadi `sakit`.

"Utang Rp43 triliun adalah penyakit lama dan ini saya rasa korupsi terselubung yang harus dibuka dan ditutup yang melakukan ini," kata Erick dalam rapat kerja Komisi VI DPR RI, Rabu (22/9).

Dalam laporan tahunan PTPN 2019, total liabilitas mencapai Rp77,65 triliun atau naik 16,03 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Utang tersebut terdiri atas utang jangka panjang sebesar Rp41,28 triliun dan utang jangka pendek sebesar Rp36,37 triliun. Jika dilihat lebih jauh, anak-anak perusahaan PTPN memiliki utang yang beragam.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar